Europa League adalah kompetisi sepak bola antar klub di Eropa, yang tingkatnya hanya berada di bawah UEFA Champions League. Liga ini semula bernama UEFA Cup dan mulai musim 2009-10 berganti nama menjadi Europa League. Di Indonesia banyak yang menyebutnya dengan Liga Kamis Malam karena ditayangkan pada hari Kamis Malam atau Jumat dini hari.

Nah, majalah FourFourTwo telah merangkum 10 gol terbaik yang pernah terjadi di kompetisi Europa League.

10. Jonathan Soriano (Red Bull Salzburg vs Ajax, 2013/14).

Red Bull Salzburg sudah unggul 2-0 melawan Ajax di pertandingan ini (Sadio Man mencetak satu gol lainnya), menuju kemenangan babak kedua yang nyaman. Jadi Jonathan Soriano memutuskan untuk berimprovisasi.

Terkadang mudah untuk berpikir bahwa gol dari jarak jauh dilakukan karena keberuntungan, bahwa setiap pesepak bola dapat mencobanya dan setelahnya, keberuntungan memutuskan apakah itu masuk. Tetapi percobaan ini membuat proses gol terlihat kurang memuaskan -atau secara estetis tidak menyenangkan. Gol ini keduanya ini adalah perpaduan antara keyakinan / arogansi dan tendangan yang bersih, meninggalkan kiper Ajax Jasper Cillessen yang tak dapat meraihnya dan terlihat sangat konyol.

9. Gonzalo Higuain (Napoli vs Legia Warsaw, 2015/16).

Permainan sepak bola brilian dari Napoli bukanlah hal baru. Mereka telah mengiris dan menggilas tim lawan selama bertahun-tahun, dan satu contohnya adalah Legia Warsawa di babak grup pada tahun 2015.

Ada ritme yang indah dalam gol ini, sebuah tim yang menyapu bergerak dari area penalti ke area penalti lain yang pada dasarnya hanya melibatkan dua pemain yang berlari di sisi kiri, bertukar flick dan operan sampai Omar El Kaddouri memberi umpan ke Gonzalo Higuain. Striker Argentina ini kemudian melakukan tembakan brilian dari luar kotak penalti.

8. Olivier Giroud (Arsenal vs Red Star Belgrade, 2017/18).

Olivier Giroud adalah pencetak gol yang sangat bagus untuk Arsenal selama bertahun-tahun, dan terlebih lagi dia berhasil membuat sejumlah tembakan spektakuler. Salah satunya tendangan kalajengking melawan Crystal Palace, dan gol yang ini merupakan keindahan mutlak yang menghidupkan kompetisi di Belgrade pada tahun 2017.

Giroud mengakhiri pergerakan tim yang mengalir dengan tendangan overhead yang sangat cerdik. "Saya sedikit beruntung bola menuju pojok atas belakang gawang dengan bersih," kata Giroud sesudahnya. Keberuntungan atau tidak beruntung, ini adalah gol yang indah.

7. Radamel Falcao (Atletico Madrid vs Athletic Bilbao, 2011/12).

Selama beberapa tahun, Liga Europa adalah milik Falcao. Pada tahun 2011, dia mencetak gol kemenangan di final untuk Porto saat mereka mengalahkan Braga, setahun kemudian dia adalah pemain utama Atletico Madrid dalam kemenangan mereka atas Athletic Bilbao.

Ini mungkin adalah puncak permainan Falcao, di tahun ketiga dari empat musim beruntun mencetak 30+ gol berturut-turut, dan dua dari mereka datang di final ini. Keduanya merupakan gol brilian tetapi yang pertama masuk dalam daftar ini. Kombinasi yang menakjubkan dari ketenangan, kontrol, dan kekuatan saat pemain Kolombia itu berputar di dekat tepi kotak penalti dan melepaskan tendangan melengkung ke pojok atas gawang.

6. Lars Stindl (Hannover vs Copenhagen, 2011/12).

Gol yang satu ini dicetak dalam babak penyisihan grup yang hanya sedikit diingat peserta -kecuali untuk gol luar biasa ini oleh Lars Stindl. Sekarang dia merupakan pemain besar Bundesliga dengan Borussia Mnchengladbach dan timnas Jerman, tapi Stindl masih merupakan pemain muda yang menjanjikan di tahun 2011 ketika tim Hannovernya melakukan perjalanan untuk menghadapi Kopenhagen di Liga Europa.

Setelah ketinggalan satu gol, Hannover menyamakan kedudukan. Beberapa menit kemudian, Stindl mengambil umpan panjang dari kanan ke kiri, lalu menembakkan tendangan voli ke gawang. Kesederhanaan dan kebrutalannya mungkin yang membuat gol ini istimewa.

5. Jonathan dos Santos (Villarreal vs Viktoria Plzen 2015/16).

Ini adalah jenis gol yang sangat indah karena merupakan gol yang sangat sulit dilakukan walau telah berusaha. Dan 99 kali dari 100 usaha, bola akan terbang ke tribun dan menghasilkan beberapa umpatan dari rekan satu timnya.

Itu adalah tembakan yang tidak masuk akal, tetapi untuk alasan apapun, Jonathan dos Santos berhasil melakukannya. Dari sudut tak masuk akal di sebelah kanan, pemain Meksiko menembak bola dengan kekuatan dan membuktikan bahwa ini bukan kesalahan. Konyol, tapi brilian.

4. Erik Lamela (Tottenham vs Asteras Tripolis, 2014/15).

Tendangan Rabona adalah usaha yang menggelikan dan hampir selalu tidak perlu. Tapi alasan melakukannya adalah bahwa ini merupakan cara yang mewah untuk menghindari menggunakan kaki yang lebih lemah. Tetapi pada saat yang sama, penonton sangat terhibur ketika ada yang mencobanya, apalagi ketika mereka melakukannya dan mencetak gol darinya.

Patut diperhatikan bahwa game saat Erik Lamela mencetak golnya, melawan Asteras Tripolis, Harry Kane mencetak hat-trick dan dia masih pemain kedua yang paling menghibur di lapangan.

3. Taison (Metalist Kharkiv vs Rosenborg, 2012/13).

Ada sesuatu tentang tendangan voli sempurna yang sangat memuaskan. Ini mungkin kombinasi dari otak dan visceral, apresiasi atas keterampilan teknis yang sangat sulit.Gol dari Taison ketika ia bermain untuk Metalist Kharkiv melawan Rosenborg, mungkin adalah contoh sempurna dari gol voli sempurna, dengan nilai tambah bahwa gol ini tercipta dari umpan lintas lapangan yang panjang.

2. Vasyl Kobin (Metalist Kharkiv vs Legia Warsaw, 2014/15).

Gol ini tidak berarti apa-apa. Metalist Kharkiv tidak memenangkan pertandingan di Liga Eropa 2014/15, dan hanya mencetak dua gol lainnya dalam enam pertandingan grup mereka. Tembakan ini memberi mereka keunggulan, tetapi Legia Warsaw kembali mendapat kontrol permainan, memenangkan pertandingan 2-1.

Tapi gol ini sangat luar biasa! Dimulai dari umpan tumit yang tidak direncanakan, kemudian tendangan overhead brilian, dan Kobin dikerubuti rekannya hingga bajunya robek. Semuanya luar biasa.

1. Clint Dempsey (Fulham vs Juventus, 2009/10).

Hampir terlihat tidak adil untuk memilih satu momen dari perjalanan luar biasa Fulham ke final Liga Europa pada 2010, tetapi satu penampilan yang menonjol adalah comeback mereka yang tidak masuk akal melawan Juventus. Dengan tim berjuluk The Cottagers tertinggal 3-1 dari leg pertama, gol David Trezeguet di awal set kedua sepertinya mengakhiri pertandingan.

Namun, pasukan Roy Hodgson menyerbu kembali dan berhasil menyamakan kedudukan setelah turun minum lewat gol dari Bobby Zamora dan dua gol Zoltan Gera. Babak kedua yang menegangkan terjadi sebelum Clint Dempsey lepas dari tekanan dengan cara yang paling halus dan spektakuler, yaitu pemain Amerika Serikat ini menghasilkan chip fenomenal yang tampaknya menggantung di udara selamanya, sebelum akhirnya jatuh ke jaring.

"Sembilan dari 10 kali Anda berusaha tidak akan berhasil tetapi terkadang Anda harus mengambil risiko," kata Dempsey sesudahnya. Kita semua senang dia melakukannya.