Tanggal 2 Maret 2020 diumumkan dua kasus pertama COVID-19 di Indonesia oleh Presiden Joko Widodo. Terhitung hingga 14 April 2020, tercatat 4557 orang telah terinfeksi COVID-19 dengan 399 kematian dan 380 pasien dinyatakan sembuh.

Mewabahnya COVID-19 tentu berdampak ke segala aspek dalam kehidupan. Mulai dari pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi. Pada bidang pendidikan, Indonesia mengambil langkah dengan belajar di rumah secara daring. Bahkan, Ujian Nasional tahun 2020 dibatalkan sebagai akibat dari merebaknya kasus COVID-19 di Indonesia. Selain itu, Ujian Tulis Bebasis Komputer juga terkena imbasnya dan mengubah ketentuannya untuk tahun ini. Pada bidang pekerjaan, telah banyak perusahaan yang membuat kebijakan untuk pegawainya bekerja dari rumah atau sering disebut work from home. Pada bidang ekonomi, terdapat kemungkinan dampak yang masif seperti resesi ekonomi.

Menurut IMF seperti dilansir pada laman The Jakarta Post, pandemik virus Corona akan menyebabkan resesi pada tahun 2020 yang kemungkinan lebih buruk dari krisis finansial global tahun 2008-2009, namun ekonomi dunia dapat pulih pada tahun 2021. Menurut Kristalina Georgieva, IMF Managing Director, untuk memulihkan ekonomi di tahun 2021, negara-negara harus mengutamakan pembatasan dan penguatan pada sistem kesehatan.

Aksi panic buying juga marak dijumpai di masyarakat. Banyak sekali masyarakat yang membeli barang secara berlebihan. Panic buying dapat menyebabkan inflasi pada kebutuhan pokok, jumlah pembelian yang sangat banyak membuat permintaan pasar naik dan menyebabkan kenaikan harga.

Pengertian inflasi menurut Bank Indonesia yaitu kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam waktu tertentu. Inflasi dapat terjadi karena naiknya permintaan pasar, maka semakin naik pula harganya karena persediaan barang di pasar terbatas. Panic buying juga dapat menganggu keuangan pribadi karena tanpa disadari membeli barang berlebihan akan berpengaruh terhadap pengeluaran.

Di tengah situasi ekonomi saat ini, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menjaga stabilitas keuangan pribadi yaitu:

1. Tidak panic buying.

Barang yang melonjak penjualannya saat ini ialah hand sanitizer dan masker. Bahkan sempat ramai orang yang ingin membeli klorokuin, latex gloves, dan alcohol swab. Padahal yang lebih membutuhkan barang-barang tersebut ialah petugas medis yang bertugas dan berinteraksi langsung dengan pasien COVID-19.

Selain peralatan medis, tak sedikit masyarakat yang membeli kebutuhan pokok jauh lebih banyak dari biasanya. Ini membuat stok kebutuhan pokok menipis sehingga banyak toko yang harus membatasi dalam pembelian kebutuhan pokok. Belilah barang sesuai dengan kebutuhan, tidak usah terlalu banyak apalagi sampai menimbun stok barang.

2. Gunakan dana darurat.

Bagi masyarakat yang telah memiliki dana darurat dapat dipakai di saat seperti ini. Penghasilan di situasi seperti ini dapat fluktuatif. Untuk menanggulanginya dapat menggunakan dana darurat yang dimiliki. Jika belum memiliki dana darurat, segera alokasikan dana darurat di budget pribadi karena tidak ada yang tahu akan seperti apa situasi di depan. Maka dana darurat merupakan hal yang penting. Jika merasa terlambat dalam mengalokasikan dana darurat, ingatlah bahwa membuat dana darurat itu tidak ada kata terlambat.

3. Membuat daftar barang yang diperlukan.

Buatlah daftar kebutuhan sesuai dengan kebutuhan primer, sekunder, dan tersier sehingga kita dapat mengetahui mana barang yang memang dibutuhkan saat ini dan mana barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Alangkah lebih baik jika mengalihkan dana kebutuhan tersier untuk berbagi kepada yang membutuhkan. Karena bisa saja mereka membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka yang sulit terpenuhi akibat wabah COVID-19 ini.

Berbelanja online juga menjadi salah satu kegiatan yang memengaruhi stabilitas keuangan pribadi. Banyak masyarakat yang merasa jenuh karena karantina di rumah dan membuat masyarakat sering melihat-lihat barang yang dijual, baik itu di e-commerce maupun platform lainnya. Sering kali karena tergiur dengan diskon yang ditawarkan toko online, kita berakhir dengan membeli barang tersebut. Padahal, jika dilihat dari poin nomor tiga, bisa jadi barang yang dibeli bukanlah kebutuhan primer. Hal ini dapat dikatakan sebagai pemborosan yang dapat memengaruhi keuangan pribadi.

Dibandingkan dengan berbelanja yang kurang penting, lebih baik dana yang dimiliki digunakan untuk berbagi. Bagi masyarakat yang berkecukupan dalam ekonomi, wabah COVID-19 ini dapat menjadi sebuah ladang untuk beramal dengan berbagi kepada yang membutuhkan. Masih terdapat banyak masyarakat yang tidak dapat mengarantina dirinya di rumah karena terdesak ekonomi. Contohnya ialah para pedagang yang biasa berjualan di sekitar sekolah, penghasilan mereka dipastikan turun karena sekolah saat ini menerapkan belajar di rumah dan membuat para pedagang kesulitan mendapatkan pembeli. Tentu saja keadaan ini membuat mereka harus mencari penghasilan dengan cara lain.

Selain bagi masyarakat yang membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, masih terdapat juga petugas medis yang membutuhkan bantuan. Mulai dari kekurangan alkohol hingga Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai standar. Kita juga dapat membantu petugas medis mendapatkan alat medis dengan cara turut membantu dalam penggalangan dana online.

Mari kita pergunakan uang yang kita miliki dengan sebaik-baiknya dan rencanakan keuangan pribadi kita dengan matang.