Kebakaran melanda gedung berlantai tiga, Kyoto Animation pada Kamis (18/07) pada pukul 10.30 waktu setempat (08.30 WIB). Sejumlah saksi mata mengaku mendengar suara ledakan keras yang disusul kobaran api. Kejadian itu menyebabkan sejumlah orang melompat keluar dari jendela. Diperlukan lima jam untuk memadamkan api yang melanda studio Kyoto Animation, sebut laporan pihak berwenang. (AFP)

Polisi Jepang mengatakan, seseorang yang diduga pelaku bernama Shinji Aoba (41 Tahun) masuk ke dalam gedung dan menyiramkan cairan yang mudah terbakar menggunakan ember. Orang itu lantas menyalakan api dan berteriak "Mati!"

Sejumlah saksi mata yang melihat penangkapan Shinji Aoba mengaku mendengar dia menuduh bahwa studio animasi tersebut telah mencuri ide-idenya.

Shinji Aoba, warga Saitama, pinggiran utara Tokyo, yang berjarak 480 kilometer dari Kyoto. Dia segera ditahan setelah kejadian. Demikian diberitakan NHK, yang dikutip Reuters, Jumat (19/7/2019).

Setelah serangan tersebut, puluhan orang berkumpul di sekitar gedung. Mereka meletakkan karangan bunga dan mengucapkan doa.Ada pula penggalangan dana masyarakat yang sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari US $1,3 juta (Rp18 miliar) untuk membantu korban dan keluarga mereka. Masih sedikit informasi yang diperoleh mengenai para korban tewas. Namun polisi menyebut 12 di antaranya merupakan laki-laki dan 20 lainnya adalah perempuan, sementara satu korban belum teridentifikasi.

KyoAni memproduksi film dan novel bergambar yang disukai oleh para penggemar lantaran produk yang dihasilkan sangat berkualitas.Kyoto Animation didirikan pada 1981. Sejak itu, studio tersebut telah memproduksi sejumlah tayangan animasi populer, sepertiK-OndanThe Melancholy of Haruhi Suzumiya. KyoAni juga menciptakan versi film dari beberapa serial animasi populernya serta merilis filmA Silent Voicepada 2016 yang banyak mendapat pujian.

Salah satu serial garapan KyoAni,Violet Evergarden, ditayangkan oleh Netflix untuk khalayak dunia.Studio tersebut juga dikenal membayar juru animasi dengan gaji tetap, berbeda dengan tradisi industri animasi Jepang yang membayar juru animasi per frame yang dipandang menaruh tekanan besar kepada para staf.Menurut Prof Ryusuke Hikawa dari Universitas Meiji kepadaNHK, KyoAni merupakan studio pertama di luar Tokyo yang meraih sukses.