Sejak Covid-19 menyebar ke berbagai penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia, perhatian terhadap kesehatan dan kebersihan semakin meningkat ketat. Kehidupan seolah berubah seratus delapan puluh derajat semenjak kedatangan virus berbahaya yang satu ini. Di sisi lain, virus yang akrab disebut Corona ini lebih aktif menyebar melalui perantara udara karena dengan mudah terbang ke mana saja.

Saat situasi sedang genting seperti ini kita dituntut untuk selalu waspada karena virus ini dapat menyerang siapa pun, kapan pun, dan di mana pun. Oleh karena itu tidak heran jika di berbagai tempat yang masih merupakan fasilitas umum dari satu sudut kota ke sudut yang lain kamu akan menemukan banyak imbauan untuk senantiasa menerapkan pola hidup sehat, terutama di era New Normal. Segala aktivitas manusia seperti berdagang, bekerja, berolahraga sampai berbelanja tidak luput dari penerapan protokol kesehatan.

Tidak hanya kalangan dewasa, anak-anak dan juga balita pun diharapkan mendapat penjagaan ketat oleh orang tua sehingga tetap terjaga kesehatannya. Siapa sangka, saat situasi seperti ini, cuci tangan yang dulunya sering disepelekan kini menjadi kegiatan utama, baik sebelum dan sesudah berkegiatan.

Bagi orang dewasa untuk memahami pentingnya cuci tangan mungkin mudah dibandingkan dengan anak-anak. Meskipun kegiatan anak bisa dikatakan hanya bermain saja, tapi akan lebih baik menuntun anak-anak menerapkan kebiasaan baik sejak dini. Dalam hal ini, menjadi sangat penting mengajarkan anak-anak untuk mencuci tangan setiap setelah memegang meja, kursi, atau mainan-mainannya.

Tetapi membiasakan hal tersebut terhadap anak-anak tidak semudah itu. Berikut ini tips yang dapat kamu lakukan untuk membiasakan anak-anak mencuci tangannya.

1. Mengedukasi anak lewat audio visual.

Berkembangnya media informasi dan komunikasi kini sangat mempermudah kehidupan, utamanya di zaman yang serba digital ini. Seolah dunia ada di genggaman dalam wujud smartphone yang kamu miliki. Berbagai fitur yang memudahkan kehidupan akan sayang sekali jika tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Kamu bisa memanfaatkan platform berbagai video yang banyak menawarkan konten-konten mengedukasi anak-anak, terlebih mengenai kebiasaan mencuci tangan. Dalam hal ini orang tua atau oraang terdekat sekitar berperan dalam pengawasan dan pengarahan terhadap anak ketika memutar video tersebut.

Semakin seringnya video diputar otomatis masuk dalam memori anak. Anak pun akan mencontoh apa yang telah terekam dalam ingatannya. Dengan konten video yang menarik akan menambah minat anak dalam menerapkan kebiasaan cuci tangan ini.

2. Mencontohkan secara langsung.

Selain contoh dari media sosial, orang tua dan kerabat terdekat anak juga merupakan media belajar yang efektif untuk anak. Tingginya intensitas bertemu akan memengaruhi tingkah anak dalam kehidupannya sehari-hari.

Ketika anak melihat apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya, maka selang beberapa waktu kemudian ia akan sedikit demi sedikit memahami kemudian mencontohnya. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik rasa ingin tahu anak. Semisal dengan mencuci tangan saat seusai bepergian dari luar, seusai menyentuh benda-benda di sekitar, maupun sebelum memegang area wajah yang berhubungan dengan telapak tangan.

Mencontohkan cuci tangan di depan anak memang tidak begitu saja dapat diterima atau bahkan terkadang anak nampak cuek dan tidak memperhatikan. Tapi ini adalah salah satu langkah yang mampu membangunkan kesadaran anak akan kebersihan yang dimulai dari diri sendiri.

3. Mengajak anak cuci tangan bersama.

Perlahan anak akan tergugah untuk mencoba hal baru yang ia lihat. Di saat itulah kamu harus sabar dan telaten mengajarkan anak mencuci tangan dengan sabar dan mencuci tangan sesuai cara yang tepat.

Saat kegiatan ini berlangsung, kamu dapat menambahkan lagu atau sambil berbincang dengan anak agar anak mengingatnya. Sedikit demi sedikit anak akan memahami dan berani mencoba mencuci tangan sendiri selepas bermain.

4. Memberi reward setelah anak mencuci tangan.

Setelah anak berhasil melewati challenge cuci tangan dengan baik dan benar, ia patut mendapatkan hadiah atau reward. Meskipun sederhana, anak akan merasa dihargai dan diapresiasi atas apa yang ia lakukan. Saat sudah menjadi kebiasaan, ia akan melakukannya tanpa diminta karena sudah masuk dalam hal yang memang harus ia lakukan demi kebaikannya.