Sebenernya ga jelas istilahPoseritu muncul darimana.Kalaukita melihat ke kamus, mungkin kita tidak menemukan definisi seperti yang kita harapkan. Termasuk juga di wikipedia.

Tetapi di suatu situs,urbandictionary,Poserdiartikan menjadi A person exhibiting foolish or flighty behavior.Dari definisi ini makin tercium jelas mengapa kataPosermemiliki arti yang berbeda di zaman sekarang ini.

Poserselalu dikaitkan dengan perilaku seseorang yang berusaha tampil untuk dilihat oleh khalayak, dengan menjadi orang lain, atau setidaknya apa yang dikenakan tubuhnya tidak berasal dari kreatifitas dirinya sendiri.

Salah satu teman gue, seorang wanita mahasiswi fakultas hukum UI, kasitau gue dengan ngasih istilah yang berkaitan yaitu, Imposter.

Menurut Wikipedia,ImposteratauImpostordiartikan menjadiA person who pretends to be somebody else, often to try to gain financial or social advantages throughsocial engineering, but just as often for purposes ofespionageor law enforcement. Semakin jelas lah apa yang di maksut denganPoserini.

Sebenarnya cukup konyol, bahwa demi mendapatkan keuntungan sosial, atau gampangnya bisa kita katakan demi memanjat suatu status sosial tertentu, seseorang rela mempermalukan dirinya dengan menjadi orang lain.

Mereka melakukan hal seperti ini di jaman dimana originalitas menjadi hal yang sangat di banggakan. Tentu saja dengan sendirinya orang seperti ini akan menjadi cemoohan publik.

Oke.. mari kita persempit dulu ruang lingkupPoseryang gue akan bahas.PoseratauImposteryang akan dan telah gue bahas hanya menyangkut gaya berpakaian, selera musik, atau mungkin selera jasmaniah lainnya.

Dimana seseorang menggunakan sesuatu, atau melakukan sesuatu karena mengikuti seseorang, demi mendapatkan suatu pandangan sosial bahwa dia berada di strata sosial yang lebih tinggi, bukan hanya dalam hal materi, tetapi juga non materi.

Mengapa seseorang harus menjadiPoser? dan Bagaimana pandangan umum orang terhadapPoser?

Poseradalah mereka yang belum memiliki jati diri. Mereka belum tau siapa diri mereka sebenarnya. Mungkin hal inilah yang mendasari munculnya paraPoser. Mereka yang belum tahu jati diri mereka sendiri.

BahwaPoseritu mungkin muncul saat seorang belum tahu mau mengarahkan dirinya ke kiblat yang seperti apa. Hal ini menjadi sangat menarik, karena seperti yang saya lihat di salah satu sudut Jakarta yang saya amati, paraPoserini selau memiliki selera yang berubah-ubah dan tidak tetap.

Dari selera musik, sampai cara berpakaian, mereka cendrung mengikuti induk mereka berkiblat ke mana. Atau bahkan ada saja yang masih berpindah-pindah induk.

Biasanya wanita tidak suka berada dalam posisi induk . Kalau laki-laki, kebanyakan memilih untuk tidak perduli dan menekankan pola pikircukup tau aja deeehsaat mereka berada dalam posisi induk.

Tetapi kita harus sepakat (maaf kalo gue maksa), bahwa masyarakat luas tidak suka melihat perilakuPoser. Entah apa sebenarnya yang dirugikan, tetapi selalu muncul pandangan yang negatif atasPoseritu sendiri.

Kayak temen gue, Mahasiswi Arsitek UPH mengatakan,Ya gua siih kasian aja sama orang kaya gitu. Tapi mau diapain lagi. Nanti kalo mereka udah ketemu jati dirinya juga berubah. Memang bukan konotasi jahat, tetapi tetap konotasi negatif yang di dapatkan dari sosokPoser.

Begitu juga dengan temen gue yang lain, katakan saja dia korbanPoser, atau pernah berada di posisi induk, mengeluarkan komentar yang cukup pedas, Jijik gue!! Mereka mau ngikutin kaya gimana juga tetep aja akan beda. Karena mereka itu ngikutin. Mereka bisa aja beli barang-barangnya, tapi Taste itu ngga bisa di beli.

Jadi dengan segala hujatan masyarakat, masihkah ada yang tetap ingin menjadiPoser? Seberepa mengerikan kah sisi orisinil mereka sehingga mereka takut untuk menunjukannya?

Bagaimanapun rupanya, tampil apa adanya, dan menjadi diri sendiri akan selalu menghasilkanoutputyang lebih baik. Memang terdengar klise, tapi kebenaran memang sering terdengar klise.