Tiap individu akan mengalami tahap perkembangan kehidupan baik secara fisik dan psikis. Tahap perkembangan kehidupan individu tersebut terdiri dari beberapa tahapan penting, mulai dari lahir, bayi, masa anak-anak, dewasa, sampai kepada masa lanjut usia. Ketika individu mengalami tahap perkembangan kehidupan dari masa anak-anak menuju dewasa, terdapat satu fase peralihan yang juga dilalui oleh masing-masing individu. Salah satu yang populer dikenal dengan masa remaja.

Beberapa ahli dalam bidang psikologi seperti Papalia dan Olds (dalam Putro, 2017) mendefinisikan masa remaja sebagai masa awal individu masuk ke dalam usia 12-13 tahun dan berakhir pada awal dua puluh tahun. Definisi masa remaja juga ditegaskan oleh Sarwono (dalam Putro, 2017) bahwa masa remaja sebagai satu fase yang disesuaikan dengan budaya setempat seperti yang terjadi di Indonesia. Seorang remaja berusia 11 tahun dianggap sebagai individu sudah akil baligh secara adat maupun agama sehingga masyarakat tempat remaja hidup dan bertumbuh tidak lagi memperlakukan mereka layaknya masa anak-anak.

Lebih lanjut Sarwono (dalam Putro, 2017) menjabarkan hasil pengamatannya bahwa pada usia 11 tahun terjadi tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, ego, dan puncak terjadinya perkembangan kognitif. Dengan demikian remaja memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapatnya sendiri sehingga kerap menciptakan ketegangan dan perselisihan dengan keluarga, selain itu remaja akan cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya, mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga (Jatmika, dalam Putro 2017).

Gejala-gejala sosial tersebut yang menciptakan kondisi dan prinsip yang melekat dalam diri seorang remaja bahwa hubungan persahabatan dianggap sebagai satu hubungan sosial yang ditempatkan lebih tinggi dibandingkan dengan hubungan keluarga dan hubungan sosial yang lain. Demi menciptakan kualitas hubungan persahabatan, seorang remaja akan memperjuangkan dan mengupayakan untuk menciptakan hubungan persahabatan yang akrab dengan teman-temannya. Beberapa upaya yang umumnya dilakukan oleh seorang remaja dalam menciptakan hubungan persahabatan yang akrab menurut Budyatna dan Ganiem (2011) antara lain:

1. Sikap ramah tamah dan kasih sayang.

Salah satu cara seorang remaja menyatakan "rasa suka" kepada seorang sahabat dengan cara berbagi pengalaman dan menghabiskan waktu bersama-sama, sehingga ada rasa kegembiraan yang dapat dinikmati bersama. Hal ini yang mungkin tidak didapatkan di dalam hubungan keluarga, mengingat adanya perbedaan usia, pandangan, serta pengalaman.

2. Kepercayaan.

Kepercayaan merupakan sikap menempatkan rasa percaya kepada orang lain. Apabila seseorang atau beberapa orang remaja mampu mengembangkan rasa percaya satu sama lain maka tingkat ketergantungan di antara mereka akan bertambah kuat. Selain itu akan meningkat pula tingkat kepuasan hubungan persahabatan dan menciptakan keinginan untuk memperkuat kualitas hubungan.

Adapun bentuk kepercayaan yang dapat dipupuk dalam hubungan persahabatan antar remaja menurut Boon (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011) antara lain:

- Dependable partner atau teman yang dapat dipercaya dalam keadaan apa pun sehingga ia akan siap jika temannya membutuhkan bantuannya, nasihatnya, dst.

- Responsible partner atau seorang teman yang melakukan pengorbanan akan kebutuhan atau kepentingannya demi kebaikan atau kebutuhan temannya.

- Effective conflict-resolving partner yang merupakan sikap seseorang yang dapat membantu untuk mengendalikan konflik dengan cara bekerja sama, adanya usaha untuk terus-menerus mengalah dan meminimalisir sikap memaksakan diri untuk mempertahankan kedamaian agar kepercayaan satu sama lain tetap terjaga sehingga tercipta hubungan persahabatan yang terbuka dan konstruktif.

- Faithful partner merupakan keyakinan bahwa seorang teman dapat dipercaya sepenuhnya sehingga terjadi usaha untuk mempertahankan dan melanjutkan hubungan persahabatan yang lebih akrab lagi.

3. Pengungkapan diri.

Self-disclosure atau pengungkapan diri yang tinggi dalam hubungan persahabatan merupakan sikap yang mampu menciptakan hubungan persahabatan yang akrab, dengan melakukan pengungkapan diri maka terjadi proses transfer emosi dan informasi sehingga satu sama lain memperoleh pengetahuan yang sangat pribadi dan sangat dalam dari seorang teman. Apabila dalam hubungan persahabatan terjadi kenaikan intensitas perilaku pengungkapan diri, maka hal tersebut berkorelasi dengan jumlah investasi yang mereka tanam dan mampu mengembangkan rasa kekitaan dalam hubungan persahabatan.

4. Tanggung jawab.

Hubungan persahabatan yang akrab antar remaja membutuhkan sikap tanggung jawab yang mendalam. Hubungan persahabatan yang akrab ditandai dengan perilaku di mana seseorang mampu membatalkan hubungan sosial dengan orang lain agar dapat menyediakan waktu dan energi dalam hubungan persahabatan, karena hal itu menjadi hal yang diutamakan atau diprioritaskan, termasuk bagaimana seorang teman terus berupaya menjaga ikatan dalam hubungan persahabatan agar tetap kuat walaupun sudah terpisah oleh ruang, jarak, dan waktu. Seorang teman yang bertanggung jawab dalam hubungan persahabatan akan cenderung merencanakan waktu untuk bertemu, berbagi perasaan dan gagasan secara bebas dan terbuka, serta saling bergantung pada nasihat dan dukungan satu sama lain.

Fakta-fakta inilah yang terus menjadi fenomena dalam interaksi sosial yang terjadi dalam lingkungan bermasyarakat, khususnya dalam membangun dan mempertahankan hubungan persahabatan antar remaja, sehingga fakta-fakta yang cenderung terjadi ini dalam setiap peristiwa sosial di tengah-tengah hubungan keluarga menjadi bahan edukasi bagi kaum remaja dan orang tua.