Brilio.net - Beredarnya foto Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo alias Pasha 'Ungu' memang benar-benar menjadi sorotan pengguna media sosial sejak Kamis (14/4). Mantan vokalis band Ungu tersebut dinilai berpenampilan nyeleneh dan mengundang gelak tawa. Bagaimana tidak, wakil wali kota Palu ini memakai pin Praja Wibawa dari Satpol PP, Wing Marinir, lencana pelopor hingga terlihat menenteng tongkat komando. Yang lebih menggelitik lagi, Pasha memakai setelan jas hitam namun dipadupadankan dengan jeans dan belt ala penyanyi rocker.

Sejak foto tersebut ramai diperbincangkan pengguna media sosial, pria bernama asli Sigit Purnomo Said mendapat 'surat terbuka' dari salah seorang bernama Made Supriatma. Melalui akun media sosialnya, Made menuliskan pesan yang ia harap dibaca oleh Pasha 'Ungu' agar bisa membuatnya lebih baik dan bijak dalam memposisikan dirinya sebagai seorang pejabat publik dan bukan lagi selebritis seperti dulu lagi.

Sekadar diketahui, Made Supriatma adalah editor pada Joyo Indonesia News Service dan merupakan peneliti masalah-masalah konflik etnis dan kekerasan komunal yang saat ini tinggal di New Jersey, Amerika Serikat.

Berikut isi surat terbuka untuk Pasha tersebut, seperti dikutip brilio.net, Jumat (15/4). Menohok banget isinya!

"Sigit Purnomo Said: Dia dikenal dengan nama Pasha Ungu. Ini karena dia adalah anggota grup band Ungu. Dia artis. Bahkan pernah duduk di papan atas dalam kebudayaan pop nasional.

Artis adalah soal kemudaan. Ketika kemudaan itu menyurut, menurun pula popularitas. Saingan dari yang lebih muda, kelelahan berkreasi, dan orientasi hidup yang makin mapan, membuat artis harus mengubah cara hidupnya.

Reformasi menawarkan sesuatu untuk mereka, para artis yang tidak lagi laku. Mereka bisa jadi politisi. Sodara bisa lihat kehadiran mereka di parlemen, di jabatan-jabatan walikota, bupati, gubernur, dan sebagainya.

Seperti Sigid Purnomo Said ini. Dia adalah Wakil Walikota Palu. Memang belum nomor satu di kota kecil itu. Cukuplah nomor dua. Tapi kekuasaan adalah kekuasaan, bukan?

Dan tampaknya dia menikmati kekuasaannya. Mulai saat ini, sebutan 'dia' harus diganti 'beliau.' Dan begitu menjabat, dia segera tahu kenikmatan berkuasa itu jauh lebih besar daripada uang!

Dia memulai hari pertamanya dengan memarahi pegawai-pegawainya hanya karena tertawa saat upacara. Uppssss ... hmmm mereka sebenarnya pegawai negara. Tapi tetap, dia yang berkuasa. Kekuasaan itu sensitif, Sodara-sodara! Berani menertawakan Soeharto di depan hidungnya? Di dor langsung kepalamu! Oleh Sigid, mereka cukup dimarahin saja.

"Apa motif Saudara-saudara tertawa terbahak-bahak. Saya malu karena ada yang tertawa terbahak-bahak saat saya masuk. Next, saya tidak mau ini terulang lagi. Polisi Pamong Praja harus mengecek yang tertawa itu. Jelas? Jelas? Jelas?"

"Attitude harus ada, bagaimana membawa diri dengan baik dan benar. Anda semua memakai baju Korpri. Percuma sumpah Korpri tadi dibacakan kalau begini attitude pegawai!"

Ceramah yang cukup bagus bukan?

Dan, saya anjurken Sodara juga tidak ikut tertawa. Lihatlah betapa berwibawanya Bapak Wakil Walikota kita ini. Dia tidak meninggalkan keartisannya. Dia memakai jas dan dipadu dengan jeans dan ban pinggang yang sangat modis.

Lihatlah berbagai lencana yang dia pakai. Ada lencana Praja Wibawa untuk Satpol PP disana. Bukankah secara jabatan dia adalah wakil komandan Satpol PP? Ada wing marinir (yang ini saya tidak tahu dia dapat darimana). Ada Pelopor Lantas (aha! Mudah-mudahan dia tidak punya kekuasaan menilang!).

Yang paling saya suka adalah tongkat komando. Ada sedikit cita rasa Bung Karno disini. Namun, ketika Pak Wakil Walikota ini menggenggamnya, dia lebih tampak seperti Moeldoko atau Ryamizard ketimbang Bung Karno!

Sodara, politik itu tidak mesti gontok-gontokan. Dia juga bisa menghibur. Terima kasih Pak Wawalkot Palu! You rock!,"

Dari kasus ini tentu masyarakat harus belajar bahwa memang tidak selalu orang yang memiliki popularitas tinggi, akan sebanding dengan kapabilitasnya. Apalagi dalam bidang yang bukan menjadi jalurnya untuk mencapai popularitas tersebut.

Kalau menurut kamu gimana guys? Sependapat juga sama Made Supriatma?