Di zaman serba maju ini, melek finansial rasanya bukan hal yang asing lagi dalam kehidupan. Terlebih di era globalisasi di mana konsumerisme semakin menjadi, kita pun seolah didorong untuk menjadi konsumtif demi mengikuti tren gaya hidup. Mulai darismartphone baru, sneakers baru, bajufast fashion, sampai nongkrong cantik di kafe setiap akhir pekan.

Sah-sah aja untuk memanjakan dirimu, tapi jangan sampai lupa untuk mulai mengumpulkan uang demi hari tua sedini mungkin. Instrumen investasi pun disesuaikan dengan tujuanmu. Apakah uang tersebut akan kamu pakai menikah, membeli rumah, modal bisnis, ataupun memiliki anak. Yuk, cek instrumen apa aja sih yang bisa kamu gunakan untuk menabung.

1. Tabungan.

Tabungan adalah bentuk paling konvensional dari segala instrumen yang ada. Bunga tabungan ini relatif kecil, hanya sekitar 0.05% per tahunnya, belum lagi dipotong pajak dan atau biaya admin sehingga kamu harus cari alternatif lain kalau nggak mau uangmu "tergerus" inflasi.

Namun, tabungan ini merupakan media yang pas untuk mengumpulkan dana darurat karena sifatnya paling likuid bisa diambil kapan saja dibandingkan instrumen lainnya. Besaran dana darurat juga bervariasi. 6x pengeluaran bulanan untuk single, 9x untuk menikah, dan 12x untuk menikahdan memiliki anak. Sudahkah kamu punya dana darurat?

2. Deposito.

Deposito juga merupakan instrumen yang paling banyak digunakan untuk menyimpan uang. Jika menyimpan uang di deposito, kamu bisa mengambil uang yang kamu simpan dalam waktu yang sudah kamu pilih, biasanya 1, 3, 6, atau 12 bulan. Kalau kamu mengambil uang sebelum jatuh tempo, biasanya akan adafeeyang dikenakan.

Bunga deposito biasanya sekitar 5-6% per tahun dan bunganya bisa menambah jumlah pokok ataupun dicairkan terpisah setiap bulan. Pajak juga dikenakan sebesar 20% untuk bunga kamu. Deposito merupakan pilihan yang banyak diminati karena bisa dibilang return-nya stabil dan risikonya rendah.

3. Emas.

Emas sekarang lagi naik daun, nih! Gimana nggak, semenjak pandemi Covid-19, harga emas terus naik bahkan sekarang menyentuh angka Rp 1 juta per gramnya. Bandingkan dengan awal tahun 2020 di mana harganya masih sekitar Rp 700 ribuan.

Mengingat perkembangannya cukup pesat, emas bisa dijadikan salah satu pilihan berinvestasi agar bisa mendapatkan keuntungan suatu hari nanti saat menjualnya kembali. Turun naiknya harga emas salah satunya dipengaruhi oleh nilai tukar dolar AS. Jika semakin rendah dolar AS, semakin tinggi harga emas.

4. Reksadana.

Nah, buat kamu yang bingung main saham, mungkin kamu bisa mulai coba dari reksadana. Reksadana sendiri merupakan wadah untuk mengumpulkan uang para investor untuk dimasukkan ke berbagai jenis instrumen investasi dan dikelola oleh pihak yang qualified di bidangnya, manajer investasi. Keuntungan dari reksadana didapat dari selisih harga jual-harga beli. Reksadana sendiri ada empat jenis:

- Reksadana Pasar Uang.

Jangka waktu kurang dari satu tahun, risiko kecil.

Jenis instrumen: Deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Obligasi yang jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Ini cocok untuk pemula dan untuk yang main aman karena risikonya kecil. return-nya sekitar 5-10% per tahun.

- Reksadana Pendapatan Tetap.

Terdiri dari obligasi dan surat utang. Sama seperti reksadana pasar uang, return-nya sekitar 5-10% per tahun.

- Reksadana Pendapatan Campuran.

Sesuai dengan namanya "campuran", reksadana ini terdiri dari berbagai jenis obligasi, deposito, saham, SBI, dll. return-nya pun bisa lebih dari 10%, tapi risikonya jauh lebih besar dari reksadana pasar uang dan pendapatan tetap.

- Reksadana Saham.

Terdiri dari berbagai jenis saham. return-nya pun bisa sampai 20%. Tapi ingat,high risk high return,ya.

Reksadana sendiri ini bebas pajak lho. Untuk mencoba reksadana sekarang sudah semakin dipermudah. Hanya dengan Rp 100 ribu saja kamu udah bisa mulai berinvestasi. Sekarang pun sudah banyak platform online terpercaya yang bisa kamu pilih untuk berinvestasi di reksadana. Asal dilakukan rutin, ya, per bulannya!

5. P2P Lending (Peer to Peer Lending).

P2P lending juga merupakan pilihan yang sedang digemari. Beberapa tahun belakangan, bertebaran perusahaanstart upyang menawarkan jasa P2P Lending. Bunganya sendiri pun cukup menggiurkan yaitu hingga 20% per tahun dan pajak 15%.

Namun, sebelum berinvestasi di P2P ada baiknya kamu perhatikan beberapa hal berikut:

- Pertama, pastikan kamu berinvestasi untuk hal yang produktif, bukan konsumtif.

- Kedua, pastikan kamu berinvestasi diplatformyang telah terdaftar di OJK untuk menghindari investasi bodong dan penting diperhatikan TKB90 (Tingkat keberhasilan platform mengatur pengembalian pinjaman dalam 90 hari sejak jatuh tempo) dan TKW90 (tingkat gagal bayar pinjaman lebih dari 90 hari sejak jatuh tempo). Semakin tinggi % nya semakin bagus kinerjanya.

- Ketiga, perhatikan rating yang diberikanplatformkepada perusahaan peminjam, riwayat peminjaman berapa yang tepat waktu, adakah yang gagal bayar, dan perhatikan jenis usahanya apakah sedang bagus atau tidak. Karena bunga yang tinggi, bukan berarti tidak ada risiko gagal bayar yang harus kita tanggung.

6. Saham.

Saham merupakan investasi yang tergolonghigh risk high returndan dilakukan dalam waktu janga panjang. Minimal 5-10 tahun. Mereka yang berinvestasi saham biasanya sudah mengerti dan siam menanggung risiko. Karena ketika bermain saham, kamu sudah harus siap menanggung rugi sampai 100%, tapi nggak jarang juga sekalinya untung, kamu juga bisa mendapatkancapital gain100%.

Bermain saham pun "tidak mudah" karena kamu harus benar-benar mengerti saham apa yang harus kamu beli, berapa harganya, dan bagaimana kinerja perusahaannya. Kamu perlu melakukan analisis fundamental (kondisi kesehatan perusahaan) dan analisis teknikal (kondisi tren harga pasar berdasarkan data historis). Punya sahampun harus sering kamu pantau pergerakannya untuk kamu bisa ambil tindakan apa kamu harus jual atau tahan dulu saham kamu.

Nah, tinggal kamu sesuaikan mana yang paling sesuai dengan profil risikomu. Dan nggak kalah penting, jangan sampai kamumenaruh uangmu di satu jenis investasi saja. Lebih baik kamu melakukan diversifikasi untuk meminimalisir risiko.