Brilio.net - Langit cerah menghiasi malam di jalan Malioboro, salah satu ikon wisata paling populer di kota Yogyakarta. Para turis baik lokal dan internasional berlalu-lalang sepanjang jalan menikmati suasana malam yang syahdu.

Sepanjang jalan, para turis sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang berbelanja oleh-oleh, ada yang sibuk menawar harga untuk menaiki andong, jajan sate lontong, menikmati penampilan pengamen, menjepret foto, merekam video, atau sekadar berjalan menikmati suasana.

Di tengah riuhnya suasana sepanjang Malioboro, tepat di depan gedung Kepatihan yang tak lain adalah Kantor Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tampak ada pemandangan yang tak biasa. Saat kebanyakan turis sibuk dengan aktivitas hiburan, ada seorang turis yang malah lesehan dan tampak khusuk menunduk.

Di tangannya, tampak sebuah komik bergambar dipegang dan dibaca. Seperti lupa dengan keriuhan yang ada di Malioboro, turis yang umurnya masih bocah ini tampak tenggelam dalam bacaannya.

Perpustakaan bergerak malioboro Brilio

foto: Brilio/Ikhlas Alfaridzi

Beberapa meter tak jauh dari tempat sang bocah, tampak sebuah lapak dengan kotak yang diikat di buntut sepeda bertuliskan "Perpustakaan Bergerak Girli Malioboro".

 



 

Perpustakaan hasil inisiasi anak jalanan

Brilio.net berkesempatan untuk mengunjungi perpustakaan mini ini di jalan Malioboro pada Kamis (7/12). Tepatnya di dekat halte Transjogja 2 depan Gedung Kepatihan, perpustakaan ini biasanya membuka lapaknya.

Saat itu, kami disambut oleh dua orang pelapak perpustakaan ini. Ada Danang, dan Mul, yang belakangan diketahui sebagai penjaga tetap perpustakaan yang membuka lapak hampir setiap hari.

"Setiap hari pasti buka. Kecuali kalau cuaca tidak mendukung," ujar Danang kepada Brilio.net, Kamis (7/12).

Perpustakaan ini didirikan oleh keluarga besar Girli, sebuah komunitas anak jalanan yang aktif dalam berbagai kegiatan kesenian, dan juga literasi.

Tanpa alas tikar, kami duduk lesehan dan mulai mengobrol. Sambil sesekali mengamati kotak berisi koleksi buku, kami mulai bertanya tentang awal mula perpustakaan ini didirikan.

"Mulanya, ya kita kumpul-kumpul tapi nggak ada kegiatan. Ya udah ngobrol-ngobrol mau ngapain nih kita. Awalnya ngumpul buat gambar-gambar dengan media seadanya. Nah, terus pas ngobrol-ngobrol lagi tiba-tiba denger ada yang punya ide mau buka perpustakaan. Yaudah jadi akhirnya," tutur Mul pada Brilio.net, Kamis (7/12).

Perpustakaan bergerak malioboro Brilio

foto: Brilio/Ikhlas Alfaridzi

Mul mengaku, kalau keinginan dia membuka perpustakaan ini terinspirasi dari kegemarannya di era dulu. Dirinya yang sejak muda sudah 'nongkrong' di Malioboro kala itu gemar menyambangi lapak-lapak jualan buku di beberapa sudut Malioboro yang kini sudah berubah menjadi lapak toko lainnya.

"Di Malioboro kan dulu banyak tuh yang jualan buku bekas. Nah, aku dulu sering main, lihat-lihat, baca-baca, kadang beli, kadang bikin kliping (koran), asyik gitu. Seneng lah pokoknya," kata Mul melanjutkan.

Mul melanjutkan, bahwa dulu ketika Malioboro masih banyak lapak buku-buku bekas, begitu banyak pengunjung yang datang untuk belanja buku, atau sekadar meminjamnya untuk dibaca di tempat. Pemandangan itulah yang tampaknya ingin kembali dihadirkan Mul melalui perpustakaan bergerak yang diinisiasi olehnya ini.

"Lihatnya aja senang. Udah begitu, dari (lapak) buku, banyak ibu-ibu nganterin anaknya buat belajar ngegambar, ada juga mahasiswa yang belanja buku, seneng gitu lihatnya. Makanya pas ada ide perpustakaan ini, langsung aja dibikin," ujarnya.

Perpustakaan bergerak malioboro Brilio

foto: Brilio/Ikhlas Alfaridzi

Sementara Danang, salah satu penjaga menyampaikan kalau Perpustakaan Bergerak Malioboro ini telah berdiri sejak sebelum pandemi. Namun, karena wabah yang menjangkit, kegiatan melapak buku-buku ini pun harus tertunda hingga aturan keramaian di ruang publik kembali melonggar.

"Sebelum pandemi itu sebetulnya sudah buka. Karena ada pandemi, kita vakum. berkerumun nggak boleh, berkumpul nggak boleh akhirnya sempat vakum selama tiga tahun," ujar Danang.

Meskipun hanya berbekal kotak kecil yang diangkut sepeda, ternyata perpustakaan ini punya ratusan koleksi buku yang siap dibaca di tempat.

Kami dipersilahkan untuk melihat buku catatan yang berisi daftar buku koleksi Perpustakaan Bergerak Girli ini. Total ada 103 buku yang terdaftar baik fiksi maupun nonfiksi dang terdiri dari berbagai genre.

Dari mulai buku-buku 'serius' macam filsafat, buku-buku novel romantis, komik, sampai buku bacaan khusus anak tersedia di perpustakaan ini. Diketahui, koleksi buku-buku ini adalah hasil donasi dari Yayasan Pustaka Bergerak, sebuah lembaga nirlaba yang menggerakkan literasi sampai ke pelosok daerah di Indonesia.

"Koleksinya ada ratusan tapi ada yang sudah tercatat dan yang belum. Nah ini daftar yang sudah tercatat," kata Mul menjelaskan sembari menyodorkan buku catatan.

Mul menambahkan setiap membuka lapak tidak semua koleksi dibawa. Perpustakaan bergerak ini mempunyai sistem menu setiap harinya.

"Jadi nggak semuanya dibawa. Ada menu setiap harinya. Tapi kalau ada yang nyari buku tertentu bisa pesan dan dibawakan besoknya. Ini karena kotak kita terbatas. Pengennya sih punya kotak buku yang lebih besar lagi biar bisa menampung lebih banyak buku," ujar Mul.

Perpustakaan bergerak malioboro Brilio

foto: Instagram/@perpus.malioboro

Ketika ditanya mengapa perpustakaan ini tetap berjalan sampai sekarang, Mul dan Danang mengaku menjalani semuanya atas dasar senang berbagi. Keduanya yang notabene menjalani kehidupannya di jalanan, punya niatan yang tulus untuk membuat perpustakaan ini sebagai ruang interaksi semua orang khususnya dalam hal berbagi pengetahuan.

"Ya dasarnya seneng, seneng lihat orang seneng. Dan semua dijalani tanpa ada paksaan," kata Danang.

"Harapannya dengan ada perpustakaan di Malioboro ini bisa jadi tempat pembelajaran, ruang interaksi pengetahuan semua orang," tandas Mul pada brilio.net, Kamis (7/12).

Buat kamu yang punya hobi membaca dengan waktu yang fleksibel, Perpustakaan Bergerak Girli Malioboro cocok untuk dikunjungi. Perpustakaan ini membuka lapaknya setiap hari di depan gedung kepatihan sejak sehabis maghrib, dan akan tutup menjelang tengah malam.