Tak bisa dipungkiri bahwa tanah Aceh adalah salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi saksi bisu banyaknya pahlawan yang gugur dalam merebut kemerdekaan Nusantara di masa penjajahan. Tak hanya perjuangan para kaum pria, Aceh pun banyak mencetak sejarah perlawanan para mujahidah, yakni jejak-jejak perempuan pejuang Islam yang tak hanya berjuang melalui pemikiran namun juga rela memasuki belantara hutan bahkan ikut berperang melawan para penjajah.

Sayangnya sejarah hanya mengabadikan sedikit nama para pejuang perempuan, tercatat nama Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia yang hingga kini namanya masih dikenang sebagai pahlawan perempuan di tanah Aceh. Faktanya ada banyak pejuang perempuan Aceh yang namanya bahkan tak tercatat dalam sajarah, salah satunya adalah Malahayati. Ia merupakan muslimah pejuang Islam yang namanya tak banyak dikenal. Sungguh miris padahalia adalah perempuan Aceh yang mampu membunuh Cornelis De Houtman, si penjajah Belanda yang pertama kali datang ke Indonesia.

Widi Astuti menuliskan dalam bukunya yang berjudul Perempuan Pejuangbahwa Malahayati adalah laksamana perempuan pertama tak hanya di Indonesia bahkan di dunia. Malahayati menjabat sebagai Laksamana di Kerajaan Peureulek yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia pada masa kepemimpinan Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV Saidil Mukammil pada tahun 1589-1604 M.

Nama lengkapnya adalah Kameula Hayati. Ia merupakan anak dari Mahmud Syah dan telah menjadi piatu sejak kecil. Ia memperoleh kemampuan militernya dari sang ayah yang juga seorang laksamana. Mahalayati pun mengenyam pendidikan di Akademi Kemiliteran Kerajaan Aceh. Akademi tersebut bekerja sama dengan kekhalifahan Turki Utsmany yang bernama Mahad Baitul Maqdis.

Dari sana Mahalayati menyadari akan kekayaaan alam Indonesia, terutama kekayaan baharinya yang sangat melimpah sehingga terpatri dalam dirinya untuk menjaga perairan Nusantara. Letak Aceh yang startegis dan berada di dekat Selat Malaka menjadikannya sebagai jalur perdagangan internasional sehingga tak heran jika Aceh banyak dikunjung kapal-kapal dari negara asing.

Dalam kepemimpinannya Malahayati mampu menjaga Selat Malaka dan membuat kerajaan Aceh disegani oleh bangsa-bangsa lain. Malahayati pernah menikah dengan seorang perwira laut lalu membersamai suaminya dalam membantu melawan penjajah. Namun tak lama Malahayati harus menjadi janda karena suaminya gugur dalam pertempuran melawan Portugis. Malahayati tentu berduka namun ia lalu bangkit ia pun menjabat menjadi Kepala Pengawal Kerajaan dan Kepala Dinas Rahasia.

Pada masa perang, perempuan-perempuan Aceh banyak yang menjadi janda karena suaminya syahid dalam pertempuran. Hal ini menyadarkan Malahayati tentang kondisi para janda Aceh. Tentu perempuan Aceh bukanlah perempuan lemah, mereka justru bangga karena mampu memiliki keluarga yang syahid. Bahkan janda-janda tersebut termasuk Malahayati bertekad untuk memiliki mimpi yang sama dengan para suaminya, hidup mulia atau mati syahid.

Malahayati lalu membentuk pasukan khusus perempuan yang kebanyakan pasukannya adalah seorang janda, pasukan tersebut diberi nama Inong Balee. Mereka lalu membentuk pertahanan di Teluk Kreng Raya dan membangun benteng di sana. Benteng tersebut dijadikan sebagai tempat pelatihan dan pendidikan bagi para perempuan. Ada sekitar 2.000 orang janda yang menjadi pasukan Inong Balee. Dari benteng tersebut Malahayati dan pasukannya menjaga Selat Malaka dengan mengawasi armada-armada yang datang seperti Portugis, Inggris, dan Belanda.

Pada masa itu kerajaan Aceh memiliki hampir 100 buah kapal perang dan Malahayati yang memimpin secara langsung. Pada tahun 1599 Cornelis De Houtman datang ke Aceh dengan niat untuk menguasai wilayahnya. Malahayati yang mengetahui hal itu lalu dengan berani melawan Cornelis dan pasukannya. Ia menunjukkan kekuatannya dengan mengerahkan seluruh pasukannya hingga membuat pasukan armada Cornelis terpojok. Pada tanggal 11 September 1599 Cornelis sempat menjebak Malahayati namun Malahayati berhasil meloloskan diri. Mereka pun lalu bertarung satu lawan satu dan Cornelis mati terbunuhdi tangan Malahayati.

Sejak saat itu Malahayati menjadi wanita yang paling disegani oleh bangsa Eropa. Ia bahkan mampu mengalahkan armada Portugis. Ia juga mampu menjaga hubungan diplomatis dengan bangsa Inggris.

Kisah Malahayati menunjukkan kehebatan sesungguhnya seorang perempuan. Kala perempuan Barat baru saja memperjuangkan haknya untuk setara dengan pria, Malahayati telah membuktikan bahwa dirinya melebihi seorang pria. Ia bahkan mampu menjadi laksamana yang memimpin secara langsung pertempuran besar.

Sayangnya generasi saat ini tak banyak mengenalnya. Namaya hilang ditelan zaman. Malahayati telah menunjukkan bahwa perempuan Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.