Kehidupan perempuan pada masa lalu memang sering diidentikkan dengan istilah kasur, sumur, dapur. Berbeda dengan kehidupan perempuan pada zaman ini yang notabene lebih bebas berekspresi. Walaupun begitu, kehidupan perempuan masa lalu yang hanya bergulat pada kepentingan rumah tangga juga memiliki sebuah peran besar bagi sejarah kuliner kita. Terutama pada peran perempuan yang ikut untuk menyebarkan masakan Nusantara di masa kolonial.

Sejarah peran perempuan bumiputra dalam penyebaran kuliner nusantara

Foto: kitlv.nl

Para perempuan bumiputra menyebarkan masakannya lewat beberapa bidang, di antaranya sebagai berikut.

1. Mengikuti sekolah Huishoudschool.

Sejarah peran perempuan bumiputra dalam penyebaran kuliner nusantara

Foto: Anggraeni, Pipit. 2015:77

Sejak adanya kebijakan Belanda mengenai politik etis pada tahun 1902 yang ditandai dengan adanya sekolah Huishoudschool bagi perempuan menyebabkan kaum perempuan mulai mengekspresikan dirinya. Huishoudschool merupakan sekolah kejuruan perempuan yang mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga seperti menjahit dan memasak. Oleh karena itu, adanya sekolah rumah tangga (Huishoudschool) menjadi sarana penting para perempuan untuk saling menukarkan resep masakan Nusantara pada masa tersebut.

2. Menjadi pedagang.

Sejarah peran perempuan bumiputra dalam penyebaran kuliner nusantara

Foto: kitlv.nl

Aktivitas perdagangan khususnya oleh kaum perempuan pada zaman dulu juga menjadi sebab dari tersebarnya makanan Nusantara. Kaum perempuan yang menjadi pedagang biasa untuk menjual sejenis meniman tradisional yang bernama segoweer. Minuman ini dibuat dengan meragi sari tangkai bunga mentah dari sejenis pohon palem. Minuman tersebut juga banyak diminati oleh kalangan pendatang seperti orang-orang Belanda.

3. Ibu rumah tangga.

Sejarah peran perempuan bumiputra dalam penyebaran kuliner nusantara

Foto: Pinterest.com

Perempuan pribumi yang menikah dan berkeluarga dengan orang asing seperti orang Belanda tentu berpengaruh besar dalam penyebaran masakan Nusantara. Raggie Bay dalam bukunya yang berjudul Nyai dan Pergundikan menjelaskan bahwa ibu rumah tangga zaman dulu mempunyai peran yaitu sebagai Kokkie. Mereka biasa membuat hidangan tradisional Jawa seperti sayur (jangan=dalam bahasa Jawa), sambal, dan disertai dengan gorengan ikan kecil untuk suguhan sehari-harinya. Kokkie mempunyai wewenang untuk mengatur dan menyiapkan semua yang berhubungan dengan masakan, daftar menu, dan perhitungan belanja.

4. Penulis kookboek (buku resep).

Sejarah peran perempuan bumiputra dalam penyebaran kuliner nusantara

Foto: kitlv.nl

Untuk menjadi penulis kookboek atau buku resep pada zaman dahulu biasanya diisi oleh kaum perempuan bangsawan. Contohnya saja R.A. Kartini yang dalam catataannya yang berjudul Door Duisternis tot Licht atau biasa yang dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang. Catatan tersebut terdapat beberapa resep yang pernah ia praktikkan di dapur. Selain itu terdapat R.A Kardinah dengan buku resepnya yang berjudul Lajang Panoentoen Bab Olah-Olah, ing Pamoelangan Wisma-Pranawa ing Tegal pada tahun 1918 dan Lajang Panonetoen Bab Olah-Olah Kanggo para Wanita pada tahun 1936.

Nah, itulah beberapa peran perempuan pribumi dalam menyebarkan masakan Nusantara. Oleh karena itu jangan lagi meremehkan kekuatan perempuan. Kaum perempuan ternyata banyak berkontribusi bagi sejarah Nusantara tercinta.