Brilio.net - Membaca untuk anak-anak memiliki beberapa manfaat positif seperti mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Tak hanya itu, dengan terbiasa membaca buku akan mengembangkan rasa cinta dengan buku sehingga menumbuhkan minat baca bagi mereka.

Namun bagi anak-anak yang berada di lingkungan yang tak kondusif, seperti lingkungan yang terganggu oleh perang, aktivitas membaca akan sangat sulit untuk dilakukan. Sebut saja di Afghanistan, dimana serangan disertai ledakan oleh Taliban terhadap pasukan keamanan terus meningkat sejak musim semi pekan lalu.

Saber Hosseini © 2016 brilio.net

 

Saber Hosseini © 2016 brilio.net

Untungnya, salah satu guru di Afghanistan membuat perbedaan dengan memberikan anak-anak di Afghanistan kesempatan untuk membaca buku. Saber Hosseini percaya bahwa anak-anak harus memiliki akses untuk membaca buku. Berbekal buku sumbangan dari teman-temannya, ia dengan semangat membawa buku-buku tersebut untuk anak-anak Afghanistan.

BACA JUGA: Perahu ini keliling antar pulau demi menyediakan buku bacaan, top!

Awalnya, Hosseini memulai kegiatannya dengan 200 buku cerita untuk anak-anak di provinsi Bamiyan, Afghanistan. Bersama dengan sekelompok relawan, ia lalu pergi ke desa-desa terpencil menggunakan sepeda dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Ada banyak alasan mengapa Hosseini memilih sepeda sebagai alat transportasi.

Menurut Hosseini, sangat tak praktis bila ia harus membeli mobil apalagi ia kini memiliki 20 relawan. Ditambah lagi, sebagian besar desa di daerah Bamiyan hanya bisa diakses dengan sepeda. Tapi yang lebih penting, bagi Hosseini, pilihan transportasi memiliki makna yang lebih dalam.

Saber Hosseini © 2016 brilio.net

"Taliban menggunakan sepeda dalam melakukan aksi serangan bom. Jadi saya ingin mengganti bentuk kekerasan dengan budaya," katanya seperti dikutip brilio.net dari Elitereaders, Rabu (11/5).

Setiap akhir pekan, Hosseini memberi beban sepedanya dengan buku-buku yang berbeda dan pergi ke desa-desa terpencil. Bahkan ia tak segan untuk pergi menuju desa dengan anak-anak yang putus sekolah. Dia mengatakan bahwa banyak anak-anak di desa yang seharusnya berada di kelas 3 hingga 4 SD tetapi masih belum bisa membaca atau menulis.

"Kami bekerja semacam perpustakaan keliling, setiap minggu kami membawakan anak-anak buku-buku baru dan mengambil kembali yang lama untuk mendistribusikan kepada anak-anak di desa-desa lainnya. Kami juga bertanya dan mencatat buku apa saja yang sekiranya mereka butuhkan sehingga akan kami bawakan minggu depan," ujar Hosseini.

Saber Hosseini © 2016 brilio.net

Hanya dalam tujuh bulan, koleksi Hosseini dari 200 buku telah tumbuh menjadi 3.500 buku. Meskipun Hosseini telah melakukan perbuatan mulia, tapi ia dan istrinya telah menerima ancaman untuk kegiatan yang dilakukannya juga. "Meskipun sulit tapi kami ingin terus untuk melakukannya,"ungkap Hosseini.

Selengkapnya tentang kegiatan yang dilakukan oleh Hosseini bisa kamu lihat dalam video berikut ini: