Apakah sebagai seorang laki laki yang begitu mencintai Sepak Bola, terlebih klub lokal kebanggaannya, sampai dibuat hujan air mata itu sebuah kesalahan?

Tidak, asal kau tahu, menjadi laki-laki itu tak harus selalu berkeras hati. Yang salah adalah ketika air matamu itu adalah pertanda bahwa kau lelah menjatuhkan dirimu sejatuh-jatuhnya kepada tim kebangganmu, kau lelah memperjuangkan seluruh perasaanmu kepadanya. Jika seperti itu, barangkali kau memang harus lebih banyak dulu belajar tentang teori-teori jatuh cinta dalam hal menggemari sesuatu.

Bukankah jatuh cinta itu perihal menang dan kalah? Gelak tawa dan air mata? dan segala bentuk emosi yang tercipta karenanya? Sebab itu kita tak pernah beranjak meninggalkan ketika suatu hal yang begitu kita sayangi sedang berada dalam posisi di bawah, karena memang sejatinya seperti itulah bentuk jatuh cinta dan kasih sayang yang hakiki, dan memang seperti itulah macam fase dalam mencintai, ia tak melulu tentang gelak tawa dan pelukan bahagia.

Saya kemudian berfikir mundur beberapa tahun ke belakang, ketika bagaimana saya pertama kali menjatuhkan hati saya kepada tim bola favorit saya. Tak ada figur yang menurunkan dan mengajarkan kepada saya bagaimana saya harus mencintai kultur dan tim bola di tanah kelahiran saya, semuanya saya bangun dan saya perjuangkan sendirian. Slogan From Father to Son tak pernah saya rasakan, bahkan keluarga saya jauh dari yang namanya sepak bola.

Saya ingat betul bagaimana dari waktu ke waktu ketika perasaan saya dibuat naik turun tak karuan, tapi dari situ saya belajar bagaimana bertahan dalam sebuah perasaan cinta terhadap suatu hal, bagaimana merasakan marah tanpa perlu meninggalkan. Menyakitkan memang, tapi begitulah jatuh cinta. Saya belajar banyak pengecualian seiring waktu saya mencintai tim itu.

Ketika jatuh cinta adalah perihal melulu yang menang dan menenangkan, tidak bagi tim kebangaan saya, saya akan tetap mencintainya ketika dia kalah dan tidak menenangkan. Ketika jatuh cinta adalah kedatangan, kekecewaan lalu meninggalkan, tidak baginya, bagi saya jatuh cinta kepadanya adalah soal kedatangan, kekecewaan, lalu pelukan hangat untuk menguatkan.

Jatuh cinta juga tentang bagaimana terciptanya perjuangan atau hal hal sepele yang terkadang tidak masuk akal. Sibuk mencuri-curi waktu untuk pergi ke stadion di sela sela kerja atau saat perkuliahan dengan surat dokter yang terlihat begitu meyakinkan dengan tulisan sakit muntaber atau radang amandel parah di atasnya, berpamitan kepada kekasih dengan alasan ingin membantu teman memanen ternak lele nya hanya untuk menyaksikan mereka berlaga dan menunda jatah nonton di bisokop dengannya.

Kemudian hari berikutnya kita sibuk merapal doa kepada Tuhan agar tak terkena azab mendapat penyakit penyakit kurang ajar seperti yang kita tulis pada surat dokter tadi.

Mencintai senuah tim sepakbola itu layaknya berharap kepada cuaca dan keberuntungan di kotamu, kau tak akan pernah tahu persis bagaimana hari-harimu akan berlalu, dipapar panas matahari seharian atau kemudian malamnya masuk angin di pojokan kamar sembari memegang teralis jendela sebab terkena hujan badai di sepanjang jalan menuju rumah, tapi hal-hal semacam itulah yang seringkali malah membuat kita banyak belajar, bahwa sejatinya rasa cinta dan kasih sayang yang tulus itu akan mendorong kita percaya bahwa semesta itu sungguh adil, di setiap keterpurukan mereka, pasti tersimpan rencana hebat yang untuk membalas kemenangan yang tertunda itu, begitu juga sebaliknya. Sebab dengan hanya merasakan euforia tanpa air mata, kita tak akan pernah tahu bagaimana begitu berharganya tangis kita untuk tim kebangaan.

Dan barangkali jika ada hal yang membuat saya tertawa dan menangis dalam satu waktu yang bersamaan selain jatuh cinta, maka itu adalah tim kebanggaan dan kesayangan saya.