Aktivitas mewarna kerap kali dikaitkan dengan anak-anak. Namun belakangan ini orang dewasa pun mulai menemukan kesenangan dalam mewarnai.
“Rindu masa kecil di mana beban terberat adalah PR matematika." Atau “Kangen waktu berantem sama temen karena rebutan permen, bukan rebutan pacar.” Tentu kalimat-kalimat seperti pernyataan di atas sudah tidak asing bagi telinga kita.
Nyatanya, jika mesin waktu Doraemon dijadikan hadiah sayembara pasti banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Masa kanak-kanak dipenuhi dengan tawa lepas tanpa beban dan pikiran polos yang bebas dari tekanan. Bukan hal yang aneh lagi melihat orang dewasa melakukan kegiatan yang membuat mereka bernostalgia sejenak; seperti pergi ke taman bermain, membaca buku anak-anak, mendengarkan atau menyanyikan lagu populer di masa kecil, menonton kartun, atau bahkan bermain dengan genangan air. Tentu aktivitas-aktivitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi stres sejenak.
Kegiatan mewarnai untuk dewasa telah terbukti memiliki sejumlah manfaat untuk mengatasi stres. Ketika mewarnai, tingkat stres dan kecemasan akan menurun. Otak akan memasuki keadaan meditatif di mana pikiran-pikiran lain akan digantikan dengan relaksasi. Inilah mengapa banyak orang termasuk peneliti-peneliti dari Johns Hopkins University menganggap bahwa mewarnai dapat menjadi alternatif untuk meditasi, melihat dari caranya membuat otak terfokus pada satu hal. Namun apakah hal ini hanyalah sebuah sugesti?
Dr. Stan Rodski, seorang ahli saraf telah melakukan penelitian untuk membuktikan hal ini. Dari hasil penelitiannya, ia menjelaskan bahwa ketika seseorang mewarnai, detak jantung dan gelombang otaknya berubah menjadi tenang. Sebuah penelitian lain yang diterbitkan dalam Art Therapy: Journal of the American Art Therapy Association menjelaskan bahwa mewarnai desain kompleks seperti mandala membantu mengurangi rasa kegelisahan seseorang. Tidak berhenti di sini, seorang psikolog klinis bernama Scott M. Bea, Psy.D. mengulik topik ini dan menuangkan hasil pikirannya dalam sebuah artikel. Dalam artikelnya, ia menjelaskan bahwa kegiatan mewarnai membuat otak kita menjadi rileks karena tidak terganggu dengan pikiran kita sendiri. Kita juga akan dibuat ‘lupa’ sejenak akan masalah-masalah hidup.
Tren mewarnai untuk dewasa ini mulai muncul pada tahun 2012 ketika salah satu merek krayon terkenal mengeluarkan buku mewarnai untuk dewasa. Buku tersebut tentu berbeda dari buku mewarnai anak-anak yang lebih simpel. Mengetahui bahwa hal ini disukai oleh banyak orang, sejumlah developer ternama mengeluarkan aplikasi untuk adult coloring. Kegiatan mewarnai dalam aplikasi di smartphone tidak jauh berbeda dari mewarnai pada buku fisik. Dari data konsumer juga dapat dilihat bahwa banyak orang menikmati keberadaan aplikasi-aplikasi ini.
Kegiatan mewarnai yang dulunya sangat lekat dengan anak-anak kini telah mulai memasuki kehidupan orang dewasa. Dr. Joel Pearson, seorang ilmuwan otak di University of New South Wales mengatakan bahwa ketika mewarnai, kita diharuskan untuk melihat bentuk dan ukuran dari gambar, mempertimbangkan semua tepi dan sudut, dan memilih sebuah warna. Hal-hal inilah yang secara tidak sadar membangkitkan “inner child” di dalam diri kita. Kita jadi teringat kembali akan hari-hari di mana hidup ini lebih mudah.
Masalah pasti akan selalu datang silih berganti, namun bagaimana cara kita mengatasinya adalah yang paling penting. Jika bimbang dalam mencari cara untuk melepas penat sejenak, mungkin mewarnai bisa jadi solusi yang tepat. Selamat mewarnai seperti anak kecil!