Ramadan pada tahun ini terasa begitu berbeda jika dibandingkan dengan Ramadan pada tahun-tahun sebelumnya. Tak lain tak bukan adalah karena adanya penyebaran Covid-19 di berbagai belahan penjuru dunia. Sebuah virus jenis baru yang penyebarannya sangat cepat dan hanya bisa diketahui setelah melalui masa inkubasi selama 14 hari sampai 21 hari.

Beberapa aturan kemudian diterapkan di berbagai daerah di Indonesia, baik dari Pemerintah Pusat maupun dari Pemerintah yang ada di daerah dengan harapan bahwa masyarakat akan mematuhi aturan tersesbut dan penyebaran Covid-19 dapat diminimalisir. Meskipun demikian, tetap ada saja masyarakat yang mencoba untuk melanggar aturan dari pemerintah.

Bahkan ketika menjalankan ibadah puasa saat bulan Ramadan sekalipun, kita juga dituntut untuk tetap mengikuti ketetapan yang disahkan oleh Pemerintah seperti menjaga jarak dan juga tetap bekerja dari rumah (Work From Home). Ditambah lagi dengan adanya informasi terbaru dari World Health Organization (WHO) yang memperingatkan bahwa Covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang meskipun sudah ada vaksin yang ditemukan di masa mendatang. Vaksin tersebut hanya sebagai pengendali penyebarannya saja dan bukan berarti bisa sepenuhnya dapat menghilangkan secara total dari dunia.

Tak heran beberapa budaya yang sering kita temui pada bulan Ramadan hilang secara tiba-tiba. Berikuti ini adalah lima budaya Ramadan yang hilang di kala Covid-19 melanda.

1. Ngabuburit.

Ngabuburit adalah cara untuk mengisi waktu ketika menjelang berbuka puasa. Ada berbagai macam cara masyarakat dalam mengisi waktu ngabuburit, seperti sekadar main bersama teman, menyalurkan hobi, atau mengikuti pengajian di masjid-masjid. Jika kita lihat kondisi sekarang yang tidak memungkinkan untuk berkumpul dalam jumlah banyak, kegiatan ngabuburit ini kemudian berubah dengan banyak menghabiskan waktu dengan media elektronik, masak-masak bersama keluarga di rumah, atau sekadar duduk menonton acara kesukaan di televisi.

2. Buka bersama.

Biasanya ketika sudah memasuki bulan Ramadan akan ada banyak sekali jadwal buka bersama yang harus diikuti dengan teman kerja, teman main, hingga teman semasa di sekolah. Tidak jarang antara acara buka bersama yang satu dengan yang lain saling bertabrakan karena banyaknya jadwal yang harus diikuti. Hal ini membuat hampir semua tempat di rumah makan habis karena sudah dipesan jauh-jauh hari sebelumnya. Bagi yang ingin buka bersama namun tidak mendapatkan tempat yang cukupbisanya akan memilih rumah sebagai alternatif pilihan.

3.Salat tarawih di masjid.

Pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, serta setan dibelenggu. Itulah kemudian yang membuat manusia menjadi lebih mudah untuk beribadah secara berjamaah, salah satunya adalah salat tarawih di masjid. Namun, tidak sedikit kegiatan salat berjamaah tersebut mendapatkan imbauan supaya tidak meneruskan kegiatan tersebut pada hari-hari selanjutnya karena adanya Covid-19. Hanya saja di beberapa daerah yang masih belum menjadi kawasan merah masih bisa melakukan ibadah berjamaah tersebut dengan tetap mengikuti prosedur yang berlaku seperti menjaga jarak antara satu orang dengan orang yang lain, menggunakan masker, dan mencuci tangan menggunakan sabun ketika kembali ke rumah.

4. Mudik.

Ketika menjelang Hari Raya Idulfitri, biasanya banyak masyarakat yang merantau kemudian pulang ke daerahnya masing-masing. Melihat banyaknya masyarakat yang melakukan mudik, Pemerintah dan berbagai instansi memberikan bantuan berupa mudik gratis atau pembagian tunjangan hari raya untuk meringankan beban yang harus ditanggung oleh para perantau. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari para perantau tersebut adalah seorang pekerja buruh yang memiliki penghasilan tidak banyak.

5. Itikaf.

10 hari terakhir sering digunakan oleh banyak orang untuk menjalankan salah satu sunah dari Rasulullah, yaitu berdiam diri di masjid. Itikaf ini dilakukan untuk menjauhkan diri dari kesibukan duniawi karena pada 10 hari terakhir bulan Ramadan dikatakan bahwa akan terdapat malam lailatul qadr, di mana malam itu lebih baik daripada 1000 bulan.