Kamu yang menggemari hiburan kultur pop Jepang mungkin pernah melihat satu adegan di mana seseorang yang menerima paket atau surat dalam dorama, manga, atau anime akan menandatangani dokumen penerimaan bukan memakai tanda tangan dari pena maupun pensil, melainkan dengan sebuah benda kecil mirip stempel. Pernah lihat?

Nah, benda ini disebut sebagai 'Inkan' atau lebih lazimnya lagi 'Hanko'.

Hanko, stempel pengganti tanda tangan dalam masyarakat Jepang

Stempel identitas "Hanko" (Sumber gambar: Turning-Japanese.info)

Penggunaan stempel sebagai penanda identitas bukan hal baru di berbagai kebudayaan. Di Eropa keberadaan Family Sealsudah berlangsung ratusan (bahkan ribuan) tahun lamanya. Dulu untuk merekatkan amplop surat, kalangan bangsawan Eropa menggunakan lilin panas yang kemudian ditekan dengan alat segel besi/batu sehingga membentuk sebuah grafik/motif. Jika segel masih utuh saat surat diterima, berarti surat tersebut masih aman dan belum dibuka oleh yang tidak berhak. Praktik ini sudah berlangsung lama dan tidak terbatas hanya untuk surat karena segel juga dapat berbentuk emblem, coat of arms maupun sigil yang menunjukkan identitas personal maupun keluarga, dan menjadi hal serius serta penting sejak era Abad Pertengahan.

Hanko, stempel pengganti tanda tangan dalam masyarakat Jepang

(Sumber gambar: StampsDirect.co.uk)

Pernah lihat serial TV legendaris kontroversial Game of Thrones? Tiap keluarga di sana punya segel sendiri termasuk stempel hingga bendera atau panji-panji. Sehingga keberadaan identitas keluarga di sini merupakan hal penting.

Hanko, stempel pengganti tanda tangan dalam masyarakat Jepang

(Sumber gambar: History Behind Game of Thrones)

Di Asia Timur, bangsa Cina lebih dulu memanfaatkan sistem segel keluarga tersebut dan sama seperti di Eropa, awalnya metode ini hanya dipakai kalangan berada dalam strata sosial kemasyarakatan. Menggunakan bahan mewah seperti batu mulia (Jade atau Giok), segel keluarga ini merupakan bukti status sosial seperti yang ditunjukkan pada masa Kaisar Qin Shi Huang (yang juga merupakan Kaisar Cina perdana).

Hanko, stempel pengganti tanda tangan dalam masyarakat Jepang

Ilustrasi Dinasti Qin (Sumber gambar: Ancient Origins)

Di Jepang, kebiasaan menggunakan stempel spesial penanda tercatat dimulai dari tahun 57 Masehi di era Nakoku. Stempel berbahan emas itu digunakan Kaisar dan para orang dekatnya sebagai penanda status di antara masyarakat biasa. Praktik ini terus berlangsung melewati waktu dan era, hingga kemudian di era modernisasi Jepang / Era Meiji, penggunaan segel keluarga tidak lagi merupakan monopoli kelompok bangsawan dan eliteseperti Tuan Tanah ataupun Samurai namun untuk seluruh lapisan masyarakat, semua keluarga, serta individu.

Hanko, stempel pengganti tanda tangan dalam masyarakat Jepang

Segel / Hanko era Nakoku (Sumber gambar: Reddit)

Di era modern saat ini, Hanko menggunakan bahan-bahan yang lebih merakyat, tidak seperti dulu di mana segel ini dibentuk dari bahan mahal seperti emas maupun batu mulia. Secara umum di masa sekarang, orang di Jepang memiliki tiga jenis Hanko atau stempel keluarga. Yaitu 'Jitsuin'(segel terdaftar di catatan sipil negara), 'Ginkoin'(segel khusus untuk berbagai transaksi keuangan dan perbankan) dan 'Mitomein'sebagai segel buat transaksi sehari-hari.

Hanko, stempel pengganti tanda tangan dalam masyarakat Jepang

(Sumber gambar: Otakurei)

Secara level, Jitsuin merupakan yang tertinggi kastanya. Untuk mendapatkan Jitsuin membutuhkan persyaratan khusus seperti berusia 15 tahun ke atas untuk warga asli Jepang dan mendaftarkan diri ke Balai Kota setempat. Dokumen khusus (Inkan) akan diberikan sebagai penanda kepemilikan / sertifikasi Jitsuin untuk mencegah pemalsuan. Saat membeli properti seperti mobil atau rumah, seseorang wajib memiliki Jitsuin sebagai salah satu syarat utama. Warga negara asing yang sedang tinggal menetap di Jepang juga diperbolehkan memiliki segel Jitsuin mereka sendiri dengan mengikuti prosedur di Balai Kota setempat.

Ginkoin akan diminta oleh bank saat pembuatan akun rekening sehingga secara teknis akan sulit melakukan penipuan lewat rekening bank karena data nasabah yang akurat berdasarkan catatan sipil negara. Tapi belakangan bank di Jepang juga mulai menerapkan sistem pendataan biometrik untuk semakin mengamankan proses-proses perbankan mereka. Sementara Mitomein berfungsi layaknya tanda tangan biasa seperti yang kita orang Indonesia lakukan saat memberikan approval pada sesuatu (seperti menandatangani slip penerimaan paket dan lainnya). Walau terasa lebih simpel dibanding dua jenis Hanko sebelumnya, namun Mitomein tetap memiliki kekuatan legal di negara Jepang.

Hanko, stempel pengganti tanda tangan dalam masyarakat Jepang

(Sumber gambar: Maizuru-Kobo.Work)

Buat kultur kita mungkin metode tanda tangan stempel seperti ini terasa aneh dan bisa jadi tidak praktis ketimbang tanda tangan biasa, tapi perlu diingat kalau tiap bangsa punya kultur mereka sendiri yang diwariskan secara turun temurun selama bergenerasi-generasi sebelumnya. Di kultur kita, tanda tangan masih merupakan metode legal untuk berbagai hal. Kita tidak mengenal sistem Hanko atau stempel keluarga seperti Jepang dan negara Asia Timur lain. Namun tentu tidak ada salahnya mengetahui hal unik seperti ini kan?