Kebanyakan orang sangat benci hari Senin karena Senin berarti awal weekdays, sebuah awal untuk hari baru di minggu yang baru. Hal itu wajar jika kemalasan dan kebencianmu pada hari Senin hanya sebatas benci, dan ketika kamu berangkat ke kantor, kemalasan itu hilang tergantikan oleh semangat untuk menyelesaikan daily jobdesk/mengejar deadline. Tapi jika kebencian itu berimbas pada turunnya proforma kinerja di mana kamu sama sekali tidak bersemangat menyambut hari Senin, bahkan sudah capek sesaat setelah bangun tidur di hari Senin, maka kamu harus mulai berhati-hati, ada kemungkinan kamu mengidap burnout syndrome.

Mengutip wikipedia, burnout syndrome pertama kali ditemukan oleh Freudenberger pada tahun 1974, yang digunakan untuk menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat tuntutan yang terlalu membebankan tenaga dan kemampuan seseorang. Perasaan gagal ini (disadari atau tidak) akhirnya membebani pikiran kita. Kita merasa gagal dengan apa yang kita lakukan di kantor, kita merasa tidak memiliki harapan, kita merasa stuck dengan jobdesk yang ada, merasa tidak bisa menyelesaikan bahkan deadline terkecil. Akibat tekanan ini kita jadi sering menunda-nunda pekerjaan, jadi malas berangkat ke kantor, dan selama di kantor menantikan jam untuk pulang. Weekdays adalah siksaan bagi kita, dan hal yang paling ditunggu dalam seminggu adalah hari Sabtu dan Minggu, sangat bersemangat di hari Jumat, merasakan surga di hari Sabtu Minggu, serta sangat membenci hari Senin.

Selain gejala-gejala di atas, gejala lain adalah bahwa kita merasa sangat lelah, bukan perasaan lelah selesai ngegym atau selesai lari pagi, tapi rasa lelah yang seakan tidak ada habisnya ketika kita tidak menikmati tidur dan justru merasa semakin lelah saat bangun keesokan harinya.

Jika kamu mengalami gejala-gejala ini, jangan terburu-buru memutuskan walk out dari tempat kerjamu. Memang, jika tidak ada solusi lain, resign harus dilakukan karena burnout syndrom juga akan merusak kesehatanmu. Stress yang berlebih tidak baik untuk kesehatan, apalagi kantor adalah rumah kedua, sehingga kamu harus dapat merasa nyaman dengan lingkungan kerja sebanyak apapaun project dan deadline yang menanti.

Berikut adalah beberapa solusi yang dapat coba kamu lakukan sebelum memutuskan resign dari tempat kerjamu karena burnout syndrome.

1. Bangun lebih pagi.

Benci hari Senin bisa jadi Burnout Syndrome, ini 5 cara mengatasinya

www.idntimes.com

Coba bangun lebih pagi dan nikmati satu jam waktu ekstra untuk hobimu, entah olahraga, membaca buku, atau menulis. Dengan memberikan me time setiap pagi, kamu akan merasa rileks dan lebih siap untuk menyongsong hari dengan semangat.

2. Buat daily plan.

Benci hari Senin bisa jadi Burnout Syndrome, ini 5 cara mengatasinya

www.123rf.com

Buat daily plansehingga kamu tahu apa saja yang harus diselesaikan di kantor untuk satu hari. Jika menurutmu kamu tidak bisa menyelesaikan pekerjaan karena dalam satu hari kamu memiliki beberapa deadline, kamu dapat mengomunikasikannya dengan atasanmu. Berikan argumen yang tepat berdasarkan daily plan itu sehingga akhirnya atasan akan tahu berapa waktu yg dibutuhkan untuk menyelesaikan semua deadline.

3. Belajar berkata tidak.

Benci hari Senin bisa jadi Burnout Syndrome, ini 5 cara mengatasinya

www.usatoday.com

Dalam lingkungan kerja, pasti akan ada karakter antagonis, entah level junior, senior, spv, atau bahkan level manager sekalipun. Dan kamu harus bisa fight untuk dirimu sendiri. Jangan pernah sungkan untuk berkata tidak jika menurut opini professionalmu kamu tidak akan bisa menyelesaikan deadline sesuai dengan waktu yang ditentukan. Berikan argumen yang tepat dan sarankan deadline yang masuk akal.

Atau jika kamu ada di kondisi di mana senior memanfaatkanmu untuk melakukan jobdesk-nya, belajar berkata tidak alias menolaknya. Jika kamu mendapatkan tekanan/treatment yang tidak professional setelahnya, adalah hak kamu untuk melaporkan hal tersebut ke atasan yang lebih tinggi atau HRD. Do your best and be loyal, but dont forget about your own happiness.

4. Ceritakan ke atasan.

Benci hari Senin bisa jadi Burnout Syndrome, ini 5 cara mengatasinya

www.businessinsider.com

Kamu harus dapat melatih ini, berkomunikasi dengan atasan bukan berarti kamu ingin cari muka dan mendapatkan dukungan atasan, tapi agar tercipta pemahaman yang sama antara kamu dan atasan. Sebagai tim, visi dan misi harus sama. Selain itu atasan juga perlu tahu kondisimu terkait daily jobkamu sehingga target-target yang ditentukan didasarkan pada realitas yang terjadi di lapangan. Atasan tidak akan tahu apa yang kamu alami selama kamu tidak mengatakannya. Atasan bukanlah seorang ahli telepati yang bisa membaca pikiranmu, sehingga kamu harus mulai terbuka dengan atasan terkait pekerjaan dan semua kendala yang terjadi.

5. Ambil cuti.

Benci hari Senin bisa jadi Burnout Syndrome, ini 5 cara mengatasinya

www.success-resources.com.au

Jika perlu, ambillah cuti. Jika pada suatu hari kamu benar-benar merasa stuck dengan pekerjaanmu, tidak bisa fokus, dan bahkan tidak bisa melakukan pekerjaan sepele degan baik, cobalah untuk mengambil jatah liburanmu. Lepas sejenak dari beban kantor adalah hal yang wajib dilakukan. Ini bukan karena kamu pemalas atau tidak bertanggung-jawab, tapi karena kita harus recharge energi. Adalah hal yang sia-sia jika kita memaksakan bekerja di saat kondisi kita benar-benar down. Jangankan menyelesaikan pekerjaan, kita justru akan menambah masalah jika pekerjaan yang kita kerjakan ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Jika setelah mencoba 5 hal di atas ada semangat baru yang muncul, Senin menjadi tidak semenakutkan sebelumnya, kamu mulai menikmati rutinitas harianmu di kantor, dan resign tentu adalah pilihan yang sangat salah untuk diambil. Namun jika setelah mencoba hal-hal di atas dan kamu masih merasa stuck, cuti tidak membuatmu bersemangat, dan tekanan pekerjaan mulai semakin memberati harimu, maka kamu harus mulai berpikir lanjut, apakah jenis pekerjaan ini yang kamu impikan? Jika kamu merasa tidak bisa melihat dirimu selama lima tahun lagi, maka resign adalah pilihan yang tepat untuk diambil, tentunya setelah perencanaan yang matang tentang apa yang akan kamu lakukan setelah walk out dari kantor lamamu.

Kantor adalah rumah kedua kita, so be wise to choose any decision about it. Dont stress yourself too much, do your best for both your own life and your job!