Media sosial merupakan alat promosi bisnis yang efektif karena dapat diakses oleh siapa saja. Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh pemasar bagi banyak perusahaan dan juga merupakan salah satu cara terbaik untuk menjangkau pelanggan secara luas. Media sosial dapat dimanfaatkan sebagai media bisnis online. Bisnis online merupakan bisnis yang sedang marak di era digital saat ini karena begitu mudahnya suatu produk baru dapat dikenal oleh masyarakat, terutama dengan menggunakan strategi marketingendorsement.

Endorsement dipahami sebagai rekomendasi. Siapa yang dengan mudah merekomendasikan dan mengenalkan produk-produk usaha online kepada masyarakat? Jawabannya adalah selebritis. Setiap orang mempunyai selebritis favorit, apa yang dilakukan dan digunakan oleh selebritis tersebut sangat ingin ditiru dan digunakan pula oleh para penggemarnya, sehingga peluang produk yang direkomendasikan oleh selebritis akan sangat mudah untuk dikenal dan diterima oleh masyarakat. Tidak hanya selebritis/artis yang dikenal melalui tv saja yang menjadi target pemasar bahkan orang biasa yang dikenal di media sosial tetapi memiliki followers yang banyak atau biasa disebut dengan selebgram/selebtwit bisa menjadi target untuk para pelaku bisnis online. Karena mereka pun dapat menjadi objek penarik untuk merekomendasikan produk yang ingin diperkenalkan kepada followers-followersnya.

Seperti halnya gadis asal Jakarta ini yang ramai dibicarakan di semua kalangan karena gaya hidupnya yang dinilaipenuh kontroversi. Banyaknya pengikut di akun media sosialnya membuat Awkarin banyak menerimatawaran endorse. Dia mematok tarif Rp800.000 untuk biaya endorse. Sedangkan untuk paid promote ia memasang tarif Rp300.000Rp500.000. Kalau ditotal selama sebulan ia dapat mengumpulkan penghasilan hingga puluhan juta rupiah. Dalam dua hari saja kadang Awkarin bisa mengantongi Rp30 juta. Ternyata hal tersebut membuat gadis dengan nama asli Karin Novilda tersebut begitu populer. Saat ini ia telah menjadi kiblat anak muda metropolitan kelas menengah ke atas perkotaan dalam berbusana, bahkan berpose.

Jadi, apa sih celebrity endorsement itu dan apa saja yang harus dipertimbangkan?

Schiffman dan Kanuk (2010) menjelaskan bahwa celebrity endorsement merupakan selebriti yang meminjamkan namanya dan muncul atas nama suatu produk atau jasa. Sedangkan menurut McCracken, celebrity endorsement merupakan seseorang yang mendapat public recognition dan menggunakan kepopulerannya untuk memengaruhi konsumen dengan iklan tersebut. Menurut Schiffman dan Kanuk (2010), daya tarik selebriti digunakan dengan sangat efektif oleh para pemasang iklan untuk berkomunikasi dengan pasar-pasar mereka. Para selebriti dapat menjadi kekuatan yang berpengaruh dalam menimbulkan minat atau tindakan yang berhubungan dengan pembelian atau penggunaan barang-barang dan jasa-jasa yang dipilih. Identifikasi tersebut didasarkan pada kekaguman (terhadap seorang atlet), aspirasi (seorang selebriti atau terhadap suatu gaya hidup), empati (terhadap seseorang atau situasi), atau pada pengakuan (terhadap seseorang sejati atau meniru-niru atau terhadap suatu situasi).

Terdapat pertimbangan dalam memutuskan penggunaan celebrity endorser, di antaranya.

1. Overshadowing the product.

Kepopuleran selebriti yang membuat konsumen lebih memfokuskan kepada selebritinya sehingga gagal dalam menyadari merek yang diiklankan. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan memilih selebriti yang dapat menarik perhatian.

2. Overexposure.

Hal ini mengacu pada selebriti yang terlalu banyak meng-endorse produk sehingga konsumen menjadi skeptis terhadap endorsement karena mereka mengetahui bahwa selebriti tersebut dibayar. Perusahaan dapat menghindari hal ini dengan klausul eksklusivitas untuk membatasi jumlah produk yang dapat di-endorse oleh selebriti.

3. Target audiences receptivity.

Mengacu pada seberapa baik selebriti dapat menyesuaikan dan diterima oleh target audience yang dituju karena konsumen yang memiliki pengetahuan lebih mengenai suatu produk atau jasa dan memiliki sikap yang teguh lebih sulit dipengaruhi oleh selebriti daripada konsumen yang memiliki lebih sedikit pengetahuan atau konsumen dengan sikap netral. Oleh karena itu, ada pula perusahaan yang menghindari penggunaan selebriti karena target pasar tidak terpengaruh sama sekali dengan celebrity endorser.

4. Risk to the advertiser.

Mengacu pada perilaku negatif selebriti dalam kehidupan personalnya yang dapat membahayakan citra perusahaan. Oleh karena itu, banyak perusahaan melakukan riset dalam mencari tahu latar belakang dan kehidupan personal untuk menghindari hal tersebut.