Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus menggejot kemajuan pariwisata di Indonesia. Khusus tahun 2019, target yang ingin dicapai yakni capaian 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara dan 275 juta pergerakan wisatawan dalam negeri.

Mewujudkan target angka ini, butuh terobosan dan langkah yang variatif dan masif. Salah satunya yakni membuat calendar of event yang merangkum atraksi terbaik Nusantara dari Sabang sampai Merauke.

Kemenpar telah merilis 100 ajang pariwisata dalam 100 Calendar of Events 2019 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, pada 20 Desember 2018 lalu.

Provinsi NTT menyumbang tiga festival dalam Calendar of Events 2019 ini. Ketiganya yakni Festival Parade Pesona Kebangsaan, Festival Parade 1001 Kuda Sandelwood dan Tenun Ikat, serta Festival Likurai Timor.

1. Festival Parade Pesona Kebangsaan.

3 Festival daerah NTT ini masuk dalam Kalender Pariwisata Nasional

Dalam rilis Kemenpar, festival ini nantinya akan berlangsung pada 20 Juni-5 Juli 2019. Parade tersebut tidak lepas dari sosok Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.Dalam riwayat pengasingannya, Bung Karno sempat dipindahkan dari Batavia ke Ende, dan menetap pada tahun 1934-1938.

Selama masa pengasingan Bung Karno belajar banyak hal, termasuk belajar pluralisme saat berjumpa dengan masyarakat Ende yang berbeda latar belakang baik suku, ras, dan agama. Di Ende juga ia merenungkan sila-sila Pancasila yang kini menjadi dasar negara kita.

Cerita hidup Soekarno masih kental dalam ingatan kolektif masyarakat setempat. Bukti-bukti sejarah juga mendukungnya, seperti rumah pengasingan Bung Karno dan taman Renungan Bung Karno atau sering dikenal sebagai Taman Renungan Pancasila.Parade Pesona Kebangsaan dapat dipahami dalam konteks sejarah demikian.

Selain menyegarkan ingatan akan sejarah, atraksi pariwisata ini menguatkan identitas bangsa kita sebagai bangsa yang besar. Juga menjadi atraksi pariwisata yang mendatangkan banyak tamu, baik dari luar negeri maupun turis domestik.

2. Festival Parade 1001 Kuda Sandelwood dan Tenun Ikat.

3 Festival daerah NTT ini masuk dalam Kalender Pariwisata Nasional

Pulau Sumba menyimpan banyak potensi pariwisata yang layak untuk dikembangkan. Alamnya yang indah menggoda orang untuk datang ke pulau yang terkenal dengan merapunya ini.

Ada pantai yang indah, ada juga bukit sabana yang enak dipandang. Belum lagi atraksi dan peninggalan budaya yang masih terjaga keasliannya seperti pasola, peninggalan megalitik, kepercayaan marapu, dan tenun ikat.

Festival Parade 1001 Kuda Sandelwood dan Tenun Ikat merupakan pintu masuk bagi nama besar pulau Sumba. Ini semacam jenama pariwisata yang menggeliatkan pariwisata kedepannya.Di samping itu, festival ini mendorong masyarakat Sumba untuk menjaga populasi ternak dan melestarikan tenun ikat.

Dampak dari festival ini tidak hanya dari sisi sosial budaya, mestinya juga memberikan dampak positif dari sisi ekonomi. Kehadirannya meningkatkan perekomian masyarakat dan keluarga.

Dalam calendar of event yang dicanangkan Kemenpar, Festival Parade 1001 Kuda Sandelwood dan Tenun Ikat berlangsung pada 5-13 Juli 2019. Silakan buat ageda untuk datang menyaksikan perhelatan akbar ini.

3. Festival Likurai Timor.

3 Festival daerah NTT ini masuk dalam Kalender Pariwisata Nasional

Tahun 2018 lalu, Festival Likurai Timor masuk dalam Kalender Pariwisata Nasional yang berlangsung pada 27-28 Oktober 2018 di Kabupaten Belu.Dampaknya luar biasa bagi pengembangan pariwisata di kabupaten yang berbatasan dengan negara Timor Leste ini. Tahun ini festival Likurai Timor kembali masuk dalam kalender pariwisata nasional dan direncanakan terjadi pada 1-6 Oktober 2019.

Nama Likurai sendiri merupakan nama sebuah tarian dari kabupaten Belu yang tak lain adalah tarian perang.Tarian ini awalnya diperagakan untuk menyambut pahlawan yang pulang dari gelanggang perang. Para pahlawan disambut dengan sorak sorai karena pulang dengan selamat.

Kini, perang fisik sudah tidak lagi. Likurai pun ditarikan untuk menyambut tamu dalam momen-momen besar seperti penyambutan pejabat pemerintahan, acara keagamaan, dan perayaan kultural lainnya.

Adalah langkah yang luar biasa ketika tarian ini diperkenalkan ke wilayah yang lebih luas dan menjadi jenama pariwisata di Belu sebagai pariwisata perbatasan (cross border tourism). Langkah ini bisa membantu kegiatan ekonomi masyarakat setempat.

Tahun 2018, Festival Likurai berhasil ditarikan oleh 6.000 penari dan memecahkan rekor MURI dengan jumlah penari tradisional terbanyak.Hal ini memberikan kebanggan tersendiri sekaligus memacu perkembangan pariwisata budaya di Belu khususunya, dan Pulau Timor umumnya.