Perdamaian adalah kata yang menggambarkan sebuah bahagia. Perdamaian berarti bahagia dalam ketenteraman berharkat dan bermartabat di antara umat manusia. Setiap manusia menginginkan perdamaian yang abadi tanpa ancaman. Perdamaian abadi secara menyeluruh merata di muka bumi adalah tugas seluruh makhluk hidup yang berada di dalamnya.

Manusia sebagai umat berakal yang dapat membawa perubahan baik untuk bersama maupun untuk dirinya sendiri. Untuk manusia dengan rasa egois yang tinggi sering kali melupakan jati dirinya dengan selalu membawa kekacauan di dalamnya. Palestina dan Israel sebagai contohnya. Konflik di antara dua negara ini menghasilkan banyak tangis darah dari jutaan umat muslim di dunia. Banyak air mata bercampur darah tumpah dari anak-anak yang tidak berdosa. Banyak dari mereka yang lahir hanya untuk segera kembali ke pangkuan Sang Maha Kuasa. Banyak upaya telah dilakukan untuk meluruskan perkara ini dan juga banyak pihak terlibat di dalamnya.

Seperti halnya pada tanggal 29 November 1947. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyetujui untuk mengakhiri Mandat Britania untuk Palestina dari tanggal 1 Agustus 1948 untuk berakhirnya konflik di wilayah tersebut dengan pemecahbelahan wilayah mandat itu. Rencana tersebut kemudian disebut Rencana Pembagian Palestina atau Resolusi 181.

Adapun isi rekomendasi dari laporan tersebut salah satunya penghentian pemerintahan protektorat Inggris di Palestina dan pembagian Palestina menjadi dua negara Arab dan Yahudi yang merdeka dengan Yerusalem-Betlehem menjadi kota internasional. Namun, sejak pembagian wilayah Palestina diatur oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Resolusi 181, Israel tak pernah patuh. Bahkan sampai sekarang, Israel masih terus melakukan upaya pencaplokan wilayah atau aneksasi. Padahal pada 1939-1947 bangsa Yahudi sudah berhasil menguasai tanah Palestina seluas 270 hektar, dan sekitar 92 ribu bangsa tersebut telah berhijrah ke Palestina. Hal itu bisa terjadi berkat sokongan negara-negara adikuasa seperti Inggris dan Amerika Serikat khususnya setelah Konferensi Baltimore 1942. Sehingga pada 1940-1948 Yahudi berhasil membangun sekitar 73 pemukiman baru.

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair al-Shun menyebut Israel tak pernah patuh terhadap Resolusi 181. Sikap itu kata Zuhair bukan hanya menyinggung Palestina, melainkan meremehkan komunitas internasional. "Sampai saat ini Israel tidak patuh terhadap Resolusi 181. Ketidakpedulain Israel merupakan sikap meremehkan komunitas internasional, negara-negara yang mendukung resolusi tersebut," kata Zuhair dikutip dari Antara.

Perang perebutan wilayah di Palestina tak pernah usai sampai detik ini. Yang terbaru, Israel berusaha mencaplok wilayah Tepi Barat. Upaya aneksasi itu juga diprotes oleh delegasi PBB untuk Timur Tengah Nickolay Mladenov. Ia mengatakan rencana tersebut dapat "membunuh" perdamaian dan mengancam negara Palestina.

Sampai sini sudah jelas bahwa ada keterlibatan dari campur tangan ketamakan manusia yang mana tidak pernah puas akan sesuatu yang belum sesuai keinginannya. Ditambah dukungan kuat dari negara adikuasa yaitu Amerika Serikat terhadap Israel, seakan memberi harapan bahwa hal yang dilakukan saat ini adalah benar. Padahal, dalam Sidang Istimewa Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang digelar pada Kamis (21/12/2017), sebanyak 128 negara yang hadir menolak deklarasi Presiden ASDonald Trumpuntuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu kotaIsrael. Dan Amerika Serikat hanya mendapat dukungan dari 9 negara dalam sidang tersebut.

Dengan semua kebenaran tersebut, entah mengapa bendera kedamaian masih begitu berduri untuk digenggam Palestina. Bahkan beberapa gerakan seperti Gerakan Fatah dan Hamas ataupun organisasi pembebasan Palestina pun hingga saat ini belum mampu mengantarkan Palestina ke gerbang kedamaian.

Cara yang tepat untuk mencapai perdamaian bagi kedua belah pihak adalah dengan memberi dukungan penuh kepada pihak yang tertindas dan menghentikan memberi dukungan kepada pihak yang menindas. Hal yang perlu diperjuangkan terlebih dahulu adalah berhentinya gencatan senjata yang terus menerus menyerang Palestina. Banyaknya anak-anak yang menjadi korban membuat peristiwa ini bukan seperti perang memperebutkan wilayah antar dua pihak melainkan seperti serangan kepada satu pihak.

Dengan dihentikannya dukungan emosional dan materil kepada pihak Israel diharapkan gencatan senjata pun akan berhenti. Setelah gencatan senjata berhenti maka langkah selanjutnya adalah membawa permasalah ini kembali kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebab banyak negara yang telah mengikuti setiap perkembangan perkara ini, maka perkara ini perlu disaksikan banyak pihak.

Peran PBB sebagai pihak penengah sangat diperlukan demi mempertegas kebenaran yang ada. Tindakan tegas untuk memberi efek jera diperlukan jika ada salah satu pihak yang melanggar. Setiap peran memerlukan kesanggupan antar kedua belah pihak yang mana keputusan akhir nanti pastinya adalah yang terbaik untuk bersama.

Kita sebagai sesama umat diwajibkan untuk mendukung antar sesama manusia. Saat ini pelukan terhangat masing-masing dari kita yang dibutuhkan oleh para korban terdampak. Doalah yang menjadi jembatan asa pengikat tali kasih antara kita dan Palestina karena saat ini kedamaian Palestina adalah tanggung jawab kita bersama.