Pada dasarnya, depresi merupakan gangguan mood yang jauh lebih serius daripada merasakan kesedihan yang berlarut-larut. Akan tetapi, depresi itu ada banyak jenisnya. Selain itu, gejala-gejala dan keluhan depresi juga biasanya berbeda-beda pada setiap orang. Jadi sebenarnya apa sih depresi itu? Berikut penjelasan lengkapnya.

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/ mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa. Santrock (2002) mengungkapkan bahwa depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk gangguan tipe bipolar.

Salah satu bentuk dari depresi yaitu depresi mayor. Depresi mayor merupakan suatu gangguan suasana hati atau mood yang bersifat serius, yang melibatkan perubahan emosi, perilaku, kognitif, dan fisik yang cukup serius sehingga dapat mengganggu fungsi normal seseorang. Mereka yang menderita depresi mayor akan merasa putus asa, dan kehilangan harapan. Mereka sering kali berpikir mengenai kematian atau tindakan bunuh diri, merasa tidak mampu untuk bangkit kebali dan melakukan berbagai hal, bersikap berlebihan terhadap kegagalan-kegagalan kecil yang dialami, mengabaikan hal-hal positif yang terjadi dan akan menginterpretasikan segala sesuatu yang salah sebagai bukti yang menunjukkan bahwa mereka tidak mampu mengerjakan segala sesuatunya dengan benar.

Depresi akan diikuti oleh perubahan fisik, mereka yang mengalami depresi akan kehilangan selera makan atau akan makan dalam jumlah yang berlebihan, insomnia, kesulitan untuk berkonsentrasi, dan terus menerus merasa lelah. Beberapa penderita memiliki rekasi fisik yang lain seperti sakit kepala atau rasa sakit yang tidak dapat mereka jelaskan.

Depresi dapat menjadi mal adaptif dan abnormal bila hadir dalam intensitas yang tinggi dan menetap. Depresi sangat terkait erat dengan risiko bunuh diri. Risiko ini meningkat pada penderita depresi yang terkait pula dengan substance abuse atau penggunakan narkotik dan alkohol. Hubungan antara depresi dan substance abuse ibarat lingkaran setan. Semula, alkohol dan narkotika menjadi jalan pintas bagi individu depresif untuk melupakan stresor pemicu depresi, namun pada gilirannya justru memperburuk depresi dan mendorong perilaku bunuh diri.

Menyembunyikan depresi di balik tawa dan senyum bisa meningkatkan risiko bunuh diri.

Sebuah senyuman bisa menyimpan seribu arti. Tidak semua senyum menandakan kebahagiaan. Bagi orang-orang tertentu, senyum yang terpajang di wajahnya menjadi cara untuk menyembunyikan gejala depresi yang ia miliki.

Senyum dan tawa yang ditunjukkan mungkin bertindak sebagai sebuah perisai agar ia tidak menunjukkan gejala depresi di depan banyak orang sehingga mengekspos kelemahan diri-nya. Senyuman tersebut juga bisa berarti tidak ingin membebani siapa pun dengan kondisi yang dialami sebenarnya.

Meski begitu, topeng senyuman ini akan terlepas dengan sendirinya ketika mereka sudah dalam kesendirian. Karena sudah tidak memiliki cara untuk berbagi dan meluapkan emosinya, orang-orang yang menyembunyikan depresinya cenderung memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi.

Bahkan, motivasi yang didapat dari senyuman tersebut bisa mendorongnya untuk lebih nekat menjalankan rencana bunuh diri, dibandingkan dengan orang-orang depresi berat yang merasa ingin bunuh diri tapi terkadang tidak memiliki energi untuk bertindak.