Sudah berjalan sekitar satu tahun sejak merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia. Tepatnya pada Maret 2020, kasus positif Covid-19 pertama muncul di Indonesia dan menyebabkan lonjakan kasus setiap harinya. Langkah awal pemerintah dalam menanggulangi lonjakan kasus pandemi ini adalah dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Pemberlakuan PSBB ini berdampak pada meredupnya berbagai sektor di Indonesia, tak terkecuali sektor pendidikan. Hal itu menyebabkan pembelajaran dilakukan dari rumah secara online. Pelaksanaan sekolah online atau daring (dalam jaringan) juga dilakukan secara mendadak sehingga menimbulkan ketidaksiapan guru, siswa, dan orang tua.

Pembelajaran daring dinilai tak lebih efektif daripada saat belajar di sekolah. Tak sedikit kendala yang dialami siswa dan orang tua. Jam belajar hanya berlangsung selama 90-240 menit per hari karena menggunakan aplikasi video conference seperti Zoom dan Google Meet. Penggunaan aplikasi video conference dalam waktu lama juga tidak dianjurkan karena mempertimbangkan akses internet dan kesehatan para siswa. Tak hanya waktu belajarnya, media yang digunakan guru dominan monoton dan kurang interaktif sehingga membuat siswa jenuh dan menyebabkan penyerapan materi menjadi minim. Tak sedikit siswa yang mengeluhkan tentang metode pembelajaran daring yang dinilai cukup memberatkan.

Penyesuaian pembelajaran virtual pada masa pandemi Covid-19 menimbulkan beberapa permasalahan. Tak dapat dipungkiri bahwa tak sedikit siswa dan orang tua yang mengeluhkan belajar dari rumah. Sebagian orang tua merasa tidak mampu dan tidak siap untuk membimbing putra dan putri mereka berjam-jam karena memiliki tanggung jawab lain, seperti bekerja. Selain itu, ada sebagian orang tua yang ternyata kurang lihai mengoperasikan gawai. Bahkan, karena keterbatasan ekonomi sebagian siswa dan orang tua tidak memilikinya. Belum lagi jika dalam satu keluarga ada lebih dari satu anak. Hal itu menyebabkan perhatian orang tua terbagi sehingga dalam kondisi ini sejumlah orang tua mulai menuntut kemandirian anak.

Terlepas dari segala tanggung jawab pekerjaan yang orang tua emban, anak tetaplah prioritas utama yang harus mendapat perhatian lebih. Orang tua harus tetap memperhatikan dan membimbing anak selama pembelajaran daring. Saat orang tua turut berpartisipasi dalam pembelajaran daring, hal tersebut mampu mempererat hubungan baik antara orang tua dengan anaknya. Setiap anak sangat membutuhkan dukungan mental dari kedua orang tuanya. Orang tua menjadi garda terdepan dalam mengawasi anak-anaknya melaksanakan pembelajaran daring. Orang tua diharapkan dapat menjadi teman yang baik untuk belajar serta dapat sabar menyikapi putra dan putri mereka.

Kontribusi orang tua sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran daring. Orang tua hendaknya mampu membantu mendisiplinkan anak, seperti tetap bangun pagi dan memakai seragam yang rapi walau hanya di rumah. Selain itu, para orang tua diharapkan dapat memonitori dan mengawasi anak-anaknya untuk selalu bersikap jujur dan mandiri dalam mengerjakan ujian.

Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya mendapat hasil yang terbaik. Namun, hasil terbaik itu harus didapatkan dengan cara yang baik pula. Tak dapat dipungkiri, segelintir orang tua akan melakukan berbagai cara agar nilai anaknya selalu bagus walau itu tindakan yang tidak baik, misalnya membantu anaknya mengerjakan ujian. Tanpa disadari, hal tersebut akan membuat kualitas putra dan putri mereka menurun.

Oleh karena itu, kepada para orang tua marilah mulai menanamkan sifat jujur dan mandiri kepada putra dan putrinya. Ajarkan mereka untuk melaksanakan sesuatu secara jujur dan mandiri. Selalu terima dengan ikhlas apa pun hasil yang telah mereka raih. Tidaklah perlu memarahi atau membandingkannya dengan orang lain.

Jadikan kita, orang tua, sebagai contoh dan panutan yang baik sehingga anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas. Marilah seluruh orang tua berintrospeksi diri, sudah benarkah cara mendampingi dan membimbing putra dan putrinya?