Tak dapat dimungkiri, nyaris setiap hari kita menyaksikan berbagai inovasi teknologi yang semakin canggih dan mutakhir. Termasuk yang akhir-akhir ini tengah ramai dibahas, Metaverse. Ide yang digagas oleh Mark Zuckerberg ini masih menuai perdebatan di berbagai kalangan. Termasuk ketika Arab Saudi meluncurkan Ka'bah dalam Metaverse, tak ayal hal tersebut menimbulkan kontroversi bagi masyarakat dunia, khususnya kaum muslim.

Metaverse merupakan dunia virtual yang dibuat untuk menghubungkan manusia satu sama lain hingga berada di suatu tempat yang diinginkan dalam wujud tiga dimensi sehingga tampak lebih nyata.

Walaupun kehadiran Metaverse dikhawatirkan akan mengurangi interaksi manusia secara langsung. Bak sisi mata uang, setiap hal tentu memiliki dampak baik dan buruk tergantung bagaimana cara kita menyikapi dan menggunakannya. Sehingga ada baiknya kita mempersiapkan diri sebelum ikut terlibat di dalamnya.

Maka dari itu, simak lima hal di bawah ini yang mesti dipahami di era Metaverse.

1. Memahami Metaverse dan komponen pendukungnya.

Metaverse merupakan realitas virtual (virtual reality) yang dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata sehingga memungkinkan setiap orang untuk berada di suatu tempat yang mereka inginkan, walaupun sebenarnya secara fisik mereka tidak ada di sana.

Adapun komponen utama yang terdapat dalam Metaversemeliputi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mixed Reality (MR), serta komponen pendukung lainnya yang memiliki fungsi berbeda-beda pula.

2. Memahami tujuan Metaverse.

Kehadiran berbagai jenis teknologi baru diperuntukkan sesuai dengan kebutuhan manusia. Ponsel pintar akan berfungsi maksimal jika digunakan untuk komunikasi suara dan pesan teks. Sementara komputer atau laptop walaupun tidak dapat bekerja maksimal untuk komunikasi layaknya ponsel, namun dapat digunakan untuk membuat dokumen, desain grafis, gaming dan lainnya.

Metaverse sendiri bertujuan untuk menjadikan interaksi, sosialisasi, bahkan transaksi menjadi lebih nyata dengan menghadirkan konsep tiga dimensi. Dengan mengetahui tujuan dari Metaverse ini, penggunaannya bisa lebih efektif, efisien, dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

3. Mengutamakan etika berteknologi.

Walaupun dengan teknologi banyak hal tak terbatas yang dapat kita lakukan, namun sebagai manusia tentu dibatasi oleh etika dalam penggunaannya. Beberapa etika yang mesti dipegang seperti tidak menyinggung SARA, membuat hoaks, dan menyebarkan berita provokatif mesti dipahami bagi seluruh pengguna yang nantinya berada dalam Metaverse.

Di Metaverse, interaksi dengan orang lain akan lebih sering terjadi dan lebih realistis seperti halnya sedang berinteraksi di dunia nyata. Sehingga, sangat dibutuhkan pemahaman etika yang baik agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi para penggunanya.

4. Mengutamakan sisi kemanusiaan.

Berinteraksi dengan orang lain baik di kehidupan nyata maupun secara virtual tidaklah mesti membuat manusia turut mengubah perilaku dirinya. Sisi kemanusiaan tetap yang utama untuk menghindari konflik yang tentu saja akan ikut berdampak pada hubungan manusia di kehidupan nyata. Sifat manusia tetaplah sama di mana pun mereka berada, sekalipun di Metaverse.

5. Agama dan undang-undang sebagai alat pengontrol diri manusia.

Sebagai pedoman hidup, keberadaan agama sangat diperlukan untuk mengontrol dan membatasi perilaku kita dalam berbagai aspek, terutama penggunaan teknologi yang saat ini tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Termasuk ketika berada di Metaverse yang nantinya akan menjadikan interaksi sosial menjadi tak terbatas. Khusus di Indonesia, telah ada Undang-Undang ITE yang mengatur penggunaan teknologi informasi dan komunikasi agar kita lebih bijak dalam menggunakannya.

Walaupun Metaverse dibuat sedemikian mirip dengan dunia nyata, tentu hal tersebut sulit menggantikan sentuhan fisik dan interaksi secara langsung antara kita dengan orang lain. Begitu pun dengan tempat-tempat yang nantinya akan dibuat di Metaverse. Sehingga sangat diperlukan pemahaman yang mendalam dan pedoman yang benar ketika berada dalam dunia virtual seperti Metaverse, agar tidak membuat kita memakai topeng dan tetap sadar bahwa kita adalah manusia yang bermoral dan bermartabat.

Oleh: Muh. Ruslim Akbar (@muhruslimakbar)