Pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan masa depan bangsa. Manusia sebagai subjek pembangunan perlu dididik, dibina, serta dikembangkan potensi-potensinya dengan tujuan terciptanya subjek-subjek pembangunan yang berkualitas. Salah satu sarana pendidikan yaitu universitas (Papilaya & Huliselan, 2016). Salah satu komponen yang berinteraksi untuk menunjang sistem pendidikan dalam universitas adalah mahasiswa. Fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan (Papilaya & Huliselan, 2016).

Peran sebagai seorang mahasiswa yang duduk di bangku perkuliahan sebagai agen perubahan sosial muda akan berjalan dan terlaksana dengan baik apabila mahasiswa memiliki kematangan berpikir dan bertindak dan berperilaku yang diperoleh di perguruan tinggi atau universitas sebagai tempat menimba ilmu (Kurniawati & Leonardi, 2013).

Bangku kuliah atau perguruan tinggi bertujuan mengajarkan dan mendidik tidak hanya seputar pengetahuuan formal yang didapat di bangku kuliah yang mungkin terdiri dari rumus-rumus, teori-teori, aturan-aturan akademik dan lain sebagainya. Namun juga mengajarkan pelajaran-pelajaran yang mungkin tidak didapat di jenjang pendidikan lainnya, yaitu melalui organisasi kemahasiswaan dalam sebuah universitas. Organisasi kemahasiswaan dan segala kegiatan aktif lainnya yang terlibat didalamnya memiliki tujuan dan manfaat untuk memperiapkan anggota-anggotanya yang terlibat untuk dapat belajar hidup bermasyarakat dalam cakupan yang luas dan lebih menantang, serta memecahkan segala permasalahan dengan pola pikir yang jauh lebih matang dan terbuka (Kurniawati & Leonardi, 2013).

Kematangan cara berpikir, kelihaian dan keluwesan seorang mahasiswa dalam hidup bermasyarakat jelas memiliki keterkaitan yang kuat dengan banyaknya pengalaman dan pelajaran yang seiring waktu terus didapat dari menjalani dan menekuni aktivitas-aktivitas dalam organisasi kemahasiswaan yang kemudian tentunya mengubah pribadi seorang mahasiswa tersebut secara perlahan. Namun menekuni organisasi kemahasiswaan merupakan komitmen besar karena seorang mahasiswa diharuskan bersikap konsisten dengan keputusannya untuk untuk menjadi bagian dari sebuah organisasi atau ikatan mahasiswa. Dalam menjalani kehidupan berorganisasi yang di mana sesorang diharuskan dapat bekerja sama dengan baik dengan sesamanya dalam situasi apa pun, sudah menjadi hal wajar apabila terjadi beberapa perbedaan opini dan beragam variasi masukan atau kritik yang datang dari berbagai arah.

Berorganisasi akan memberikan ruang kepada mahasiswa untuk dapat berkreasi dan beraktivitas secara lebih luas. Mahasiswa akan banyak berinteraksi dengan orang lain yang berlatar belakang berbeda-beda. Disinilah kemampuan komunikasi dan emosi mahasiswa akan terlatih dalam menghadapi berbagai persoalan dan konflik yang terjadi. Kedewasaan berpikir mahasiswa akan semakin tumbuh seiring aktifnya berorganisasi di kampus. Bahkan seringkali pengalaman berorganisasi di kampus akan sedikit banyak membantu kawan-kawan dalam menghadapi dunia kerja setelah lulus nanti.

Dengan mengikuti suatu organisasi kemahasiswaan, kamu akan mendapatkan banyak sekali manfaat, dan hal tersebut bisa menjadi pengalaman tersendiri dalam mejalani studi serta sebagai bekal dalam mencari sebuah pekerjaan. Berikut sebagian kecil manfaat ketika mengikuti suatu organisasi kemahasiswaan.

1. Melatih leadership.

Ada banyak hal yang harus dilaksanakan seperti acara-acara organisasi yang tentunya melibatkan banyak orang, baik sesama anggota organisasi ataupun orang-orang di luar organisasi. Mahasiswa yang ikut organisasi kemahasiswaan umumnya memiliki sikap dan karakter yang lebih aktif dibanding mereka yang tidak ikut organisasi. Mereka lebih banyak terlatih dalam mengutarakan pendapat di hadapan orang lain ataupun menggerakkan dan mengarahkan teman-teman sesama anggota ketika organisasi sedang mengadakan suatu acara. Mahasiswa dilatih untuk memimpin ditengah beragamnya situasi dan kondisi dan diharuskan dapat bekerja sama dalam tim dan diwaktu yang sama harus mengarahkan anggota-anggotanya pada tujuan organisasi. Di dunia kerja, keterampilan leadership ini akan memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang (Pratiwi, Sulistiawan, Rahmawati & Kaltsum, 2015).

2.Belajar mengatur waktu.

Dengan berorganisasi, waktu yang biasa seorang mahasiswa gunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas akan berkurang. Sementara itu, banyaknya tugas kuliah atau waktu pelaksanaan pengumpulan tugas sama dengan banyaknya tugas dan waktu pelaksanaan kegiatan organisasi, rapat organisasi, dan segala bentuk aktivitas lainnya. Agar keduanya dapat berjalan sama-sama lancar dan tidak ada yang terbengkalai, manajemen waktu yang baik mutlak harus dilakukan dan diasah (Pratiwi, Sulistiawan, Rahmawati & Kaltsum, 2015).

3. Memperluas jaringan atau networking.

Di dalam organisasi akan banyak orang baru yang dikenal. Teman-teman seangkatan, senior, mahasiswa dari jurusan lain, orang lain atau praktisi di bidang organisasi atau jurusan yang dipilih, dan sebagainya. Merekalah yang akan membantu dalam berbagai keperluan di masa kan datang (Pratiwi, Sulistiawan, Rahmawati & Kaltsum, 2015).

4. Mengasah kemampuan sosial.

Jika ikut organisasi, seorang mahasiswa juga akan terlatih berinteraksi dengan berbagai macam tipe individu. Tidak hanya teman-teman satu jurusan, tapi juga dengan teman-teman dari program studi yang lain yang tentunya juga memaksa seorang mahasiswa untuk dapat bergaul, bekerja sama, berkomunikasi dengan beragam kalangan orang guna kelancaran organisasi. Dengan ini, tentu akan semakin memperluas pemahaman akan berbagai karakteristik orang lain dan kemampuan beradaptasi di berbagai lingkup sosialpun akan terus meningkat (Pratiwi, Sulistiawan, Rahmawati & Kaltsum, 2015).

5. Manajemen konflik.

Banyak berinteraksi dengan orang dengan berbagai karakteristiknya, merupakan hal yang lumrah jika satu atau dua kali terlibat konflik sebab kesalah pahaman, bentrok dengan kritik maupun saran, dan lain sebagainya. Akan muncul lebih banyak konflik atau percekcokan terutama ketika kita memasuki area kerja yang meliputi keterlibatan banyak orang yang di mana setiap orang memiliki cara pendang dan sikapnya sendiri terhadap suatu hal. Dihadapi dengan konflik merupakan hal biasa dalam berorganisasi, berikut dengan pemecahannya (Pratiwi, Sulistiawan, Rahmawati & Kaltsum, 2015). Manajemen konflik yang baik memang memerlukan kematangan diri dalam bersikap dan bertindak, namun segala tindakanpun harus berlandaskan dengan banyak pertimbangan mengingat segala hal yang terjadi dalam organisasi menyangkut banyak pihak.

Dari sekian banyak benefit yang didapat dari berorganisasi, jelas dapat kita ketahui salah satu kunci keberhasilan atau kelancaran dan keefektifan berjalannya suatu oganisasi yang pelaksanaannya sendiri dapat terbilang cukup menantang dan penuh komitmen terletak pada kepandaian setuap individu yang terlibat untuk mengambil keputusan demi kebaikan bersama mengingat tiap keputusan yang diambil merupakan tanggungan bersama. Sebagai seorang yang aktif berorganisasi, memiliki kemampuan menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam sebuah organisasi adalah sebuah keharusan guna kelancaran keberlangsungan organisasi dan seluruh anggota yang terlibat didalamnya. Proses atau upaya-upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam menyelesaikan masalah dapat disebut dengan problem solving.

Problem solving adalah melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis. Pemecahan masalah sistematis merupakan petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan tertutama dalam organisasi atau suatu ikatan yang beranggotakan mahasiswa (Suhendri & Mardalena, 2013). Problem solving juga dapat disebut dengan strategi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir seseorang dan menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi (Ulya, 2016). Problem solving meliputi 5 tahapan aktivitas diantaranya adalah mengidentifikasi masalah, mendefinisikan tujuan, menggali solusi, melaksanakan strategi, mengkaji kembali dan mengevaluasi tindakan-tindakan yang diambil (Prasetya, Kartono, & Widodo dalam Suhendri & Mardalena, 2013). Tahapan-tahapan tersebut dilakkan secara urut dan proses pelaksanaannya tentu saja membtuhkan waktu, tenaga, dan pikiran mengingat keputsan final guna memecahkan masalah merupakan tanggungan bersama.

Sikap aware dan tanggap dalam mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul sangatlah diperlukan agar tidak ada masalah yang tertimbun dang menggunung karena minimnya memampuan mengidentifikasi masalah. Setelah masalah teridentifikasi, tentukan tujuan dari pemecahan masalah, arah manakan yang ingin dituju atau digapai dari pemecahan masalah yang ada. Setelah menentukan arah, secara perlahan dan hatihati pikirkan beberapa pilihan solusi yang dapat di ambil. Setelah menentukan solusi atauu langkah yang akan di ambil, praktekkan strategi yang telah direncanakan sedemikian rupa tanpa kecerobohan. Langkah terakhir adalah mengevaluasi segala tindakan atau aktivitas yang telah dilakukan guna memecahkan masalah, belajar dari pengalaman yang ada guna menghindarkan diri beserta organisasi dari problemtika yang sama dan terus mengembangkan diri dalam kelompok.