Saat ini pemerintah Jepang menggalakkan program agar muda-mudinya mau menikah serta membangun keluarga, namun masalahnya adalah minat orang-orang muda di Jepang untuk menikah semakin lama semakin menurun. Menurut beberapa penelitian, jumlah warga Jepang akan menurun sampai 30% hingga hanya memiliki 87 juta penduduk di tahun 2060 nanti.

Berdasarkan data pencatatan sipil Jepang per 1 Januari 2017, jumlah populasi orang Jepang yang tercatat adalah 123.583.658 jiwa. Jumlah tersebut turun sebesar 308.084 dari tahun sebelumnya dan merupakan penurunan populasi berturut-turut selama delapan tahun terakhir.

Data menarik lainnya adalah sebanyak 1,30 juta warga Jepang wafat sepanjang tahun 2016, sementara angka kelahiran warganya lebih rendah.Tahun ini, jumlah kelahiran turun 2,9 persen dari tahun sebelumnya yakni sebesar 981.202 kelahiran. Mencengangkan bahwa jumlah ini mencapai titik terendahnya sejak tahun 1974.

Sebenarnya ada banyak faktor kompleks yang ikut memengaruhi semakin berkurangnya jumlah penduduk di Jepang. Padahal dulu ketika awal pulau-pulau di Jepang didatangi pendatang, pertumbuhan penduduk melaju cukup tinggi sehingga Kota Kyoto dan Nara di masa lalu dikenal sebagai salah satu kota terpadat di dunia.

Dari beberapa penelitian, inilah yang bisa disimpulkan sebagai penyebab menurunnya jumlah penduduk orang Jepang.

1. Perang.

Angka kelahiran menurun, Jepang alami krisis penduduk

Jepang dikenal sebagai satu-satunya negara Asia yang berani menginvasi dan menjajah negara lain. Di masa Perang Dunia 2, Jepang menunjukkan nyalinya untuk menyerang negara-negara Asia-Pasifik berbekal tentara pemberani dan juga teknologi yang semakin canggih.

Keterlibatan Jepang di Perang Dunia memicu kemarahan negara lain seperti Amerika Serikat, apalagi Jepang melakukan pemboman di Pearl Harbour. Serangan balasan dari Amerika Serikat berupa bom atom di Kota Hiroshima serta Nagasaki tak hanya membunuh ratusan ribu jiwa, namun juga menyisakan efek untuk generasi selanjutnya. Banyak bayi-bayi terlahir cacat atau malah meninggal karena efek radiasi bom atom beberapa tahun sesudahnya.

2. Bencana alam.

Angka kelahiran menurun, Jepang alami krisis penduduk

Jepang memiliki kontur geografis yang rawan bencana. Negara ini merupakan jalur pertemuan gunung-gunung berapi dan juga gempa. Oleh sebab itu pemerintah Jepang mendesain bangunan-bangunannya supaya tahan gempa. Jika kamu berkunjung di rumah-rumah orang Jepang, pasti akan jarang menemukan perabot bergantung dan besar.

Ruang tamu tidak memakai kursi, melainkan tatami. Tsunami dan gempa telah cukup sering memakan korban jiwa yang tak sedikit. Menyadari bahaya tersebut, pelajaran menghadapi situasi di saat gempa adalah hal yang wajib diketahui penduduk Jepang sejak usia sekolah.

3. Robot penghibur pria.

Angka kelahiran menurun, Jepang alami krisis penduduk

Jepang adalah negara dengan inovasi robot yang termasuk canggih di dunia. Berbagai teknologi robot untuk memudahkan pekerjaan manusia sudah diciptakan para ahli negeri ini, sampai ada robot yang khusus diciptakan untuk para pria Jepang. Robot itu disebut robot android atau humanoid yang sangat mirip manusia.

Pria Jepang yang tidak ingin berkeluarga dan enggan untuk berkomitmen dalam hubungan jangka panjang, namun tak ingin merasa kesepian akan membeli robot humanoid tersebut dan sudah cukup bahagia dengan adanya kawan yang mengisi kehidupan sehari-harinya. Kehadiran robot tersebut memancing pro kontra di tengah masyarakat Jepang.

4. Menurunnya minat untuk menikah.

Angka kelahiran menurun, Jepang alami krisis penduduk

Banyak sekali alasan yang mendasari orang-orang muda usia produktif di Jepang untuk tidak menikah. Yang pertama adalah biaya hidup yang mahal. Di Jepang, untuk menyewa apartemen, biaya hidup, dan juga biaya pendidikan anak tidaklah murah sehingga banyak yang memilih untuk tetap single agar tidak mengalami pembengkakan biaya hidup. Selain itu dengan adanya kesadaran emansipasi untuk perempuan, banyak wanita karir di Jepang yang memilih untuk terus bekerja dan tidak menikah.

Sayangnya karena budaya hatarakibachi (workaholic) Jepang yang sangat kental membuat para ayah sering kali terlalu menuntut istri. Jika ada kegagalan dalam pendidikan, misal anak tidak mendapat nilai akademik terbaik di sekolah, maka ibu akan disalahkan. Banyak sekali kasus ibu rumah tangga bunuh diri karena merasa gagal dalam mengantarkan anak mendapat prestasi yang bagus. Perempuan Jepang pun semakin enggan untuk menikah, bahkan ada yang memilih untuk mencari pria asing sebagai suami.

5. Memilihuntuk tidak memiliki keturunan.

Angka kelahiran menurun, Jepang alami krisis penduduk

Banyak wanita Jepang memilih untuk memiliki keluarga kecil atau tidak memiliki anak sama sekali. Tingkat kesuburan yang saat ini sekitar 1,3 anak per perempuan, jauh di bawah batas cukup untuk pergantian generasi, yaitu2,08 agar dapatmempertahankan populasi saat ini. Beberapa wanita memilih untuk menikah lebih telat di banding wanitagenerasi sebelumnya (mungkin di akhir 20-an) dan kemudian mereka jugamenunda memiliki anak selama beberapa tahun. Lainnya memilih untuk tetap melajang, ingin karir dan gaji yang lebih tinggi daripada keluarga. Ini berarti ada sedikit anak yang dilahirkan.