Setiap manusia tak pernah luput dari masalah. Masalah-masalah yang dihadapi manusia dapat berujung pada stress. Ketika stress terjadi, seseorang dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dalam memberikan respon terhadap tuntutan dari lingkungannya. Jika seseorang gagal dalam melakukan penyesuaian diri dapat menyebabkan individu mengalami gangguan psikologis, seperti ketakutan, kecemasan, dan agresivitas. Untuk menghindari hal tersebut maka terdapat cara untuk mengatasi stress yang biasa disebut coping. Sebelum itu mari kita berkenalan terlebih dahulu dengan stress.

Apa itu stress?

Begini penjelasan soal stress dan cara mengatasinya

Stres diartikan sebagai suatu respon individu, baik berupa respon fisik maupun psikis, terhadap tuntutan atau ancaman yang dihadapi sepanjang hidupnya, yang dapat menyebabkan perubahan pada diri individu, baik perubahan fisik, psikologis, maupun spiritual. Penyebab stres (stressor) adalah segala situasi atau pemicu yang menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam. Stressor yang sama akan dinilai berbeda oleh setiap individu. Potter & Perry mengklasifikasikan stressor menjadi dua, yaitu stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, dan stressor eksternal adalah penyebab stres yang berasal dari luar diri individu.

Selye membagi stres menjadi dua, yaitu eustress dan distress. Eustress adalah stres yang menghasilkan respon individu bersifat sehat, positif, dan membangun. Respon positif tersebut tidak hanya dirasakan oleh individu tetapi juga oleh lingkungan sekitar individu, seperti dengan adanya pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

Distress adalah stres yang bersifat berkebalikan dengan eustress, yaitu tidak sehat, negatif, dan merusak. Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti tingkat ketidakhadiran (absenteism) yang tinggi, sulit berkonsentrasi, sulit menerima hasil yang didapat.

Stress memiliki tingkatannya lho!

Selain stres dibagi menjadi eustress dan distress, terdapat pula tingkatan stres. Stuart & Sundeen (dalam Khasanah, Edy dan Tri, 2014) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:

Stres ringan. Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

Stres sedang. Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.

Stres berat. Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.

Coping sebagai cara mengatasi stres

Begini penjelasan soal stress dan cara mengatasinya

Perilaku coping merupakan suatu tingkah laku di mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah. Lazarus & Folkman mendefinisikan coping sebagai upaya kognitif dan perilaku yang berubah secara konstan untuk mengelola tuntutan eksternal atau internal yang dianggap berat atau melebihi sumber daya (kekuatan) seseorang. Weiten dan Lloyd (dalam Wijayanti, 2013) juga mengemukakan bahwa coping merupakan upaya atau usaha untuk mengelola, mengatasi dan mengurangi ancaman karena stres yang dialami.

Coping punya dua tipe utama yang biasanya bisa menurunkan stress.

Problem-focused coping atau coping berfokus pada masalah adalah strategi kognitif untuk penanganan stres. Individu yang menggunakan problem-focused coping biasanya langsung mengambil usaha atau tindakan langsung untuk menghadapi dan memecahkan atau menyelesaikan masalahnya. Pada strategi coping ini, individu akan dapat berpikir logis dan memecahkan masalahnya dengan positif.

Emotion-focused coping atau coping berfokus pada emosi adalah strategi penanganan stres dengan memberikan respon secara emosional. Individu yang menggunakan emotion-focused coping lebih menekankan pada usaha-usaha untuk menurunkan atau mengurangi emosi negatif yang dirasakan ketika menghadapi masalahnya. Seperti melakukan pelarian diri atau menghindari masalah, penyalahan diri yaitu dengan menyalahkan diri sendiri dan menyesali yang telah terjadi, minimalisasi yaitu dengan menolak atau seakan-akan tidak ada masalah, dan pencarian makna yaitu dengan mencari arti dari kegagalan yang dialaminya.

Menurut Lazarus, coping dibagi menjadi dua jenis.

1. Tindakan langsung (Direct action)

Coping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan coping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami. Ada 4 macam coping jenis tindakan langsung, di antaranya.

- Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka.

Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dan ancaman dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut.

- Agresi.

Tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen atau stressor yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut.

- Penghindaran (avoidance).

Tindakan ini terjadi bila agen atau stressor yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut.

- Apati.

Jenis coping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja stressor yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut.

2. Peredaan atau peringatan (Palliation).

Jenis coping ini mengacu pada mengurangi atau menghilangkan atau menoleransi tekanan-tekanan fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah atau bisa diartikan bahwa bila individu menggunakan coping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.

Melihat dari berbagai jenis coping di atas, kita dapat mengetahui bahwa tiap individu memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi stress mereka.