Sudah satu tahun lebih kita menjalani kehidupan sehari-hari yang dilanda oleh pandemi. Hal itu mengakibatkan sistem dan metode pendidikan yang diterapkan pastinya menjadi berbeda dan sudah sangat banyak perubahan yang terjadi. Pertanyaannya ialah, apakah penerapan sistem pendidikan tersebut menciptakan kemajuan pada pendidikan untuk anak bangsa?

Sayangnya semua masih terasa sangat jauh dari kata pendidikan yang maju. Banyak orang tua yang tak puas dengan kondisi belajar online atau daring. Cara kegiatan belajar mengajar daring yang diberikan guru maupun sekolah di masa pandemi ini kurang efektif dibandingkan dengan cara belajar sebelumnya. Namun, sebagian yang lain mengaku bahwa mereka tak ingin memberikan beban yang berlebihan kepada anak mereka di saat seperti ini.

Peraturan yang ditetapkan pada masa pandemi memaksa anak-anak harus mengurung diri mereka di rumah, tidak bisa berjumpa dengan teman, hingga tak bisa datang ke sekolah. Semua hal tersebut mendatangkan kecemesan bahkan frustasi tersendiri bagi anak.

Kemudian, ditambah lagi oleh menumpuknya tugas online yang susah dimengerti oleh anak tersebut. Di tengah keterbatasan pembelajaran secara daring tersebut, anak tetap harus menjalaninya dan mendapatkan materi belajar walaupun pastinya tidak dapat berjalan seoptimal dibandingkan hari-hari biasa.

Tetapi semua hal tersebut intinya untuk menjaga keamanan dan kesehatan mereka. Mengapa? Dikarenakan masih sangat banyak daerah di Indonesia yang saat ini kembali mengalami peningkatan kasus Covid-19. Maka dari itu, bukan waktu yang ideal untuk mempertanyakan kualitas materi pendidikan yang diterima anak dari guru dan sekolahnya di tengah pandemi Covid-19. Karena, bagaimana bisa kita menciptakan sesuatu yang ideal di tengah keterbatasan yang jauh dari kata ideal?

Dewi Kumalasari, psikolog dan peneliti mindful parenting, mengatakan para orang tua harus memahami serta mengerti bahwasannya pembelajaran secara daring atau online bukan berarti memaksakan anak mereka untuk mempertahankan akademiknya. Namun lebih mengarah ke pembentukan karakter anak yang dapat menerapkan sikap mandiri serta sikap bertanggung jawab atas diri mereka sendiri.

Psikolog pun mengatakan bahwa hasil materi pembelajaran bukan segalanya, melainkan proses belajarlah yang akan jauh lebih penting dan berharga. Serta, disarankan agar orang tua untuk tetap menjaga kebahagiaan anak dan juga membantu anak untuk dapat menciptakan jadwal rutinitas harian yang konsisten dan fleksibel.

Kemudian, orang tua juga harus bisa untuk mengatur waktu yang cukup untuk anak mereka bersenang-senang, berolahraga, dan bersosialisasi. Salah satu caranya ialah membentuk kebiasaan belajar mandiri anak seperti merencanakan jadwal belajar atau rencana pembelajaran di suatu tempat yang terlihat dan menarik agar mudah diikuti oleh sang anak. Dan masih banyak lagi cara yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan mutu dan prestasi anak di tengah pandemi.

Dunia pendidikan memanglah sedang dihadapkan pada masa-masa sulit, mulai dari awal penyebaran Covid-19 di Indonesia hingga sekarang. Bahkan, Pemerintah juga sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat segala strategi agar proses belajar mengajar tetap berjalan serta tetap bisa maksimal meski dilakukan di rumah. Terhitung hingga saat ini sudah 1,5 tahun kegiatan belajar mengajar (KBM) telah dilakukan secara daring dengan segala keterbatasan baik yang dirasakan pada pihak siswa maupun pada pihak para pengajar ataupun guru.

Siswa juga memiliki beberapa hambatan finansial tersendiri. Adanya keharusan untuk memiliki telepon seluler atau ponsel maupun laptop dan komputer. Kemudian, beberapa orang tua siswa yang perekonomiannya sedang menurun pun mengakibatkan siswa kesulitan untuk mengikuti pembelajaran daring. Hal ini juga berkaitan dengan kuota internet yang harus selalu terisi selama belajar daring, yang kadang menjadi kendala terbesar bagi siswa dan orang tuanya. Ini karena media penyampaian materi yang cukup menguras kuota seperti melalui platform online seperti YouTube, Google Classroom, Google Meeting, Zoom, Ruang Guru, Quipper, dan aplikasi virtual lainnya.

Nah setelah melihat dari segala sudut pandang publik, tantangan terbesar yang harus dihadapi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ialah menyempurnakan pembelajaran sistem daring ini untuk dapat terjangkau ke seluruh pelosok wilayah di tanah air Indonesia. Terlebih lagi, anggaran yang cukup besar untuk dikeluarkan menjadi salah satu aspek keterbatasan Kemendikbud. Seperti salah satunya, paket data yang merupakan hal wajib untuk disediakan oleh pemerintah agar menunjang KBM secara daring selama masa pandemi Covid-19. Walaupu begitu, para siswa akan sangat terbantu karena hal tersebut menjadi kompensasi bagi peserta didik yang masih kesulitan untuk membelinya, karena pasaran harga paket internet yang tergolong mahal.

Kemudian, berbagai upaya juga telah dilakukan oleh Kemendikbud sendiri, contohnya membuat kebijakan inovatif yang lebih berfokus pada kualitas pembelajaran berbasis teknologi informasi seperti mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah dengan pembelajaran daring yang befokus untuk mendorong siswa menjadi lebih kreatif, kemudian dapat mengakses sebanyak mungkin ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yang ada agar dapat menghasilkan berbagai karya. Bukan dengan membebani siswa dengan banyak tugas yang terkesan hanya kebiasaan buruk belaka oleh guru terhadap murid sehingga melupakan inti dari proses belajar mengajar.