Perubahan signifikan terjadi pada seluruh aspek kehidupan umat manusia di dunia akibat wabah Covid-19 yang merajalela. Namun, terlepas dari seluruh kerugian selama masa pandemi ini berlangsung, terdapat satu fenomena sosial yang menarik untuk kita ulas dan perhatikan bersama.

Seperti kita ketahui bersama, keadaan ini memaksa manusia untuk saling meminimalisir atau bahkan menghentikan aktivitas yang berpotensi menjadi rantai persebaran virus tersebut. Oleh karena itu, hampir seluruh kegiatan ekonomi, sosial, pendidikan dan sebagainya mau tidak mau bertransformasi menjadi metode daring dan dilakukan secara mandiri di tempat masing-masing.

Siapa sangka, ternyata kondisi ini menjadi salah satu entry point di mana pola perilaku dan prinsip Generasi Z menjadi pedoman kehidupan kita bersama untuk sementara waktu, mulai dari lintas usia, gender, profesi atau status hingga ekonomi semua turut merasakannya. Hal ini dapat ditandai dengan beberapa poin penting, di antaranya sebagai berikut:

1. Tech-Savvy.

Gen Z merupakan generasi yang lahir di era perkembangan teknologi yang pesat sehingga penggunaan teknologi digital telah menjadi bagian vital dalam kegiatan sehari-hari. Begitu pula masyarakat di masa pandemi ini yang seluruh aktivitas pemenuhan kebutuhannya kini didominasi dengan metode digital dan terintegrasi melalui jejaring internet. Mulai dari proses belajar mengajar, perkantoran, pelayanan publik via digital meeting platform hingga kegiatan ekonomi jual beli produk atau jasa yang dipasarkan melalui platform media sosial, e-commerce, website, apps, dsb.

Pemenuhan kebutuhan interaksi sosial seperti kegiatan berbagi informasi pun mulai sepenuhnya beralih ke arah digital. Bahkan kegiatan penggalangan dana tidak lagi melulu berbentuk konvensional.Kegiatan tersebutkini dilakukan secara variatif melalui media digital dan internet. Contohnya beberapa musisi melakukan portal donasi menggunakan live concert atau beberapa gamers profesional memanfaatkan aplikasi streaming sebagai portal donasinya.

2. Multitasking.

Di masa pandemi ini kapabilitas multitasking atau kemampuan mengerjakan lebih dari satu kegiatan dalam waktu bersamaan tiap individu mulai terlatih secara organik. Hal ini tentunya didukung dengan kemajuan teknologi yang dinamis ditambah munculnya banyak asumsi masyarakat yang merasa tanggung jawab yang dibebankan pada tiap individu di masa pandemi semakin banyak secara kuantitas dan semakin berat secara kualitas. Oleh karena itu tuntutan untuk bekerja secara efisien dan efektif menjadi wajib hukumnya bagi setiap orang.

Sebagai gambaran kita dapat mengerjakan tugas kantor atau sekolah melalui komputer dan juga melakukan penelitian melalui tablet secara bersamaan. Di samping itu kita tetap dapat menggunakan smartphone untuk mendengarkan musik, berkabar dengan rekan kerja maupun teman, dan memesan kebutuhan makan atau minum secara daring. Sore dan malam hari kita dapat memantau hasil penjualan dari bisnis online melalui smartphone sembari menonton serial film menggunakan laptop.

3. Individualis - kolaboratif.

Gen Z memiliki prinsip hidup individualis - kolaboratif di mana mereka juga gemar mencari informasi sekitar yang paling up to date. Hal ini senada dengan pola perilaku masyarakat pandemi akhir-akhir ini, walaupun perilaku sebagian besar masyarakat kini terkesan individualis karena setiap individu berfokus menyelesaikan kepentingan pribadinya menggunakan bekal gadget dan internet masing-masing sepanjang hari. Terlebih aktivitas sosial berjarak membuat peluang bersosialisasi langsung dengan sesama semakin terbatas.

Akan tetapi masyarakat di kala pandemi ini sesungguhnya membutuhkan kolaborasi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing, sebab dengan cara kerja kolektif semua hal menjadi mudah terjangkau dan terselesaikan. Seperti contohnya kita bisa mengerjakan tugas - tugas sekolah dan pekerjaan lebih efisien dan efektif melalui kolaborasi fungsional di platform online yang tersedia. Atau misal pemilik UMKM yang saling bahu-membahu mempromosikan produk dan jasa yang ditawarkan melalui bantuan media sosial dan word of mouth. Selain itu yang paling penting adalah upaya kolaboratif masyarakat melalui edukasi persuasif peer to peer untuk melawan dan menghindari virus Covid-19 via digital yang terintegrasi melalui internet.

4. Utilitarian.

Perlu kita ketahui Generasi Z memiliki prinsip utilitarian dikarenakan setiap pilihan yang dipilih harus didasarkan pada benefit yang didapat. Generasi Z juga mempertimbangkan budget yang dimiliki atau bisa dibilang pengorbanan yang mereka lakukan. Hal ini selaras dengan kondisi masyarakat saat ini di mana setiap orang dalam mempertahankan hidupnya memperhatikan betul apa yang dapat mendatangkan untung dan rugi bagi diri sendiri baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.

Pengusaha kuliner misalnya, mereka akan sungguh-sungguh dalam memperhitungkan jumlah produk yang akan dijual serta stok bahan baku yang diperlukan di saat pandemi ini berlangsung karena potensi munculnya risiko kebusukan, tidak laku, kelangkaan, mahalnya harga-harga menjadi lebih besar dibandingkan kondisi normal. Begitu juga dengan pegawai kantoran yang memilah-milah kebutuhan pokok dan kebutuhan hiburan semata, mereka memiliki kendali dan kontrol yang lebih atas pendapatan dan pemasukan untuk ditabung dan dikonsumsi. Misal semula mereka harus rutin membayarkan sejumlah dananya untuk menanggung biaya langganan aplikasi hiburan berbayar, makan rutin di restoran, kebiasaan nongkrong di coffee shop, belanja pakaian dan aksesoris yang tidak dilandasi urgensi, dsb.