Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menyatakan wabah Coronavirus yang berkembang di Cina sebagai keadaan darurat kesehatan global. Ini berarti, wabah Coronavirus dapat terus menyebar ke luar Cina, dan bahwa negara-negara di dunia harus memberikan bantuan mereka dan bersiap-siap melakukan antisipasi.

Pada awal bulan Desember, virus yang disebut 2019-nCoV ini tidak dikenal dalam dunia sains. Namun sekarang, para petugas kesehatan berusaha keras untuk mempelajari virus ini dan berupaya mencegah pandemi (penyebaran infeksi global yang lebih besar).

Bagaimana wabah Coronavirus ini akan berakhir?

Penyebaran virus corona dapat dikatakan masih mendekati tahap awal. Namun, tidak ada salahnya untuk memikirkan kemungkinan akan bagaimana wabah ini berakhir.

Saat ini, para ahli penyakit menular menguraikan tiga skenario nasib akhir virus corona. Ketiga skenario hanyalah kemungkinan dan perlu diingat bahwa masih terdapat banyak ketidakpastian terkait virus corona yang masih belum diketahui ke depannya.

1. Skenario pertama: Penyebaran virus dapat dikendalikan melalui intervensi otoritas kesehatan masyarakat yang bergerak cepat.

Bagaimana wabah Coronavirus ini akan berakhir?

Ini adalah adalah kemungkinan skenario terbaik, dan pada dasarnya ini sama dengan apa yang terjadi dengan wabah SARS pada tahun 2003.SARS, dapat dikatakan juga merupakan coronavirus--sekelompok virus yang menyebar pada mamalia dan burung. Beberapa kasus coronavirus yang diketahui bahwa virus ini mampu menginfeksi manusia, sedangkan sebagian besar menginfeksi hewan.

SARS pada mulanya menginfeksi hewan, tetapi dapat berpindah ke manusia dan mulai menyebar dari manusia ke manusia. Pada akhir 2002 dan 2003, SARS menginfeksi 8.096 orang (terutama di China), dan membunuh 774 orang di 17 negara.Memasuki tahun 2004, kasus SARS nyaris nol atau dapat dikatakan hilang.

"SARS adalah kasus klasik tentang bagaimana berbagai intervensi otoritas kesehatan masyarakat dapat bekerja dengan baik dan mampu menghentikan wabah," Jessica Fairley, seorang profesor kedokteran kesehatan global di Emory University, menjelaskan.

Selama masa penyebaran virus SARS, otoritas kesehatan semua berupaya mengidentifikasi kasus tersebut secepat mungkin dan mengisolasi individu yang terinfeksi. Dengan begitu, sistem kekebalan penderita SARS mampu melawan virus tanpa menyebar ke siapa pun. Kemungkinan terburuk virus tersebut akan membunuh penderita SARS, namun tidak akan menyebarkannya karena terisolasi.

Ini membutuhkan banyak koordinasi dari berbagai pihak. Dokter mengidentifikasi virus, lalu dilakukan penyelidikan pada setiap kasus untuk mengetahui dengan siapa penderita virus berhubungan, dan tindakan pengendalian potensi infeksi dengan ketat di rumah sakit.

"Dan kemudian diikuti dengan pembatasan perjalanan, karantina, atau skrining pendatang di bandara," kata Fairley.

SARS pertama kali dilaporkan pada Februari 2003. Pada bulan Maret, ratusan orang yang telah terpapar dengan SARS dikarantina di rumah mereka. Sementara itu, bandara mulai membatasi pendatang internasional dan mengidentifikasi kemungkinan pelancong yang telah terinfeksi dengan mengajukan pertanyaan tentang gejala dan apakah mereka memiliki kemungkinan kontak dengan virus atau dengan individu yang terinfeksi virus.

Dan secara bersamaan, dokter meningkatkan kewaspadaan dalam mendiagnosis penyakit, dan membawa pasien ke perawatan terpisah. Menjelang pertengahan musim panas, banyak negara yang pernah mengalami wabah dinyatakan bebas SARS.

Saat ini, SARS mungkin menular tapi hanya pada sesama hewan dan tidak menyebar pada manusia.Sayangnya, mungkin sulit untuk mengulangi keberhasilan mengendalikan SARS dengan wabah baru ini. Mengendalikan SARS agak lebih mudah dibandingkan dengan coronavirus. Terdapat beberapa alasan mengapa pengendalian virus SARS lebih mudah.

Pertama, individu yang terinfeksi biasanya tidak menyebarkan virus sampai mereka menunjukkan gejala seperti demam. Sehingga ketika seseorang jatuh sakit, mereka bisa segera dibawa ke rumah sakit dan dirawat di karantina, dan tidak akan terjadi penularan.

Jika kasus (SARS) mampu menular sebelum gejala muncul, atau jika kasus tanpa gejala mampu menularkan virus, penyebaran penyakit itu akan jauh lebih sulit ditekan, dan bahkan nyaris tidak mungkin untuk dikendalikan, kata seorang retrospektif WHO tahun 2006 tentang wabah SARS.

Saat ini, para ilmuwan masih mencari tahu apakah Coronavirus dapat menyebar sebelum muncul gejala penyakit. Apabila ternyata bisa, maka sulit untuk dikendalikan, karena beberapa orang tidak akan tahu bahwa mereka sakit dan merasa tidak membutuhkan perawatan medis. Orang yang terinfeksi beraktivitas dan melakukan kontak dengan individu-individu lain yang tentu saja semakin mempermudah penyebaran virus.

Yang kedua, dalam kasus SARS otoritas kesehatan sedikit diuntungkan karena dalam virus SARS, begitu orang-orang ini diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam isolasi, penyakitnya akan berhenti di sana. Namun, dengan Coronavirus, kita tidak tahu bagaimana proses penyebarannya dan apakah virus ini termasuk ke dalam kategori penyakit yang sangat mudah menyebar.

Pada akhirnya, kemungkinan wabah ini dapat berakhir ketika peneliti sudah menemukan vaksin baru, namun hal tersebut itu bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Jadi itu benar-benar tergantung pada seberapa baik lembaga kesehatan masyarakat dalam mendeteksi kasus, merawat individu yang terinfeksi, mengisolasi mereka, dan seberapa baik orang-orang yang terinfeksi menjaga pola kebersihan mereka, kata Nathan Grubaugh, seorang ahli epidemiologi di Yale School of Public Health.

2. Skenario kedua: Virus akan berhenti menyebar setelah menginfeksi semua orang atau sebagian besar orang yang paling rentan terhadapnya.

Bagaimana wabah Coronavirus ini akan berakhir?

Coba bayangkan wabah penyakit menular ini seperti kebakaran. Virus adalah api, dan orang-orang yang berpotensi untuk terinfeksi adalah kayu dan jerami yang menjadi bahan bakar api. Pada akhirnya, api akan berhenti dan padam ketika kehabisan kayu bakar. Wabah virus kemungkinan akan berakhir ketika berhenti menemukan orang yang rentan untuk menular.

Michael Mina, seorang ahli epidemiologi di Harvard School of Public Health, menawarkan epidemi virus Zika 2015-2016 di Puerto Rico dan Amerika Selatan sebagai contoh epidemi yang pada dasarnya mirip seperti analogi kebakaran tersebut.

Ribuan orang terinfeksi dengan sangat cepat, katanya. (Ada lebih dari 35.000 kasus di Puerto Riko pada 2016) Tetapi kemudian jumlah orang yang rentan terhadap penyakit ini berkurang. Mereka yang paling berisiko bersentuhan dengan nyamuk pembawa penyakit Zika sudah terinfeksi dan mendapatkan penyakit tersebut.

"Dan itu pada akhirnya membuat lebih sedikit orang untuk terinfeksi virus itu."

Saat ini, virus Zika masih beredar di Brasil tapi angkanya sudah sangat kecil. Sedangkan di Puerto Rico, virus Zika sudah tidak lagi menyebar.Dalam kasus Coronavirus baru, masih sulit untuk memperkirakan apakah virus ini sama seperti akhir virus Zika.

Kita tidak bisa tahu siapa kelompok yang rentan terhadap virus corona ini" kata Mina. Indvidu dengan sistem kekebalan tubuh yang baik cenderung untuk tidak mudah tertular dan ini akan membatasi jangkauan penyebaran virus.

Ketika wabah ini mulai terbakar secara alami, otoritas kesehatan masyarakat akan lebih mudah untuk mengatasi virus melalui karantina dan skrining.

Ada kemungkinan bahwa Coronavirus, hanya akan menyebar sebagian besar di China, sementara dengan pengawasan yang baik otoritas kesehatan mencegah virus ini agar tidak menyebar di negara lain. Setelah virus ini menyerang kelompok individu yang paling rentan terjangkit, ada kemungkinan Coronavirus akan menghilang.

"Biasanya dengan wabah ada titik puncak, lalu kemudian angkanya akan menurun," kata Fairley.

Pertanyaannya adalah apakah kita akan dapat sepenuhnya mengendalikannya, atau apakah akan ada transmisi virus yang sedang berlangsung."

Yang kemudian membawa kita ke skenario terakhir...

3. Skenario ketiga: Coronavirus akan menjadi virus umum.

Bagaimana wabah Coronavirus ini akan berakhir?

Dalam scenario terkahir, virus corona tidak akan berhenti menyebar. Ini merupakan kemungkinan terburuk.Masih ingat dengan kasus Flu Burung? Pada tahun 2009, jenis baru virus flu H1N1 menyebar ke seluruh dunia layaknya pandemi.

Tetapi, Setelah waktu berlalu, flu burung menjadi bagian normal dan kemungkinan akan selalu muncul setiap musim flu, kata Mina.

Adalja menjelaskan bahwa saat ini terdapat ada empat jenis virusseperti corona-yang umumnya menginfeksi manusia sebagai pilek atau pneumonia. Mungkin saja, virus corona akan menjadi yang kelima dan mungkin virus ini akan seperti flu.

Corona mungkin bisa datang dan pergi seiring musim. Mungkin, akan menjadi virus musiman di Tiongkok. Atau, kemungkinan terburuk, virus ini akan menyebar ke seluruh dunia.Bagi negara selain China ada baiknya mulai mengeluarkan kebijakan yang berdampak untuk penanggulangan wabah ini.

Bagi Cina, itu Coronavirus mungkin hanya akan menjadi virus musiman, meskipun begitu saat ini masih sulit untuk mengatakan apa yang akan terjadi ke depannya. Saya hanya memberikan kemungkinan yang terjadi berdasarkan apa yang telah terjadi sebelumnya, kata Adalja.

Kemungkinan ketiga tentu saja tidak menguntungkan manusia.

"Tampaknya virus ini memiliki beberapa kapasitas untuk menyebabkan penyakit akut," kata Adalja.

Itu bukan hanya menyebabkan pilek biasa. Banyak orang yang mati, dan semuanya ingin virus ini segera diatasi. Lanjutnya.

Apakah Coronavirus akan menjadi sesuatu yang baru dan belum pernah terjadi dalam sejarah?Kita tidak pernah tahu.