Pandemi Covid-19 mengubah banyak aspek kehidupan, kondisi kita sudah tidak sama dengan sebelumnya. Semua orang di dunia mengubah cara hidup dan bertahannya. Di sektor pendidikan misalnya, sudah hampir dua tahun pembelajaran dilakukan dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Bila kita renungkan, sebenarnya terdapat pembelajaran yang dapat kita petik dari kondisi ini. Salah satunya adalah mengembalikan peran penting rumah dan orang tua dalam kehidupan setiap anak.

Bagi seorang anak, rumah merupakan tempat pertama memperoleh ilmu pengetahuan. Sementara orang tua adalah orang pertama dalam kehidupan anak yang bertanggung jawab dalam pengembangan fisik maupun spiritual. Namun dalam perkembangannya, peran rumah dan orang tua digantikan dengan keberadaan sekolah dan guru. Sekolah menjadi lembaga untuk anak belajar dan diajar oleh guru. Sedang guru menjadi orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada anak sebagai siswa dalam pengembangan baik secara fisik dan spiritual.

Dengan adanya pandemi, semua orang mengubah cara hidup dan bertahannya. Prioritas utama terkait kebijakan pembelajaran pun diletakkan pada kesehatan dan keselamatan, baik bagi anak sebagai peserta didik, guru sebagai pendidik, orang tua sebagai bagian keluarga dan masyarakat secara umum. Di samping juga mempertimbangkan tumbuh kembang dan kondisi psikososial anak dalam pemenuhan layanan pendidikan. Artinya, semua orang tua harus bisa menjadi guru untuk anak selama masa pandemi. Sekolah pun bisa dipindahkan ke rumah. Rumah harus siap dijadikan sekolah untuk belajar. Semua orang tua harus siap dan bisa menjadi guru sekaligus murid bagi anaknya.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana orang tua dapat melakukannya? Setidaknya ada tiga hal utama yang dapat dilakukan agar rumah dan orang tua dapat berperan sebagaimana peran yang dilakukan sekolah dan guru bagi anak selama ini.

1. Kenali permasalahan anak.

Terdapat sejumlah tanda yang menunjukkan seorang anak bermasalah.

- Anak menjadi lebih sensitif atau terpancing emosinya (marah, berbicara kasar, menangis).

- Menghindari kontak mata dengan orang lain.

- Ekspresi wajah anak sering murung, lebih pendiam dari biasanya dan suka menyendiri.

- Anak menjadi malas belajar, perubahan selera makan.

- Mengalami gangguan saat tidur.

- Adanya perubahan fisik.

Setelah mengenali tanda anak bermasalah, hadapi dan pahami masalah anak dari sudut pandang mereka. Dampingi anak menyelesaikan masalah dengan berfokus pada penyelesaian dan menjadikan masalah sebagai sumber pembelajaran.

2. Menyiapkan lingkungan belajar anak di rumah.

Untuk itu orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut ini.

- Menyediakan waktu belajar untuk anak setiap hari.

- Mendampingi anak belajar dengan sabar dan tekun.

- Mencarikan waktu yang pas untuk anak belajar.

- Mencarikan ruang atau tempat yang pas untuk anak belajar.

- Mengajarkan anak tata krama dan kemandirian.

Untuk itu, perlu bagi setiap orang tua mengenali gaya belajar anak, apakah visual, audiotori atau kinestetik, agar dapat membantu saat anak mengalami kesulitan belajar.

3. Dampingi anak agar siap belajar.

Tugas orang tua adalah mengoptimalkan kehebatan dan meminimalkan kelemahan seorang anak. Ingatlah, guru privat yang terbaik adalah ayah dan ibu yang mendampingi anak saat belajar. Beberapa hal berikut dapat membantu menyiapkan anak agar siap belajar.

- Orang tua dapat memberikan makanan yang sehat dan bergizi.

Mengajak anak berdialog serta memberikan kesempatan anak untuk mencoba sesuatu yang baru sesuai dengan usia dan perkembangan anak.

- Mengajak anak untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya serta tujuan dan target yang akan dicapai.

- Yang terpenting memberikan kesempatan dan kepercayaan pada anak untuk melakukan kegiatan dalam rangka membangun kemandirian pada anak.

- Tidak lupa berikan pujian pada anak atas keberhasilan sekecil apa pun dalam proses pembelajaran.