Brilio.net - Beberapa waktu lalu, netizen sempat dibuat heboh ketika kiper Arema yang juga penjaga gawang Tim Nasional, Kurnia Meiga 'mengenalkan' kepada publik kekasih yang kini jadi istrinya, Azhiera Adzka Fathir. Kala itu, Meiga yang dianggap berwajah biasa saja, berhasil menaklukkan hati seorang wanita yang cantik jelita seperti Azhiera.

Satu lagi yang membuat publik terhenyak adalah bagaimana seorang bek asal Prancis yang kini merumput di klub Liga Premier Inggris, Manchester City, Bacary Sagna bisa menggaet seorang super model bernama Ludivine. Seperti halnya Kurnia Meiga, Sagna tak setampan David Beckham maupun Cristiano Ronaldo, namun nyatanya mereka berdua bisa membuat kamu hawa berparas jelita takluk kepadanya.

Banyak yang menduga-duga, faktor gelimang harta adalah daya tarik utama kenapa bidadari-bidadari tersebut mendekat kepada pemain sepak bola. Gaji dan bonus yang besar sekarang menjadi dua hal yang sangat dekat dengan kehidupan para pesepak bola. Sebagai gambaran, pada tahun 2016 lalu, gaji minimal pemain bola yang berlaga di Indonesia Soccer Championship (ISC) adalah Rp 5 juta. Tidak ada data berapa besaran gaji maksimal, namun nilai Rp 5 juta itu sudah termasuk besar untuk ukuran masyarakat Indonesia, belum lagi bonus-bonusnya. Itulah imbas dari sepak bola itu sendiri yang telah menjadi industri global dan fakta bahwa sepak bola menjadi olahraga paling banyak penggemarnya, sehingga membuat uang yang berputar dalam industri sepak bola modern luar biasa besar.

Namun, jika mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh majalah TIME beberapa waktu lalu, dugaan sebagian orang tentang materi sebagai faktor utama wanita cantik jatuh ke pelukan pemain bola bisa dimentahkan, atau setidaknya menjadi sesuatu yang bisa didebat. Dilansir brilio.net, Rabu (9/8), berikut pendapat ahli evolusi biologi, psikologi dan obat-obatan yang diwawancarai TIME.

1. Evolusi Ide.

Pebola dan wanita © 2017 Istimewa

Berbicara secara evolusioner, para wanita tertarik pada kekuatan dan karakteristik yang berkaitan erat dengan produksi hormon testosteron seperti wajah yang maskulin. Tapi para ilmuwan baru saja menemukan fakta bahwa wanita secara biologis terprogram untuk tertarik pada aspek daya tahan.

"Beberapa penelitian terbaru menyatakan bahwa di evolusi ide masa lalu, sebenarnya ada seleksi kuat pada aspek dan kinerja daya tahan tubuh. Contohnya adalah sebelum ditemukannya tombak, manusia akan berburu hewan sampai benar-benar kelelahan. Meskipun kita tak bisa mengalahkan kemampuan sprint zebra, selama beberapa jam, kita bisa merlari lebih cepat daripadanya" ungkap Erik Postma, peneliti ilmiah di nstitute of Evolutionary Biology and Environmental Studies at the University of Zurich.

Postma melakukan studi di mana dia meminta subjek untuk menilai daya tarik wajah beberapa pesepeda dan menemukan fakta bahwa orang menilai pesepeda dengan daya tahan yang tertinggi sebagai yang paling menarik. Hal ini tentu menjadi kabar baik buat pesepak bola, yang tidak hanya kuat tapi harus punya daya tahan yang bagus.

Sekadar informasi, setiap kali bermain dalam permainan normal, seorang pesepak bola rata-rata berlari sejauh 11,26 kilometer. Bandingkan dengan pemain basket yang hanya berlari 4 kilometer per pertandingan atau pemain rugbi yang berlari sejauh 1,2 setiap kali bermain. "Saya pikir, tak seperti basket atau pemain rugbi, pesepak bola mungkin adalah kombinasi ideal atara kekuatan dan daya tahan," lanjut Postma.

Evolusi biologi kita kemudian yang mendikte apa yang budaya kita lihat sebagai bentuk ideal seorang laki-laki. "Tubuh pesepak bola mungkin lebih dekat kepada rata-rata gambaran mental manusia tentang apa itu keindahan. Ketika kamu melihat patung-patung Yunani dan Romawi kuno sebagai bentuk ideal pria, mereka lebih mirip dengan pemain sepak bola. Mereka punya tubuh proporsional di mana mereka tak punya tubuh bagian atas yang begitu besar dan tubuh bagian bawah kecil ataupun sebaliknya," begitu pendapat Dr David Geier, ahli obat-obatan olahraga dan bedah ortopedi.

2. Punya tipe tubuh yang lebih menarik.

Pebola dan wanita © 2017 Istimewa

"Ketika kamu melihat skill yang dibutuhkan pesepak bola, itu adalah kecepatan dan daya tahan dan bukan sebuah kekuatan tubuh bagian atas. Itu bukanlah kemampuan untuk menjatuhkan orang, jadi kamu tak butuh ukuran badan seperti yang dibutuhkan pemain American Football," terang Geir.

Pemain sepak bola tak seperti atlet Amerika. Mereka berotot namun tidak kekar berlebihan. Pemain basket dan rugbi harus membangun tubuh bagian atas mereka untuk menembak, mengoper hingga mendorong orang lain. Pemain hoki harus melatih kaki-kaki mereka untuk kuat dan cepat di atas es. Pemain bola punya distribusi otot yang merata. Mereka berotot kencang tapi tak berlebihan.

3. Bisa menunjukkan sisi emosionalnya ketika di lapangan.

Pebola dan wanita © 2017 Istimewa

Semua orang tahu bahwa sepak bola adalah olahraga yang penuh dengan emosi. Mereka terjatuh, berguling-guling, mereka menyelamati pemain lain, tak hanya melakukan High Five, mereka saling berpelukan, berteriak setelah timnya mencetak gol. Di belakang, penjaga gawang berlutut dan menggerakkan tangannya penuh semangat.

Banyak yang mengatakan itu terlalu drama, atau bahkan ada yang bilang gesture yang terlalu feminin ke lawan jenis. Penelitian di tahun 2011 menunjukkan bahwa pria lebih menarik di mata wanita ketika mereka menampilkan sisi emosional ketika bangga ataupun ketika malu. Meskipun sebenarnya ekspresi emosional setelah mendapat kemenangan terlihat lebih menarik. "Hal ini bisa dicontohkan seperti yang terjadi pada sepak bola pria. Jika mereka menampilkan kebanggaan setelah mendapat kesuksesan, atau bahkan ekspresi kesedihan setelah kalah bertanding. Itu membuat daya tarik mereka meningkat di mata lawan jenis," ujar Jessica Tracy, Profesor Psikologi di British Columbia.

4. Faktor seragam yang menampilan keseksian tubuh.

Pebola dan wanita © 2017 Istimewa

Kita sering melihat pemain bola menunjukkan perut sixpack dan dada bidangnya. Namun meskipun tak harus menyingkap kaus seragamnya, jersey sepak bola masa kini sepertinya memang lebih menampilkan otot tubuh seperti perut, lengan, kaki hingga pantat pemainnya. "Seragam dan pakaian pada umumnya didesain untuk meningkatkan kinerja tubuh, namun pada kasus sepak bola, saya mengatakan bahwa kaus yang semakin ketat dan memamerkan otot bagian atas tubuh mereka maka akan semakin bagus," tutup Postma.