Brilio.net - Pemerintah di seluruh dunia saat ini terus berjuang untuk mencegah penyebaran virus corona. Berbagai kebijakan diambil mulai dari social distancing (jaga jarak sosial), pemberlakuan jam malam, hingga isolasi (lockdown). Tapi lain lagi dengan pemerintah Brasil yang justru bertindak sebaliknya. Menganggap enteng.

Bahkan beberapa waktu lalu, Presiden Brasil Jair Bolsonaro menepis kondisi wabah virus corona yang sedang terjadi di negaranya. Ia malah menyatakan hal itu dilebih-lebihkan karena tujuan politik. Kondisi ini yang akhirnya membuat Bolsonaro bersitegang dengan beberapa gubernur di negara itu yang telah menetapkan kebijakan jaga jarak sosial.     

Bolsonaro bahkan mendesak agar social distancing untuk mencegah penularan virus corona segera diakhiri. Dia meminta warganya untuk kembali bekerja seperti sediakala. Malah Bolsonaro meluncurkan iklan di televisi dengan tagar #BrazilCannotStop. Padahal faktanya, hingga Senin (30/3) kasus virus corona yang terkonfirmasi di Brasil mencapai 4.330 kasus dengan angka kematian sudah 140 kasus. Sedangkan pasien sembuh 120 kasus.

Favela Corona © 2020 brilio.net Presiden Brasil Jair Bolsonaro (Wikimedia Commons)

Kebijakan Bolsonaro yang dianggap kontradiktif membuat kelompok masyarakat, khususnya mereka yang tergolong kelompok miskin, akhirnya mengambil jalan sendiri. Jika di negara lain, kebijakan jaga jarak sosial atau penerapan jam malam dikeluarkan pemerintah, lain lagi di Negeri Samba ini.

Seruan jam malam justru dilakukan para anggota gangster, khususnya di wilayah permukiman kumuh atau yang lebih dikenal dengan sebutan favela. Seperti dilaporkan iflscience.com yang dikutip dari theguardian.com, Senin (30/3) waktu setempat, para pengedar narkoba di salah satu favela paling terkenal di Rio de Janeiro telah memberlakukan jam malam virus corona. Cara ini dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran akan dampak virus terhadap beberapa warga miskin di Brasil.

Favela Corona © 2020 brilio.net Pusat kota Sao Paulo, Brasil lengang akibat dampak penyebaran virus corona (Nelson Antoine/Shutterstock via iflscience.com)

Bahkan anggota geng telah menyebar di favela Cidade de Deus (Kota Dewa) di sebalah barat Rio. Mereka memerintahkan penduduk setempat untuk tetap di dalam rumah setelah pukul 20:00 waktu setempat. Maklum, wilayah yang pernah digunakan sebagai lokasi syuting film Blockbuster tahun 2002 garapan sutradara Fernando Meirelles, City of God ini menjadi area pertama yang mencatat kasus virus corona.

Nah dalam upaya mencegah penyebaran virus mematikan ini, para pemimpin geng Komando Merah yang mengendalikan favela telah memerintahkan penduduk untuk tinggal di rumah. Malah sejak pekan lalu, para anggota geng menggunakan pengeras suara menyiarkan peringatan, “Siapa pun yang ditemukan mengacau atau berjalan-jalan di luar akan dihukum.”

“Para pengedar melakukan ini karena pemerintah tidak ada. Otoritas buta terhadap kami,” kata seorang penduduk kepada Guardian.

Sebuah laporan di surat kabar Rio Extra mengatakan anggota geng dengan pengeras suara bergerak di sekitar City of God memberi tahu 40.000 penduduknya. “Kami memberlakukan jam malam karena tidak ada yang menganggap virus corona serius. Yang terbaik adalah tinggal di rumah dan bersantai. Pesan telah diberikan.” 

Gangster City of God bukan satu-satunya geng yang berperang melawan virus corona di favela sekitar Rio, yang merupakan rumah bagi sekitar 2 juta dari 7 juta penduduk kota. Hal serupa juga dilakukan di Morro dos Prazeres.

Anggota geng di wilayah itu menegaskan kepada penduduk setempat agar warga sekitar yang ingin keluar untuk keperluan mendesak hanya diperbolehkan dua orang saja secara bergantian. Sementara di Rocinha, salah satu favela terbesar di Amerika Latin, para anggota geng yang biasa melakukan tindak perdagang manusia juga telah menetapkan jam malam.

“Para gangster telah mengatakan bahwa setelah jam 8.30 malam semua orang harus tinggal di dalam rumah. Jika imbuan ini dilanggar, maka akan ada sanksi," kata seorang warga sekitar.

Sedangkan di Santa Marta, favela yang berada di bawah Patung Kristus Penebus di Rio, para pedagang membagikan sabun dan meletakkan peringatan di dekat air mancur umum, persis di pintu masuk favela. “Tolong cuci tangan sebelum memasuki favela.”

Sementara itu, di beberapa bagian Complexo da Mare, favela yang cukup luas di dekat bandara internasional Rio, para penyelundup mengatakan kepada toko-toko dan gereja-gereja untuk mengurangi jam operasional mereka.

“Hanya toko roti yang tetap buka sampai jam 11 malam. Tidak ada yang mau keluar. Pertama karena takut akan virus corona, dan sekarang karena perintah ini,” kata seorang ibu yang tinggal di Parque Uniao, salah satu dari 16 komunitas yang membentuk Complexo.

Jam malam juga diberlakukan anggota geng di Pavao-Pavaozinho di Copacabana, Cantagalo, Ipanema dan Vidigal. Edmund Ruge, seorang editor yang berbasis Rio untuk situs berita RioOnWatch mengatakan pemberlakuan jam malam di beberapa favela karena pemerintah Brasil telah lama mengabaikan daerah-daerah tersebut. Warga di favela umumnya tidak memiliki sanitasi dasar.

“Ini adalah tindakan sporadis di sekitar kota. Saat ini masyarakat sipil benar-benar meningkatkan kewaspadaan karena mereka tahu negara tidak akan melakukannya untuk mereka,” ujar Ruge.  

Selain anggota geng, para aktivis yang peduli kehidupan masyarakat favela juga telah berupaya dengan berbagai cara menanggapi krisis penyebaran virus corona. Salah satunya dengan kampanye donasi dan kesadaran di seluruh Brasil seperti mengampanyekan #COVID19NasFavelas.