Berhasil lolos ke bioskop dan tayang perdana pada 11 Juli 2019 di beberapa bioskop di Indonesia, film Dua Garis Biru sudah merebut 178.010 pasang mata penonton di hari pertama penayangannya. Informasi ini diperoleh dari unggahan akun instagram resmi film Dua Garis Biru pada 12 Juli 2019. Film yang ditujukan untuk kalangan usia 13 tahun ke atas ini ternyata sempat menuai kontroversi setelah trailer-nya ditayangkan pada April 2019 lalu. Bahkan beredar petisi yang bertajuk Jangan Loloskan Film yang Menjerumuskan! Cegah Dua Garis Biru di Luar Nikah. Petisi ini lantas menimbulkan pro dan kontra di antara masyarakat. Namun setelah proses yang panjang, film ini pun akhirnya berhasil lolos untuk ditayangkan di bioskop.

Mengisahkan tentang percintaan remaja antara 2 anak SMA, film ini diperankan oleh Zara JKT 48 sebagai Dara, dan Angga Aldi Yunanda sebagai Bima, 2 bintang remaja Indonesia yang namanya sedang melejit. Tidak hanya itu, nama Lulu Tobing yang memerankan Rika sebagai ibu dari Dara juga menjadi perhatian penonton. Pasalnya, film Dua Garis Biru ini menjadi film pertama Lulu Tobing setelah vakum 7 tahun dari per-film Indonesia. Bintang lain seperti Dwi Sasono sebagai David, ayah dari Dara, Cut Mini sebagai ibu dari Bima, Arswendy Bening Swara sebagai ayah dari Bima, Rachel Amanda sebagai Dewi, kakak dari Bima, dan Maisha Kanna sebagai Puput, adik dari Dara, juga turut mengambil peran dalam film yang ternyata mampu menuai respon positif dari penontonnya sebagai film sex education sejak penayangan hari pertamanya.

Film ini bercerita tentang Dara dan Bima, sepasang kekasih yang merasa saling melengkapi satu sama lain. Dalam kisahnya, kedua remaja yang baru menginjak usia 17 tahun ini memiliki gaya pacaran yang menimbulkan kenyamanan satu sama lain, bahkan lebih dari sekedar kata sayang atau cinta. Kenyamanan yang tak biasa itu lantas membuat keduanya berani melanggar batas tanpa memikirkan konsekuensinya. Pelanggaran itu pun tidak hanya sekadar menuntut tanggung jawab dari kedua remaja ini, namun konflik yang terus timbul akibat perbuatan keduanya menjadi beban berat keluarga keduanya.

Hamil di luar nikah, mungkin hal inilah yang sempat menuai pro dan kontra di antara masyarakat sebelum film ini ditayangkan. Namun, tidak hanya sekedar sex education, film ini ternyata sarat akan pesan moral yang mungkin sudah tidak dihiraukan kebanyakan remaja masa kini. Ini pesan moral film Dua Garis Biru yang wajib menjadi perhatian setelah menonton film ini.

1. Jangan berdua di dalam kamar tanpa pengawasan orang tua.

Bagi yang sudah menonton film ini, kalian pasti sudah tahu bahwa Dara dan Bima terlalu banyak menghabiskan waktu bersama. Sedang dimabuk asmara, kedua remaja ini bahkan begitu lengket. Satu kelas, duduk berdampingan, pulang sekolah bersama, jalan bersama, itulah yang diperlihatkan film ini antara Dara dan Bima. Sebutan suami istri pun menjadi bahan olokan teman-teman keduanya akibat kedekatannya yang mungkin sudah seperti suami dan istri. Bahkan, keduanya tidak segan untuk berada di dalam satu kamar yang sama. Secara moral, mereka sudah melewati batas. Mungkin sebelumnya tidak ada niat di antara keduanya, akan tetapi keadaan yang memungkinkan, lepas dari pengawasan orang tua, mereka pun tidak mampu menahan godaan untuk melanggar norma, yang berujung pada perzinahan.

2. Jangan menggugurkan bayi dalam kandungan.

Pelanggaran yang dilakukan Dara dan Bima menuai akibat yang fatal, hamil di luar nikah. Usia yang masih remaja di mana seharusnya mereka masih memiliki perjalanan yang panjang untuk mencapai masa depan yang mereka cita-citakan, kini buyar dalam sekejap mata ketika Dara mendapati 2 garis merah pada hasil test pack-nya, yang kemudian ia perlihatkan kepada Bima. Keduanya pun berusaha mencari solusi akan akibat yang mereka timbulkan. Hingga akhirnya, mengugurkan kandungan menjadi pilihan mereka berdua. Namun beruntungnya, Dara masih memiliki hati nurani yang mengingatkannya akan keluarganya, terutama ketika ibunya mengandung Puput, adiknya. Ingatan itu pun yang menjadikan Dara menghentikan niatnya itu. Secara moral dan agama, mereka hampir saja melanggar lebih jauh. Menggugurkan bayi dalam kandungan sama saja dengan pembunuhan yang tentunya dilarang oleh agama apapun. Sudah terlanjur berdosa melakukan zinah, jangan sampai menambah dosa dengan membunuh.

3. Jangan mempermainkan agama dengan perzinahan.

Setelah konflik antara kedua keluarga Dara dan Bima yang berbuntut pada masalah agama, Dara dan Bima pun akhirnya dinikahkan. Hal ini bukan untuk mutupi perzinahan yang mereka lakukan, akan tetapi sebagai tanggung jawab mereka kepada agama atas perzinahan itu. Pihak keluarga Dara awalnya tidak mau menikahkan Dara, namun pihak keluarga Bima bersikeras atas nama agama.

4. Jangan mempermainkan pernikahan dengan perceraian.

Setelah dinikahkan, konflik akibat perbuatan Dara dan Bima belum selesai. Muncul perdebatan di antara keluarga keduanya mengenai siapa yang akan mengasuh anak Dara dan Bima setelah lahir nanti. Cita-cita Dara untuk kuliah di Korea juga menjadi pertimbangan keluarganya. Pihak keluarga Dara mengusulkan untuk memberikan anak Dara dan Bima kepada saudaranya yang sudah lama menantikan seorang anak. Alasannya karena Dara dan Bima masih belum mampu menjadi orang tua. Selain itu, mereka juga mengusulkan agar Dara dan Bima bercerai setelah kelahiran anak mereka, kerena Dara akan ke Korea untuk kuliah. Usul ini tidak begitu saja diterima oleh pihak keluarga Bima. Mereka tidak setuju dan mengusulkan untuk mengambil hak asuh atas anak Dara dan Bima. Perceraian yang diusulkan juga tidak mereka setujui karena dianggap mempermainkan agama. Bagi mereka, pernikahan menuntut tanggung jawab penuh sehingga tidak semudah itu dipermainkan dengan perceraian. Lagipula, Dara dan Bima juga mengaku saling menyayangi, sehingga ketika bercerai, maka mereka tidak akan bisa menikah kembali.

4 pesan moral dari film Dua Garis Biru ini sejatinya bukanlah pesan yang main-main. Semoga ini dapat menjadi perhatian penuh bagi anak-anak usia remaja yang saat ini sedang menjalin asrama, terlebih kepada semua orang tua sehingga dapat memiliki pengawasan yang lebih baik lagi kepada anak-anak mereka yang sudah menginjak usia remaja.