Dr. Adriana Ginanjar, M.S, mengatakan sifat overprotektif adalah rasa khawatir, curiga, cemas yang berlebihan sehingga ingin selalu melindungi pasangan dan ingin selalu tahu ke mana pasangan kamu pergi.

Sementara posesif, sambung Dr. Adriana didasari oleh adanya rasa kecemburuan yang tinggi sehingga muncul perasaan memiliki dan mengikat pasangan. Merasa iri bila pasangan bisa tertawa lepas bahkan saat tak sedang bersama kita. Ngeselin kagak tuh!

Posesif itu bentuk larangannya tidak boleh banyak bergaul. Rata-rata tidak diperbolehkan bergaul, tidak boleh ikut kelompok ini itu hingga bergaul dengan laki-laki lain. Bahkan yang terparah tidak bisa bertemu dengan sahabatny sendiri. Intinya seorang yang posesif merasa bahwa pasangannya hanya miliknya seorang.

Sementara overprotektif, bergaul boleh-boleh saja namun larangannya tidak boleh pulang terlalu malam, tidak boleh naik kendaraan umum saat pergi kerja, pulang kerja, atau dalam kegiatan lainnya, kalau tempat jauh harus diantar, lebih cenderung ke arah menjaga keselamatan pasangan.

Tujuan dari hal keduanya sebenarnya sama, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan pemuasan akan diri sendiri.

Overprotektif ini biasa cenderung terjadi pada orang tua terhadap anak. Biasanya dengan contoh:Tidak boleh terlalu jalan-jalan keluar, tidak boleh pulang larut malam, tidak boleh terlalu sering jalan dengan si ini si itu dengan alasan "Ini demi kebaikan kamu juga". Pernah ga sihkamu mendengarkan hal itu?

Dalam berpasangan pun overprotektif kerap juga terjadi. Biasanya dengan contoh dan alasan yang sama "demi kebaikan kamu"dan "demi keselamatan kamu".

Sedangkan posesif kerap terjadi pada orang yang sedang berpacaran. Sifat posesif ini juga ada kemungkinan pernah tersakiti/ dikhianati di masa lalu yang menyebabkan terjadinya trauma, paranoid, dan takut akan terulang lagi.Pacar pergi dibuntuti dari rumah sampai tempat tujuannya, diawasi setiap gerak geriknya. Ini sungguh mengerikan, bukan?

Sebenarnya antara posesif dan overprotektif ini berbeda, namun pergerakannya bisa samar-samar, yah beda-beda tipis lah ya kalau menurut penulis.

Posesif adalah sifat yang berbahaya, bisa menjadi pembunuh utama dalam sebuah hubungan. Posesif bukanlah cinta, posesif adalah perasaan ingin memiliki yang berlebihan. Jika di luar kendali, sifat ini dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi pasangan maupun diri sendiri. Jika kamu merasa memiliki sifat posesif, ada baiknya kamu segera mengatasinya dengan empat cara yang menurut penulis sederhana berikut ini sebelum terlanjur menjadi lebih parah!

1.Jujur pada pasangan.

Jika kamu merasa gelisah, insecure, tidak nyaman, ada rasa cemburu berlebih yang kamu pendam sehingga dapat memicu sikap posesif, ada baiknya kamu segera membicarakan hal tersebut kepada pasangan. Dengan cara baik-baik tentunya, tanpa menuduh. Jika perlu, kamu ceritakan juga pada pasangan bahwa kamu memiliki sifat posesif yang mungkin terkadang tidak terkontrol, agar pasangan dapat membantu kamu untuk menyembuhkannya minimal "menguranginya".

2. Ambil napas panjang dan berpikir positif.

Orang yang memiliki sifat posesif biasanya dipenuhi dengan rasa curiga dan pikiran negatif. Sebelum menjadi lebih parah, biasakanlah diri kamu untuk berpikir sebaliknya pada pasangan. Biasakan untuk menarik napas panjang untuk mengurangi kegelisahan kamu pada pasangan. Penulis pun sebenarnya sampai saat ini masih belajar untuk melakukan hal ini. Memang tidak semudah kelihatannya.

3. Stop stalkHP pasangan.

Salah satu hal yang dapat memicu pertengkaran akibat rasa posesif adalah rasa kepo kalian terhadap isi HP pasangan kalian. Awalnya sih lihat dikit doang. Pernah penulis menemukan kasus yang lama kelamaan menyadap HP pasangan, login akun IG doi kalian juga. Semakin dikepoin, semakin ngedumel sendiri, marah-marah sendiri, lalu melarang pasangan untuk chat dengan temannya sendiri.

4. Berceritalah atau konsultasi dengan orang yang berpengalaman.

Jika sobat sekalian sudah melakukan ketiga cara di atas namun tidak membuahkan hasil yang berarti, sobat perlu berkonsultasi dengan orang yang sudah berpengalaman. Entah psikolog atau siapapun yang memang benar mengerti dengan problem ini. Mungkin saja sifat posesif yang sobat sekalian miliki adalah sebuah "penyakit" yang terus berkembang dalam diri sendiri, bahkan parahnya dapat berujung pada tindakan penganiayaan. Carilah pakar yang benar agar hubungan kamu tetap terjaga dengan baik.

Akhir kata, menurut penulis memang pilihan yang terbaik adalah hubungan yang saling transparan antar pasangan. Ga harus laporan 24 jam, namun memposisikan diri secara tepat dan dengan penggunaan kalimat yang halus antar pasangan akan membuat pasangan saling menjaga dan menghormati privasi masing-masing, dan membuat pasangan tidak berpikiran negatif.

Jadi kira-kira kalian yang mana nih?