Liga Calcio Serie A merupakan kasta tertinggi kompetisi sepak bola di Negeri Pizza, Italia. Kompetisi ini sempat menjadi kompetisi terbaik di Eropa di mana banyak pemain bintang top dunia merumput dan meniti karier di kompetisi Serie A ini.

Tak hanya sebagai kompetisi terbaik, kompetisi liga Serie A juga merupakan liga terketat di Eropa. Klub-klub sepak bola seperti Juventus, Inter Milan, Ac Milan, SS Lazio, As Roma, Fiorentina, Torino, Samdoria, Napoli, Genoa saling sikut dan beradu taktik agar bisa merebut gelar Scudetto Italia.

Karena atmosfernya yang panas dan penuh dengan rivalitas yang tanpa henti, membuat pamor Serie A mendunia dan begitu dicintai oleh para pencinta sepak bola di seluruh dunia. Tak hanya persaingan di liga Italia saja, para wakil klub Serie A yang berlaga di kompetisi Liga Champion Eropa pun menuai banyak prestasi.

Kita pasti melihat saat trio pemain asal Belanda mengisi skuad klub AC Milan, Marco Van Basten, Ruud Gulit, dan Frank Rijkard. Mereka bertiga merupakan trio Belanda yang Mengisi skuad dream team klub Ac Milan.

Klub rival AC Milan, Inter Milan pun mempunyai trio pemain bintang. Lothar Mathaus, Jurgen Klinsmann, dan Mathias Sammer merupakan trio pemain asal Jerman yang mengisi skuat Inter Milan.

Klub Juventus pun tak kalah menterengnya. Para pemain seperti Zinedine Zidane, Antonio Conte, Didier Deschamps, dan Del Piero. Merupakan pemain bintang yang pernah meraih prestasi bersama Juventus.

Tak hanya itu, seorang Diego Maradona pernah bermain di Serie A untuk klub Napoli. Dengan sederet bintang-bintang sepak bola seperti di atas. Tentu gak salah kalau memyebut Liga Serie A sebagai liga terbaik di dunia.

Tapi, sayang pamor Serie A yang mendunia itu sekarang tinggal kenangan belakang. Sejak terbongkarnya Mega Skandal Calciopoli pada tahun 2006, Skandal pengaturan score dan pertandingan yang melibatkan beberapa klub Serie A dan para wasit membuat pamor Serie A yang menjadi kompetisi terbaik di dunia, hancur berkeping-keping.

Efek dari kasus Calciopoli ini membuat orang-orang tidak lagi datang ke stadion atau pun menyaksikan pertandingan di layar televisi. Hal itu terjadi karena kebanyakan para tifosi setia klub-klub Serie A kecewa karena telah menodai semangat Fair Play.

Banyak juga para tifosi ini malas untuk ke stadion atau menonton pertandingan lewat layar televisi karena mereka yakin pasti pertandingannya akan sangat membosankan. Tim yang menang sudah bisa ditebak tanpa harus melihat pertandingan karena pertandingannya sudah diatur agar tim besar saja yang menang.

Pada tahun 2009, makin membuat kompetisi Serie A makin jatuh terbenam. Saat itu krisis moneter menerjang seluruh dunia, tak terkecuali Italia. Akibat dari krisis moneter ini berimbas pada kondisi keuangan klub-klub Serie A yang mengalami penurunan pendapatan, bahkan hampir rugi. Inter Milan, Ac Milan, SS Lazio, AS Roma, Fiorentina, adalah sebagian kecil dari klub-klub Serie A yang mengalami krisis keuangan.

Efek dari krisis keuangan ini mengakibatkan klub-klub kesulitan untuk membeli pemain bintang yang akan menaikkan animo masyarakat untuk kembali datang ke stadion. Karena keterbatasan finasial, klub-klub Serie A hanya menggunakan pemain yang ada di akedemi sepak bola klub.

Akibat dari itu, pamor Serie A yang tadinya membuat banyak pemain bintang yang ingin merasakan bermain di liga Serie A tapi sekarang banyak pemain bintang top dunia yang enggan bermain di Serie A dan memilih berkarir di Spanyol dan Inggris.

Karena krisis finansial ini juga membuat klub- klub Serie A melempem kala berjuang di kompetisi Liga Champion Eropa. Klub-klub Serie A yang secara tradisional mampu berbicara banyak di Liga Champion menjadi tim penghibur belaka.

Klub Juventus hanya bisa menguasi Italia, tapi saat berlaga di Liga Champion Juventus selalu kalah. Bahkan klub Inter Milan pun harus menerima nasib saat 8 musim berturut-turut harus merasakan menjadi penonton di kompetisi Liga Champion. Klub rival Inter Milan, AC Milan, nasib yang sama, AC Milan pun kesusahan untuk berlaga di kompetisi Eropa.

Tapi semuanya itu berubah saat memasuki musim 2019/2020, klub-klub Serie A berbenah. Beberapa klub Serie A beralih kepemilikan baru. Klub Inter Milan yang dimiliki oleh Massimo Moratti, sekarang sudah dibeli oleh Suning Holding Group, sebuah perusahaan asal China. Lalu klub AC Milan yang dimiliki oleh Silvio Berlusconi, sekarang sudah dibeli oleh Eliot Managemen.

Karena mendapatkan investor baru, maka klub-klub Serie A musim ini mulai aktif kembali di bursa transfer musim panas. Yang paling menyedot perhatian para pencinta sepak bola adalah revolusi di tubuh Inter Milan. Musim ini menagemen Inter Milan menunjuk pelatih Antonio Conte sebagai baru Inter Milan menggantikan Luciano Spalletti.

Begitu ditunjuk melatih Inter Milan, Antonio Conte pun aktif di bursa transfer untuk mengubah susunan pemain yang sesuai dengan taktik yang dipakai pelatih Antonio Conte.Revolusi besar-besaran pun mengiasi tim biru hitam. Inter pun sukses mendatangkan beberapa pemain baru. Di antara pemain baru itu terselip nama Alexis Sanchez dan Romelu Lukaku dari Manchester United. Tak hanya Inter Milan yang aktif di bursa transfer, beberapa klub Serie A pun mendatangkan pemain berlabel bintang. Bahkan klub promosi musim ini, Brescia, berani mendatangkan pemain sekelas Mario Balotelli dari Mersaille dengan status free transfer.

Keberadaan para pemain bintang baru ini ditambah dengan kehadiran seorang mega bintang Cristiano Ronaldo yang didatangkan klub Juventus sejak musim lalu akan kembali mendongkrak popularitas Serie A sebagai kompetisi terbaik di dunia dan akan membuat kompetisi kembali memanas dengan kembali rivalitas klub-klub Serie A seperti 20 tahun yang lalu.

Kita nantikan keseruan petarungan klub-klub Serie A yang akan kembali seru seperti saat masih menguasai Italia dan Eropa.