Brilio.net - Fakta medis kembali mengejutkan banyak orang. Siapa sangka, ginjal hewan yakni babi dapat menyelamatkan hidup manusia. Dilansir brilio.net dari dailymail.co.uk, Kamis (21/10) ahli bedah di Amerika Serikat dilaporkan telah berhasil mentransplantasikan ginjal babi ke manusia untuk pertama kalinya.

Seperti yang diketahui, ginjal merupakan salah satu organ tubuh paling penting bagi manusia. Jika ginjal manusia memiliki masalah, maka sudah dipastikan kesehatan mereka menjadi taruhannya.

Ginjal berfungsi untuk menyaring dan membuang limbah, seperti racun, garam berlebih, dan urea, yakni limbah yang mengandung nitrogen hasil dari metabolisme protein. Tanpa ginjal, limbah dan racun akan menumpuk dalam darah dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.

Prosedur yang dilakukan di NYU Langone Health di New York, menandai "langkah penting" dalam upaya menyelamatkan nyawa manusia dengan menggunakan organ hewan.

Prosedur ini melibatkan penggunaan babi yang gennya telah diadaptasi untuk memastikan bahwa jaringannya tidak lagi mengandung molekul yang akan memicu penolakan.

Menurut para ahli, penerima organ adalah seorang pasien yang menderita kematian otak di New York dengan tanda-tanda ginjal yang tidak berfungsi lagi, di mana keluarganya setuju untuk melakukan percobaan sebelum respiratornya dilepas.

Setelah dilakukan pengujian, ginjal kemudian dapat berfungsi dengan normal. Hal itu disampaikan langsung ahli bedah transplantasi, Dr. Robert Montgomery, yang memimpin penelitian tersebut.

Ginjal babi yang ditransplantasikan ke manusia dapat berfungsi dengan baik, dimana menghasilkan jumlah urine yang diharapkan dari ginjal manusia.

Penolakan dapat terlihat atau terjadi ketika ginjal babi yang tidak disesuaikan, dipindahkan ke non-manusia.

"Tingkat kreatinin abnormal penerima - indikator fungsi ginjal yang buruk - kembali normal setelah transplantasi," kata Montgomery seperti dilansir dari dailymail.co.uk

Para peneliti telah bekerja selama beberapa dekade untuk mencari tahu kemungkinan menggunakan organ hewan untuk transplantasi. Namun penelitian mereka sempat terhalang, karena masih mencari tahu bagaimana mencegah penolakan langsung oleh tubuh manusia.

Tim Montgomery percaya bahwa menghilangkan gen babi untuk karbohidrat yang memicu penolakan – molekul gula, atau glikan, yang disebut Alpha-gal (galactose-α-1,3-galactose) akan mencegah masalah tersebut.

Untuk melakukan penelitian ini, embrio babi dengan satu gen yang dimodifikasi, ditanamkan di dalam induk babi pengganti oleh unit Revivicor United Therapeutics Corp.

Sang babi kemudian melahirkan anak babi dengan sistem kekebalan yang dimodifikasi, lebih cocok dengan manusia. Setelah dewasa, babi juga menjalani operasi untuk menempelkan timus ke ginjalnya. Timus adalah kelenjar kecil di dekat bagian atas paru-paru, yang menghasilkan sel darah putih.

Transplantasi timus babi bersama dengan ginjalnya bertujuan untuk mengurangi respon imun jangka panjang seseorang terhadap ginjal asing. Ahli bedah kemudian menempelkan organ ke paha penerima, sebagai akses mereka untuk memantau perkembangan.

Babi yang diubah secara genetik, dijuluki GalSafe, telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada Desember 2020, untuk digunakan sebagai makanan bagi orang-orang dengan alergi daging dan sebagai sumber potensial terapi manusia.

Produk medis yang dikembangkan dari babi masih memerlukan persetujuan FDA khusus sebelum digunakan pada manusia. Peneliti lain juga sedang mempertimbangkan apakah babi GalSafe dapat menjadi sumber segalanya, mulai dari katup jantung hingga cangkok kulit untuk pasien manusia.