Fobia adalah rasa takut yang berlebihan pada sesuatu hal atau kejadian, yang dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagi sebagian besar orang, fobia atau rasa takut berlebihan ini susah dimengerti, pula susah untuk dijelaskan oleh pengidap sendiri. Tak jarang, orang tersebut justru bahan bulan-bulanan oleh kawan dan orang-orang di sekitarnya.

Di antaranya terdapat fobia atau rasa takut yang masih dianggap wajar dan dimaklumi oleh sebagian besar orang, seperti takut ketinggian, fobia darah, takut pada hewan-hewan tertentu. Akan tetapi bagaimana jadinya jika kita memiliki kelainan yang aneh, bahkan terlalu aneh untuk diterima dan dipahami oleh orang lain? Mungkin bukan hanya akan dianggap aneh, kita juga akan dicap terlalu berlebihan dan mengada-ada. Nah, percayakah kamu jika ketakutan-ketakutan berikut ini benar-benar ada dan dapat dijelaskan dengan ilmu kedokteran?

1.Androphobia.

Androphobia adalah istilah lain daripada fobia pada laki-laki. Berasal dari dua kata yaitu andro yang berarti pria, dan kata phobos yang berarti ketakutan. Rasa takut yang berlebihan ketika seseorang melihat pria di sekitarnya disebut Androphobia.

Ketakutan ini cenderung tidak masuk akal. Orang tersebut akan mengalami ketakutan meski berada di sekitar pria normal yang tidak berbuat jahat atau menimbulkan bahaya yang mungkin terjadi padanya. Rasa cemas yang berlebihan menyebabkan penderita fobia ini lebih memilih menghindari laki-laki atau lingkungan yang ada laki-lakinya.

Meski belum diketahui pasti penyebabnya, para ahli menduga bahwa rasa takut ini berkaitan dengan pengalaman negatif yang pernah dialami, berhubungan dengan laki-laki, maupun akibat mendengar stigma negatif soal laki-laki yang beredar di masyarakat. Kisah-kisah buruk itu bisa jadi didapati dalam percakapannya bersama keluarga, kawan kerja, tetangga, bahkan lewat media online.

2. Gerontophobia.

5 Fobia tak biasa ini benar-benar ada dan dialami sebagian orang

Ketakutan ini adalah kecemasan seseorang akan penuaan (mirip dengan Gerascophobia). Berasal dari bahasa Yunani, geron yang berarti orang tua dan phobos. Ketakutan atau kebencian yang tidak masuk akal terhadap penuaan dan bertambahnya usia ini oleh pakar psikologi dikaitkan dengan fakta bahwa semua makhluk hidup di dunia ini akan mengalami penurunan kesehatan, kemampuan-kemampuan fisik yang perlahan namun pasti, dan mungkin cenderung sulit dipulihkan seiring bertambahnya usia. Penurunan tersebut tentu adalah penanda kematian, yang secara biologis memang tidak bisa dihindari. Rasa enggan dan cemas berlebihan dalam hal menerima penurunan inilah yang menghadirkanfobia terhadap penuaan itu sendiri.

Diketahui beberapa penderita mengambil jalan operasi plastik untuk memotong alur penuaan agar mereka terlihat lebih muda di luar. Yang sulit yaitu menjaga organ-tubuh yang di dalam agar tidak mengalami kerusakan-kerusakan biologis yang diakibatkan oleh penuaan. Padahal jika kita menyadari, penuaan sudah seperti bom waktu yang makin dibatasi pun, ia akan tetap berjalan secara perlahan tapi pasti. Pengidap phobia ini cenderung terlalu ketakutan hingga memudarkan perasaan menikmati hidup dan menikmati proses penuaan.

3. Pentheraphobia.

Pernah merasa takut pada mertua? Mungkin beberapa orang cenderung merasa segan dan takut membuat kesalahan di depan mertuanya. Namun beberapa orang lagi merasakan kecemasan yang berlebihan terhadap ibu mertuanya. Seperti kata dasarnya yaitu penthe dalam bahasa Yunani yang berarti ibu mertua, rasa cemas yang dimaksud adalah takut pada ibu mertua.

Sama halnya dengan phobia sosial serupa, diyakini rasa takut yang dialami pengidap didapatkan akibat trauma atas kejadian-kejadian buruk tertentu,juga oleh stigma yang didapatnya di lingkungan sosial bermasyarakat. Rasa cemas yang timbul bisa jadi ditandai oleh kegugupan luar biasa jika bertemu. Selain itu pengidap juga mungkin mengalami sesak, jantung berdebar, mual, banyak berkeringat, hingga sulit sekali meski hanya untuk menyapa dan berbicara dengan ibu mertua.

4. Anuptapobhia.

5 Fobia tak biasa ini benar-benar ada dan dialami sebagian orang

Nah, kalau kamu pernah mendengar fobia pada pernikahan, inilah lawannya, yaitu takut akan status lajang atau jomblo. Sebenarnya memang tak ada yang mau benar-benar sendirian di dunia ini, akan tetapi rasa cemas berlebihan terhadap kesendirian ini justru berbahaya. Pengidap tak jarang malah kebingungan dalam hal menghabiskan waktu ketika sendirian. Rasa takut akibat terus-menerus memikirkan cinta, pasangan, keinginan berpacaran atau menikah justru membuat pengidap phobia ini tetap panik dan tidak pernah merasa puas terhadap kehidupan dan tidak percaya pada masa depannya sendiri.

Biasanya, fobia ini dipicu oleh pengalaman traumatik yang terjadi di usia dini. Semakin bertambahnya usia, rasa takut ini terus berkembang seiring dengan semakin banyaknya mengalami kejadian-kejadian sosial lanjutan, terutama yang berhubungan dengan relationship baik dengan keluarga, sahabat, bahkan dengan pasangan dan orang-orang penting di sekitarnya. Secara psikologis, pengidap cenderung merasa lapar akan perhatian, dan merasa tidak utuh tanpa orang lain, tanpa tahu bagaimana cara yang tepat dalam membangun hubungan yang sehat dan menyenangkan akibat kekhawatiran yang berlebihan.

5. Panophobia.

Panophobia atau juga disebut Panphobia, Omniphobia, dan Pantophobia yaitu ketakutan pada semua hal. Begitu mengerikan, rasa kecemasan berlebihan bisa timbul terhadap banyak hal dan kejadian-kejadian tertentu yang dialami pengidap dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, fobia ini belum terdaftar dalam ilmu kedokteran. Panphobia berasal dari bahasa Yunani Panv-pan yang berarti semua. Dalam mitos sejarah Yunani sendiri, Pan adalah nama dewa yang menimbulkan kedaan tidak menyenangkan.

Istilah Panphobia sendiri dikemukakan pertama kali oleh Thodule-Armand Ribot dalam karyanya The Psychology Of Emotions pada tahun 1911. Dalam bukunya, ia mendefinisikan Panophobia sebagai Keadaan di mana seorang pasien takut akan segala sesuatu, di mana kecemasan bukan hanya terpaku pada satu objek, mengapung seperti mimpi, dan hanya diperbaiki untuk sesaat pada suatu waktu, berpindah dari satu objek ke objek lain, seperti yang ditentukan oleh keadaan.

Pengidap phobia ini biasanya mengalami ketakutan berlebihan terhadap ancaman yang tidak ia ketahui, tidak dapat ia prediksi, sehingga rasa cemas yang ia rasakan terhadap ancaman ini tidak bisa didefinisikan dari siapa, kapan, bagaimana, dan apa bentuknya. Gangguan delusi adalah tingkatan yang lebih parah dari phobia ini. Di mana pengidap semakin kehilangan kontak dengan kenyataan dan logika keadaan yang masuk akal. Dalam beberapa literatur akademis tentang psikologi, phobia ini dijelaskan juga sebagai gangguan mental kompleks yang mengambang dan sulit mereda.