Membaca buku dapat melatih otak dan meningkatkan kemampuan sosial. Walaupun kita tahu fakta ini, nyatanya minat membaca di Indonesia masih terbilang rendah. Kenapa sih kita harus merangkul budaya membaca ini?

Para ilmuan sudah membuktikan bahwa membaca berdampak baik untuk otak kita. Penelitian di University of California di Berkeley menjelaskan bahwa bila anak-anak mulai membaca dari usia dini, mereka akan mendapatkan nilai yang lebih baik di tes IQ, khususnya untuk kapasitas kosakata. Penelitian di Standard University juga membuktikan bahwa membaca dapat melambatkan penurunan kemampuan kognitif. Membaca juga terbukti dapat meningkatkan fokus dan kemampuan ingatan jangka pendek. Penelitian lainnya juga membuktikan bahwa membaca dapat meningkatkan rasa empati kepada orang lain. Jadi, membaca bukan saja melatih otak, tetapi juga membuat kita menjadi orang yang lebih baik.

Dengan segala keuntungan ini, mengapa minat membaca orang Indonesia masih rendah, ya? Setiap orang pasti punya alasannya masing-masing. Dan bila sudah dewasa, apa kita sudah terlambat untuk mulai membaca? Tentu saja tidak. Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca ini?

Baiklah, jadi kamu adalah orang yang sibuk dan tidak punya waktu untuk membaca. Eits, tunggu dulu. Mari kita mulai dengan langkah yang sederhana dulu. Kamu harus menetapkan sasaran harian yang jelas, seperti membaca 3-5 lembar setiap hari. Bila sudah terbiasa dengan kebiasaan ini, kamu boleh meningkatkan jumlah lembarnya sesuai dengan kemampuanmu. Yang paling penting dari langkah awal ini adalah konsistensi. Ingat, biarpun kamu cuma membaca satu halaman saja, tapi kalau konsisten maka kamu akan terbiasa dan pasti akan merasa ada yang kurang kalau tidak membaca. Jika kamu melewati satu atau dua hari tanpa membaca, jangan langsung menyalahkan diri dan menyerah, mulai lagi kebiasaan itu keesokan harinya.

Hal yang lebih penting lagi adalah membaca sesuai minat! Jangan baca buku ekonomi pembangunan bila kamu tidak punya minat soal ekonomi. Kamu pasti nyerah di halaman pertama. Baca buku sesuai minatmu. Buat itu jadi aktivitas yang menarik, bukan membebani. Kalau suka K-pop, kamu bisa baca novel K-pop yang banyak tersedia di Gramedia. Kalau penasaran dengan tipe kepribadian orang, kamu bisa coba baca 'Simple Thinking about Blood Type'-nya Park Dong Sun. Membaca buku komik bisa jadi alternatif lainnya kalau kamu pusing dengan banyaknya kata-kata di novel karena dalam buku komik lebih banyak gambar daripada tulisan.

Nah, mungkin kamu ada pertanyaan. Bagusnya baca buku (yang ada fisiknya), e-book, atau audiobook, nih? Sejauh ini sih ilmuwan belum dapat membuktikan jika buku lebih baik daripada e-book. Untuk zaman sekarang, e-book bisa jadi alternatif yang sangat memudahkan dan sekarang banyak platform yang sudah tersedia di Indonesia seperti Kindle, Kobo dan Nook. Untuk audiobook sendiri, para ilmuwan membuktikan mereka juga menstimulasi otak kita sama seperti membaca buku, tapi berdampak sedikit berbeda pada kecerdasan otak karena kita menggunakan metode yang berbeda untuk mengerti bacaan. Kalau membaca buku, kita membutuhkan suara atau prosodi, kita mengimajinasikan gaya dan ritme bahasa yang digunakan. Kalau audiobook sendiri, si pembaca sudah memberikan informasi tersebut. Jadi otak tidak bekerja untuk menghasilkan suara tetapi bekerja untuk memahami suara itu sendiri. Terlepas dari pembahasan prosodi, audiobook tetap berdampak pada pikiran dan perasaan kita. Jadi, mendengarkan audiobook tetap dihitung membaca.

Jadi, kamu pilih yang mana, baca buku, e-book, atau audiobook? Pilih sesuai dengan keseharian kamu, atau coba kombinasikan saja sesuai dengan kondisi. Ayo, membaca!