Brilio.net - Amnesti Internasional secara resmi mencabut penghargaan hak asasi manusia (HAM) dari aktivis dan politisi asal Myanmar, Aung San Suu Kyi pada Senin (12/11). Suu Kyi dinilai telah melakukan 'pengkhianatan' dari nilai-nilai HAM yang pernah dipegang oleh sang pemimpin Myanmar.

Dilansir dari laman resmi Amnesti Internasional, Sekretaris Jenderal Kumi Naidoo telah mengirimkan surat kepada Aung San Suu Kyi pada Minggu (11/11). Surat tersebut berisi pemberitahuan bahwa organisasi itu akan mencabut penghargaan yang telah diberikannya pada tahun 2009 lalu.

Dalam surat yang ditulis Naidoo juga mengekspresikan kekecewaan Amnesti Internasional atas kenyataan bahwa telah mencapai separuh dari masa jabatannya sebagai penasihat negara dan setelah delapan tahun dibebaskan dari tahanan rumah, Suu Kyi tidak menggunakan otoritas politik dan moralnya untuk menjaga HAM dan menegakkan keadilan di Myanmar.

aung san suu kyi dicopot © berbagai sumber

foto: wikipedia.org

Aung San Suu Kyi disebut tidak peduli terhadap nasib etnis Rohingya. Para penyelidik PBB mengatakan bahwa selama kampanye, militer Myanmar melakukan pembunuhan dan pemerkosaan dengan 'niat genosida'.

Penyelidik khusus PBB untuk HAM di Myanmar Yanghee Lee mengatakan kalau Suu Kyi menolak tuduhan tentang kekerasan yang dialami oleh kelompok Rohingya.

"Amnesty International tidak mempunyai alasan untuk tetap mempertahankan status Anda sebagai penerima penghargaan Ambassador of Conscience. Oleh karena itu, dengan sangat sedih kami menariknya dari Anda," kata Naidoo dalam surat tersebut, seperti brilio.net kutip dari laman Amnesti Internasional, Selasa (13/11).

aung san suu kyi dicopot © berbagai sumber

foto: amnesty.org

Amnesti Internasional menambahkan, pemerintahan Suu Kyi telah menimbulkan kebencian terhadap Rohingya. Cara yang dipakai adalah dengan melabeli mereka sebagai teroris, menghalangi penyelidikan internasional terhadap pelanggaran dan gagal mencabut undang-undang represif yang digunakan untuk membungkam aksi kritikus.

Lembaga yang bermarkas di London itu menganugerahi penghargaan Ambassador of Conscience kepada Aung San Suu Kyi pada tahun 2009 lalu. Penghargaan tersebut merupakan penghargaan HAM terbesar.

Suu Kyi mendapat penghargaan tersebut tak lepas dari perjuangannya yang secara damai membela demokrasi dan hak asasi di Myanmar. Amnesty Internasional memberikan penghargaan tersebut saat Suu Kyi masih berada di penjara.

"Kami akan terus berjuang demi keadilan dan hak asasi manusia di Myanmar - dengan atau tanpa dukungannya," tutup Naidoo.