Istilah motivasi berasal dari kata motif, artinya daya upaya yang mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan (Bastari, 2019).

Jadi motivasi merupakan dorongan dari diri seseorang dalam melakukan suatu pencapaian.
Manusia perlu memiliki motivasi untuk melakukan berbagai hal dalam mencapai tuuan-tujuannya. Motivasi terbagi-bagi macam bentuknya, bisa berasal dari dalam diri seseorang ataupun dari luar dirinya seperti kebutuhan dan keinginan yang dipelajari melalui pengalaman dengan dunia sosialnya bersama orang tua, sahabat, pacar, ataupun orang yang disuka, motivasi ini disebut dengan motivasi sosial.

Agar minat untuk belajar sang anak senantiasa tetap naik dalam waktu ke waktu, sang anak harus memiliki motif-motif tertentu yang menyebabkan ia harus tetap semangat belajar. Uno (dalam Maryani, 2019) mengemukakan bahwa motivasi belajar yaitu dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi dapat menggambarkan proses yang dapat memunculkan dan mendorong perilaku, memberikan arah dan tujuan perilaku, mengarahkan pada perilaku tertentu. Tentu saja orang tua memegang peranan yang amat penting untuk meningkatkan perkembangan dan prestasi anak.

Seperti yang terjadi pada legenda bulu tangkis Indonesia, Liliana Natshir berharap para orang tua memberikan dukungan penuh bagi anak mereka yang ingin menjadi atlet. "Untuk di umur yang sangat muda ini, mereka butuh dukungan dari orang tua. Itu menurut saya, karena saya mengalami itu. Orang tua mendukung, memperhatikan segala hal mulai dari gizi dari makanan dan istirahatnya. Itu menurut saya step awal yang penting," kata Liliyana ditemui di sela Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis 2019 PB Djarum di GOR KONI (Kompas, 2019).

Ada banyak peranan orang tua yang dapat dikembangkan dalam upaya menopang prestasi belajar anaknya, antara lain memahami hubungan sosial sang anak (Santrock, 2011):

1. Demographic characteristics.

Orang tua dengan pendidikan tinggi cenderung lebih berperan aktif untuk terlibat dalam mendidik anak. Ia juga memiliki materi-materi yang merangsang intelektual anak di rumah. Sebaliknya, orang tua yang pendidikannya rendah cenderung untuk lebih menyerahkan pendidikan sang anak kepada sekolah.

Untuk membantu dan mendukung orang tua yang ingin ikut terlibat dalam mendidik sang anak di rumah, Kabid PAUD Subang mengadakan kegiatan parenting.Diharapkan dengan adanya kegiatan ini orang tua bisa lebih berkembang, lebih maju, dan lebih berkarakter. Karena urgensi pendidikan yang berpusat kepada pendidikan yang pertama adalah pendidikan keluarga, di dalam keluarga adalah pendidikan informal, yang kedua adalah pendidikan formal, dan yang ketiga adalah pendidikan non formal (Wartakini.co).

2. Child-Rearing Practices.

Meskipun faktor demografis dapat memengaruhi motivasi siswa atau anak, yang lebih penting adalah bagaimana praktik orang tua dalam membesarkan ataupun mendidik anak. Ada beberapa hal yang perlu orang tua tau dalam praktik mendidik sang anak, yaitu memahami sang anak untuk bisa mengetahu dukungan yang diperlukan, memotivasi sang anak, dan membuat model perilaku pencapaian yang termotivasi dan memberikan tugas-tugas yang menantang.

3. Provision of Specific Experiences at Home.

Orang tua memberikan berbagai kegiatan di rumah yang dapat membantu sang anak menemukan minat dan motivasinya. Sebagai contoh, orang tua memberikan les atau mengajak sang anak untuk melakukan kegiatan yang disukai dan juga kegiatan-kegiatan yang memberikan edukasi.

Misalnya kegiatan Jakarta Youth Aquathlon 2019. Dalam acaratersebut panitia pelaksana memastikan bahwa semua peserta bersenang-senang selama acara. Dengan adanya acara Aquathlon ini diharapkan akan ada acara olahraga lainnya di masa depan yang memotivasi anak untuk rajin berolahraga dan memiliki gaya hidup sehat (Indozone.id). Mengajak anak untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan beredukasi seperti acara Aquathlon ini akan membantu sang anak menemukan minat dan bakatnya.

4. Peers.

Teman sebaya juga dapat memengaruhi motivasi sang anak. Selain prestasi akademi sang anak, kehidupan sosial anak dengan temannya juga sangat berpengaruh. Biasanya anak atau siswa yang mendapatkan penerimaan oleh temannya dapat memiliki hubungan sosial yang baik.

endapatkan penerimaan dari temannya akan berdampak pada motivasi akademi yang positif. Sebaliknya, bagi anak yang mendapatkan penolakan oleh temannya dapat berpengaruh negatif pada prestasi akademik, bahkan parahnya sampai drop outdari sekolah.

5. Teachers.

Pembelajaran merupakan proses di mana terjadinya interaksi positif antara guru dengan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar mengajar.

Pembelajaran merupakan aktivitas utama dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Guru menjadi salah satu yang memainkan peran penting dalam prestasi siswa. Guru yang efektif tidak hanya memberikan dukungan bagi siswa untuk membuat kemajuan yang baik, tetapi mendorong dan mendampingi siswa untuk menjadi orang yang berprestasi secara mandiri.

6. Teachers and parents.

Guru dan orang tua harus menjadi mitra yang baik dan saling mendukung dalam proses mengajar anak baik di sekolah maupun di rumah. Guru memegang peran yang penting dalam upaya mendidik, mengajar, melatih, membimbing, serta mengarahkan anak. Tetapi ketika anak berada di rumah, peran orang tua sangatlah penting dalam berupaya membantu meningkatkan prestasi belajar anaknya.

Orang tua juga punya konstribusi besar dalam menopang prestasi belajar anaknya. Komunikasi yang baik antara guru dan orang tua sangat membantu memberikan dampak pada prestasi akademik anak.

Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa memberikan motivasi dan memahami sang anak sangatlah penting untuk orang tua terapkan. Dengan dukungan yang diberikan orang tua akan sangat berdampak positif terhadap motivasi akademik maupun motivasi anak menemukan minat dan bakatnya.