Saat film Joker sedang tayang di bioskop dan ramai dibicarakan oleh warganet, Randi merasa tertarik dan memutuskan untuk pergi menonton film tersebut. Selama film ditayangkan ia merasa bahwa karakter Joker sangat sesuai dengan kehidupannya sehari-hari di mana ia tidak dipedulikan oleh orang di sekitarnya serta merasa tertekan dengan masalah yang dihadapi dalam hidupnya. Setelah menonton film Joker ia mencari informasi mengenai ciri-ciri gangguan kesehatan mental, kemudian ia merasa apa yang ia alami sesuai dengan ciri-ciri tersebut. Padahal informasi yang ia dapatkan belum tentu sesuai dengan gangguan yang dialami.

Salah satu pasien di Indonesian Psychological Health Care Center mengalami ketergantungan obat penenang seperti Xanax yang merupakan akibat dari self diagnosis. Pada awalnya pasien tersebut berasumsi bahwa ia mengidap stres dan mengonsumsi obat tersebut. Padahal menurut pemeriksaan, pasien tersebut hanya mengalami serangan panik. Akibat dari keputusan untuk mengobati dirinya sendiri dengan obat penenang, pasien harus ditangani secara medis dan psikologis dalam jangka waktu yang lebih lama.

Self diagnosis merupakan upaya mendiagnosis atau mengidentifikasi diri sendiri berdasarkan informasi yang didapatkan secara mandiri seperti dari orang terdekat atau informasi yang didapatkan melalui internet. Saat mendiagnosis diri, diagnosa mengenai kesehatan fisik maupun mental yang disimpulkan hanya sebatas berbekal informasi yang dimiliki, sedangkan diagnosa hanya boleh ditetapkan oleh tenaga medis profesional. Diagnosa yang ditetapkan oleh dokter akan berdasarkan gejala keluhan serta faktor lain yang dialami. Bahkan dua dokter dapat menyimpulkan dua diagonsa yang berbeda pada pasien yang sama.

Lalu, mengapa self diagnosis itu berbahaya bagi diri sendiri? Pertama, jika seseorang sering mendiagnosis diri sendiri, ia akan menganggap bahwa penyakit yang dialami adalah kondisi sepele yang dapat sembuh dengan sendirinya. Sementara bahaya lain dari self diagnosisadalah hanya akan menimbulkan kekhawatiran yang berlebih dalam pikiranmu. Kemudian kebanyakan self diagnosis mengarahkan pada diagnosa yang salah sehingga sering kali dilakukan penanganan yang salah dan membuat keadaan semakin memburuk seperti mengonsumsi obat-obatan yang semestinya tidak dikonsumsi.