Ada banyak teknologi yang tercetus di masa perang, khususnya Perang Dunia I. Kebanyakan yang digunakan saat itu adalah persenjataan modern dan mematikan seperti senjata api.

Pertempuran Parit Perang Dunia I adalah satu dari sekian banyak konflik paling mengerikan yang pernah terjadi dalam sejarah manusia. Taktik yang dikenal pada waktu itu hanyalah serangan frontal. Pasukan infantri dalam jumlah besar akan menyerbu dari parit mereka menuju parit musuh. Bisa dipastikan bakal jatuh banyak korban setiap kali sebuah serbuan dilancarkan. Setiap parit dilengkapi oleh barikade yang tak mudah dilewati membuat pergerakan prajurit terhambat. Itu menjadikan mereka target mudah bagi senapan mesin musuh. Jauh lebih banyak prajurit yang tewas di tengah jalan daripada yang sukses mencapai lokasi target. Selalunya akan ada serangan artileri dan tembakan gas beracun yang akan digunakan oleh penyerang sebelum melaksanakan serbuan demi memperlemah pertahanan musuh. Namun taktik ini juga masih punya kekurangannya sendiri.

Untuk mengurangi resiko semacam ini para insinyur lantas mulai berusaha mengembangkan suatu invensi yang bisa memperbesar keberhasilan serbuantanpa harus mengorbankan banyak nyawa.

Mengenal Fake Tree, pohon paling mematikan era Perang Dunia I Fake Tree: http://camd.org.au


Sebuah cetusan kreatif pun sukses dihasilkan: Fake Tree, atau Pohon Palsu. Ide ini pertama kali diciptakan oleh pelukis Perancis, Lucien-Victor Guirand de Scvola dan perdana digunakan di Pertempuran Artois kedua pada Mei dan Juni 1915.

Para prajurit pertama-tama akan membangun sebuah pos pengintai di dekat garis musuh, kemudian menutupinya dengan ranting pepohonan dan material alami lain sebagai kamuflase. Dari atas sana mereka bisa mengobservasi aktivitas parit Jerman di kejauhan tanpa ketahuan, mengirimkan koordinat serangan artileriserta mengatur ulang koordinatserta sebagai sarang sniper yang sangat mematikan.

Keefektifan pohon palsu tersebut pun menarik perhatian negara lain. Inggris kemudian mengirimkan Solomon Joseph Solomon, seorang pelukis kawakan London, untuk mempelajari struktur pohon tersebut dari Perancis. Setelah memahaminya Solomon mulai mengembangkan teknologi tersebut ke level yang lebih tinggi. Bukan sekedar mengkamuflasekan sebuah pos pengintai ia malah memakai pohon asli sebagai dasar desainnya. Ia meminta para insinyur untuk memotong pohon yang sudah hancur di medan perang, kemudian melukisnya sedetail mungkin. Bekerja sama dengan pemahat terkenal Inggris, Leon Underwood, Solomon berhasil menciptakan pohon palsu yang sangat mirip dengan aslinya. Pohon ini dinakan sebagai O.P. Tree (Observation Post Tree) dan dibuat dari baja silinder yang dilapisi kulit pohon asli di bagian luar. Tinggi pohon ini sekitar 10-15 kaki, dilengkapi dengan tangga, dudukan di puncak, jendela kecil, dan muat untuk satu orang. Prajurit yang melakukan observasi di dalamnya pun dilengkapi dengan alat komunikasi agar bisa langsung mengirimkan laporan ke komandannya di garis belakang.

Mengenal Fake Tree, pohon paling mematikan era Perang Dunia I Struktur O.P. Tree: http://www.martinbrandsma.nl

Tidak seperti Fake Tree Perancis pohon kamuflase Inggris ini jauh lebih rumit dan berat. Membangun sebuah O.P. Tree tidaklah mudah. Memasangnya juga malah lebih sulit lagi. Para tentara akan membawa silnder baja diam-diam ke dekat garis musuh, memotong sebuah pohon asli, menggali keluar akarnya, memasangi kamuflase, kemudian menanam O.P. Tree di lokasi galian sebelumnya. Semua harus dilakukan saat malam dan harus selesai sebelum pagi datang agar musuh tidak menyadari perubahannya. Idealnya O.P. Tree diletakkan berhampiran dengan pohon-pohon asli agar lebih sulit dilacak. Dari pohon tersebut para sniper dan pemantau artileri akan melakukan tugasnya, menghancurkan parit musuh tanpa terlihat.

Pohon mematikan ini merupakan salah satu teknologi mutakhir yang sangat mempengaruhi jalannya plot perang.