Sastra merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Sannskerta yaitu "shaastra" yang berarti "teks yang mengandung unsur instruksi" atau lebih dikenal dengan istilah "pedoman". Kata "shaastra" sendiri sebenarnya berasal dari kata dasar "sas" atau "shaas" yang berartian sebagai mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi. Sedangkan kata "tra" berarti sebagai alat atau sarana.

Perlu kamu tahu, sastra bukan hanya sebuah teks yang berisi intruksi ajaran, lebih daripada itu sastra sebenarnya adalah tulisan yang memiliki sebuah arti dan keindahan tersendiri. Terkhusussaya dan orang di luar sana yang memang mencintai sastra, maka akan selalu melihat nilai keindahan tersendiri dari karya yang kami nikmati. Jadi, sastra adalah sebuah ungkapan ekspresi manusia yang dituangkan dalam rupa lisan maupun tulisan berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, bahkan hingga ke perasaan dalam bentuk yang imajinatif. Serta berupa kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media bernama bahasa.

Terlepas dari pengertian sastra yang sudah dijelaskan, tentunya kita sudah tidak heran bahkan asing bila sastra memiliki hubungan yang begitu erat dengan logika. Karena sejatinya, sastra tidak akan jalan tanpa adanya logika yang dimainkan. Berbicara mengenai logika, sebenarnya apa sih pengertian logika itu?

Pengertian logika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebuah pengetahuan tentang kaidah berpikir, atau sederhananya logika adalah jalan pikiran yang masuk akal. Perlu diketahui bersama bahwa di dalam sastra, logika itu menjadi kunci utama, ibaratnya logika adalah jantungnya sastra. Karena, seperti yang sudah diketahui banyak orang bahwasanya sering sekali ditemukan fenomena-fenomena atau kisah, bahkan bait sastra yang bila ditelusuri terkadang tidak sinkron dengan pemikiran manusia normal pada umumnya. Bahkan terkadang sering sekali kita menemukan peristiwa absurd yang tidak sesuai dengan kondisi normal. Tetapi itulah justru yang menjadi daya tarik di dalam dunia sastra, karena setiap karya sastra tersebut sudah memiliki logikanya tersendiri yang di mana logika tersebut tentunya sudah mencakup isi dan bentuk karya sastranya.

Seperti misalnya ketika menulis maupun membaca puisi, kita semua terkhusussaya terkadang pasti berpikir, bagaimana bisa hal mustahil dan tidak mungkin itu dapat terjadi, namun di dalam dunia sastra hal itu adalah sebuah kemungkinan yang memang pasti. Karena itulah nilai lebih dari karya sastra, menormalkan logika yang sebenarnya tidak masuk dalam logika manusia pada umumnya. Itulah sebabnya karya sastra memiliki daya pikat tersendiri bagi penikmatnya.

Ternyata, tidak hanya dalam bait puisi saja yang menormalkan logika. Di dalam karya sastra lainnya seperti novel, logika kita pun diajak untuk berimajinasi seluas mungkin. Bila mungkin di dalam puisi kita dihanyutkan dengan fiksi syairnya, lain halnya dengan novel. Di dalam novel kita akan diajak berpikir keras dan menormalkan alur yang terkadang tidak sejalan dengan realita kehidupan.

Misalnya alur novel yang menceritakan tentang hewan yang dapat berbicara, padahal bila disesuaikan dengan kehidupan nyata tidak ada hewan yang dapat berbicara layaknya manusia. Itu sebabnya terkadang agar jalannya cerita menjadi menarik kita diajak untuk menormalkan hal tersebut sehingga apa yang diceritakan dalam novel bisa kita ambil intinya.

Itulah sebabnya di dalam karya sastra kita harus menormalkan logika, karena biar bagaimanpun logika yang tidak masuk akal tersebut digunakan sebagai daya tarik dalam menciptakan karya sastra, sehingga nantinya akan makin banyak orang yang bertanya-tanya apa maksud dari isi karya sastra tersebut. Dan itu tentunya menjadi nilai lebih dalam karya sastra tersebut.

Bukan tanpa sebab logika sastra dimaklumi dengan logika normal yang ada. Saya sendiri juga menyetujuinya, karena sastra pada dasarnya memanglah suatu karya hasil gabungan antara khayalan dan kehidupan nyata yang sengaja diciptakan oleh sastrawan berdasarakan pengetahuan dan pengalamannya yang telah diolah dengan imajinasi kreatifnya. Juga bukan tanpa alasan seorang sastrawan menciptakan karya yang asal-asalan, karena biar bagaimanapun mereka menciptakan karya itu semua pasti ada sebab di baliknya yang nantinya akan menjadi ciri khas mereka dan menjadi daya tarik spesial dari suatu yang diciptakannya.

Itu sebabnya sastra memiliki keindahan tersendiri bagi penikmatnya terkhusus saya. Saya pun menyadarinya bahwa sastra memang memiliki nilai lebih yang selalu memberikan kesan spesial tersendiri terutama ketika benar-benar menghayatinya secara mendalam. Karena sastra tidak pernah terlepas dari nilai estetika, etika, dan logika. Maka tidak aneh lagi bila sastrawan memiliki imajinasi yang kuat, buktinya adalah karya yang diciptakannya bukan semata-mata khayalan tanpa tujuan, melainkan cerita khayalan yang diadaptasi dari kenyataan yang benar-benar nyata adanya.