Brilio.net - Pernah nggak bertanya-tanya mengapa tanah berwarna cokelat? Sebuah studi pada tahun 2006 dalam jurnal American Naturalist mengungkapkan lewat tanaman hijau.

Sebagai tanaman, pasti akan layu lalu mati, daun dan bagian tanaman lain akan terjatuh dan membawa karbon yang telah disimpan untuk hidup dalam tanah.

Dilansir brilio.net dari livescience, Selasa (18/8), mikroba di dalam tanah merobek tanaman yang mati dengan enzim khusus, yang memecahkan ikatan kimia yang ada dalam tanaman. Mikroba memotong-motong makanan ini agar bisa dikonsumsi oleh tubuhnya yang mungil.

Mikroba yang lapar memproses sejumlah besar karbon dalam tanah, bahkan menggabungkan beberapa elemen ke dalam sel mereka sendiri.

"Tapi mereka tak 100% efisien," ujar Staven Allison, seorang ahli ekologi yang berasal dari University of California, Irvine.

"Ada karbon yang tidak dimakan oleh mikroba. Kemudian mereka mati. Karbon itu akhirnya masuk ke dalam tanah. Ini merupakan sebuah siklus, selalu ada karbon yang tak termakan. Inefisiensi kecil ini berakumulasi seiring berjalannya waktu," paparnya.

Makanan sisa berlebih milik mikroba ini atau yang disebut dengan material humus, telah menumpuk selama ribuan tahun, dan mengakibatkan tanah memiliki warna cokelat.

Karbon ini menyerap sebagian besar warna yang ada dalam spektrum sinar matahari, dan hanya memantulkan kembali cahaya berwarna cokelat muda.

Namun, tak semua tanah di dunia berwarna cokelat. Tanah yang ada di Hawai kaya akan zat besi sehingga mempunyai sentuhan warna kemerahan. Jika karbon tak tersedia dalam jumlah yang cukup banyak, tanah akan tampak berwarna kuning, merah, dan keabuan. Warna itu berasal dari mineral pembentuknya.