Apakah kamu pernah merasakan gangguan tidur? Gangguan tidur adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan tidur atau kesulitan untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. Di sini akan membahas mengenai gangguan tidur sleep paralysis. Sleep paralysis juga merupakan bagian dari gangguan tidur.

Sleep paralysis atau kelumpuhan tidur adalah gangguan tidur di mana seseorang memiliki kesadaran dalam tidur tetapi tidak mampu bergerak dan berbicara dalam beberapa detik atau menit hingga merasakan sulit bernapas dan rasa sesak di dada. Hal ini terjadi ketika seseorang berada di fase terjaga dan tertidur.

Di dalam masyarakat, biasanya gangguan tidur sleep paralysis ini di sebut dengan "ketindihan" atau "eurep-eurepan". Masyarakat juga percaya bahwa eurep-eurep atau ketindihan ini sangat berkaitan erat dengan hal mistis karna pengetahuan mereka yang hanya dari sudut pandang budaya saja, tidak dari sudut pandang yang lain.

Apakah kamu pernah mengalami hal ini? Jangan takut, karena sleep paralysis sudah diteliti oleh para ahlinya dan merupakan hal yang umum terjadi. Jangan panik jika suatu saat kamu mengalaminya.

Sleep paralysis menurut Cheyne (2005) merupakan suatu keadaan saat individu tidur nyenyak, kemudian terbangun secara tiba-tiba dan tidak bisa menggerakan anggota tubuh. Sleep paralysis adalah periode sementara dari kelumpuhan yang dialami sebelum tertidur atau terbangun yang berhubungan dengan gerakan mata cepat (REM) (Hishikawa dan Shimizu, 1995). Selama mengalami kelumpuhan tidur individu tidak memiliki kendali atas gerakan tubuh, meskipun mereka mampu membuka mata dan melaporkan kejadian di sekitar mereka (Hishikawa dan Kaneko,1965).

Sleep paralysis bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan, anak-anak maupun dewasa. Setiap orang pasti pernah mengalaminya setidaknya sekali atau dua kali dalam hidupnya. Sleep paralysis ini bisa terjadi dua kali, yang pertama saat tertidur atau disebut dengan hypnagogic or predormital sleep paralysis, yang kedua saat terbangun atau disebut dengan hypnopompic or postdormital sleep paralysis.

Yang terjadi dengan kelumpuhan tidur hypnagogic sleep paralysis saat tertidur, tubuh akan perlahan rileks. Biasanya kita menjadi kurang sadar sehingga tidak dapat memperhatikan perubahan. Namun, jika tetap tersadar saat tidur, maka kita akan memperhatikan bahwa kita tidak dapat berbicara dan bergerak. Sedangkan yang terjadi dengan kelumpuhan tidur hypnopompic selama tidur, tubuh bergantian tidur antara REM (gerakan mata cepat) dan NREM (gerakan mata non-cepat). Satu siklus tidur REM-NREM berlangsung sekitar 90 menit, dan sebagian besar waktu yang dihabiskan untuk tidur ada di NREM. Tidur NREM mengahabiskan waktu hingga 75%. Sleep Paralysis terjadi saat individu tiba-tiba tersadar sebelum siklus REM berakhir sehingga mengalami kesulitan bergerak dan berbicara (Cheyne, 2002).

Terdapat empat tahapan tidur menurut Perry dan Potter (2005), yang pertama adalah Non Rapid eye Movement 1 (tahapan tidur yang paling ringan), Non Rapid Eye Movement 2 (tahapan tidur byang lebih mendalam), Non Rapid Eye Movement 3 (tahapan tidur yang paling dalam), dan Non Rapid Eye Movement 4 (pada tahap inilah mimpi terjadi). Kualitas dan juga kuantitas tidur yang buruk dapat menyebabkan sleep paralysis ini. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur antara lain penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, tingkat kecemasan, motivasi, dan obat-obatan (Tarwoto, 2006). Dipercaya secara luas bahwa berbaring dalam posisi terlentang adalah penyebab langsung dari sleep paralysis.

Faktor yang dipercaya bisa menyebabkan sleep paralysis atau kelumpuhan tidur ini salah satunya adalah stres. Menurut Solomanova dkk (2007) stres berhubungan dengan frekuensi dan intensitas kejadian sleep paralysis, peneliti lain juga menyebutkan bahwa masalah psikologis seperti stres, perasaan cemas dan takut dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya sleep paralysis ini (Hirsch,2004).

Kondisi yang diyakini dapat meningkatkan kelumpuhan tidur pada seseorang di antaranya adalah insomnia, narkolepsi, gangguan stress pascatrauma, panik, dan jadwal tidur terganggu seperti pekerja shift atau jetlag. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi sleep paralysis yaitu dengan memiliki waktu tidur yang cukup dan memastikan tidur enam sampai delapan jam per hari, mengurangi stres, perbaiki posisi tidur, mengurangi konsumsi minuman berkafein, hindari minuman beralkohol, menjaga pola makan, dan juga dengan menciptakan ruangan tidur yang nyaman.