Brilio.net - Persaingan ritel-ritel modern di Indonesia sangatlah ketat. Kasus 7-Eleven yang angkat kaki dari Indonesia beberapa waktu lalu sempat jadi bahan perbincangan. Jaringan minimarket yang sering jadi tongkrongan anak muda ini menutup semua gerainya pada tahun 2017.

Terbaru, PT Hero Supermarket Tbk telah menutup 26 jaringan ritel Giant Supermarket. Mereka juga melakukan pemutusan kerja terhadap 532 orang sepanjang 2018 kemarin. Langkah ini dinilai merupakan upaya perusahaan untuk tetap bertahan di tengah persaingan bisnis ritel yang semakin ketat. Penutupan tersebut juga dianggap sebagai hal biasa di bisnis ini.

Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, mengatakan bahwa saat ini bisnis ritel sudah berkembang pesat dengan persaingan yang semakin ketat. Terlebih munculnya banyak platform jual beli online yang menawarkan produk seperti yang dijual di toko ritel.

"Bisnis ritel ini sekarang berubah, sehingga siapa yang terkena dampak? Saya kira Giant yang saat ini terkena dampak. Dampak apa? Ya atas persaingan itu sendiri. Karena produk yang dijual itu sama dengan ritel lain, baik yang di offline maupun di online. Sehingga dia melakukan amputasi dengan menutup toko mereka," ujarnya.

Lalu apa saja penyebab ritel-ritel raksasa tersebut bisa berjatuhan? Berikut ini 5 penyebabnya seperti dilansir dari merdeka.com pada Selasa (25/6).


1. Kebiasaan belanja masyarakat dari ritel ke online.

alasan ritel modern banyak tutup © berbagai sumber

foto: freepik.com


Kebiasaan belanja masyarakat yang mengalihkan cara belanja tunai menjadi online juga diduga menjadi penyebab menurunnya pendapatan industri ritel. Sebab masyarakat sekarang lebih nyaman mendapatkan barang yang diinginkan tanpa harus datang ke toko.

"Tetapi memang dari sebagian sektor retail ada sedikit pengalihan. Jadi orang tadinya ada belanja langsung, jadi berubah menjadi online. Ada sebagian bergeser ke sana. Ini juga menjadi pengaruh," kata Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee.


2. Lokasi yang tidak tepat.

alasan ritel modern banyak tutup © berbagai sumber

foto: freepik.com


Penutupan beberapa toko ritel besar ini bukan semata dipengaruhi faktor bisnis online shop. Menurut Tutum Ruhanta, salah satu faktornya seperti lokasi yang tidak tepat, persaingan bisnis, daya beli masyarakat yang lesu dan lainnya.

"Tapi kalau buka-tutup toko itu sudah sering. Cuma antara lebih banyak buka atau lebih banyak tutup. Pasti lebih banyak buka daripada tutup karena lokasi tidak cocok atau salah ambil lokasi," katanya.


3. Persaingan antar ritel modern.

alasan ritel modern banyak tutup © berbagai sumber

foto: Instagram/@receh.id


Persaingan antar ritel juga mempengaruhi tumbangnya bisnis ritel di Indonesia. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menjelaskan akhir-akhir ini semakin banyak ritel yang membuka usaha dekat dengan masyarakat. Penyediaan kebutuhannya juga lengkap.

"Di kita khusus di Indonesia ada fenomena yang namanya Indomart, Alfamart, itu memang mengubah konstalasi. mesti ada yang tersingkir ya. Ada persaingan antar ritel," kata Menteri Darmin.


4. Penyebab muncul dari kondisi internal.

alasan ritel modern banyak tutup © berbagai sumber

foto: freepik.com


Tak hanya faktor eksternal, faktor internal perusahaan juga sangat memengaruhi, seperti beberapa ritel Giant yang mendadak tutup. Tutum Rahanta menjelaskan, Giant juga pasti telah memiliki pertimbangan yang matang sebelum memutuskan untuk menutup sejumlah tokonya.

Namun yang jadi pertimbangan biasanya lantaran toko tersebut tidak mampu berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan, bahkan hanya menjadi beban bagi keuangan perusahaan.

"Pasti ada faktor-faktor yang diperhitungkan sehingga berani melakukan langkah itu. Karena image-nya kan sangat jelek (dengan menutup toko). Tetapi outlet tersebut sudah tidak bisa dipertahankan lagi, akan menggerogoti perusahaan secara keseluruhan. Tidak hanya Giant, perusahaan mana pun pasti begitu," jelas dia.


5. Pendapatan ritel yang kecil.

alasan ritel modern banyak tutup © berbagai sumber

foto: freepik.com


Sebuah ritel mendapatkan untung dari pendapatan. Namun jika pendapatan yang didapat berkurang, bisa saja ritel tersebut menjadi bangkrut. Salah satunya kasis ritel Seven Eleven yang ditutup pada Juni 2017.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Rosan Roeslani menjelaskan tutupnya ritel 7-Eleven terjadi karena adanya ketimpangan antara marjin pendapatan dan pengeluaran. Menurutnya kecilnya marjin pendapatan dari 7-Eleven dikarenakan gerai ini lebih sering dijadikan tempat nongkrong. Sedangkan daya beli masyarakat di gerai ini kecil.

"Kadin lihatnya Sevel (7-Eleven) mungkin bisnis modelnya kurang pas karena marjin mereka tipis kan, tapi mereka sewa tempat besar, karena banyak dipakai nongkrong, tapi marjinnya tipis," ujar Rosan.