Pada zaman sekarang pasti agak sulit untuk membuat anak rajin belajar, entah belajar akademik maupun non-akademik. Tidak sedikit anak yang memiliki berbagai macam alasan agar tidak menuruti kemauan orang tuanya karena mereka hanya ingin bermain saja dengan teman-temannya dan bermain gadget atau mungkin faktor-faktor lainnya. Orang tua juga terkadang sudah kehabiasan cara agar anak mau belajar dan mendengarkan omongan orang tua. Tetapi setelah dilihat-lihat anak ternyata memiliki kelemahan di mana akan ada saatnya mereka akan luluh dan mendengarkan omongan orang tuanya. Gimana sih caranya? Lalu apa sih yang harus kita lakukan sebagai orang tua? Nah, di paragraf selanjutnya kita akan membahas tentang teori operant conditioning dari Skinner, di mana teori tersebut sangat berperan penting dengan topik kita.

Operant conditioning menurut Skinner adalah pengondisian di mana manusia menghasilkan suatu respon, atau operan (sebuah ujaran atau aktivitas-aktivitas yang beroperasi atas dasar lingkungan), operan tersebut dipelajari melalui penguatan. (Junaidi dan Prasetyo, 2015). Bahasa mudah dari operant conditioning yakni mengubah sesuatu aspek tingkah laku yang tidak dikehendaki menjadi sesuatu tingkah laku yang diinginkan (Arsana & Faidi, 2014). Perubahan tingkah laku yang diinginkan tersebut bisa menggunakan reinforcement.

Menurut Apruebo, reinforcement adalah pemberian penguatan atau reward atas kejadian atau aktivitas yang telah dilaksanakan sehingga aktivitas tersebut tetap mampu dipertahankan atau memberikan respons yang serupa dan pada aktivitas berikutnya dapat meningkat lagi (Harjasuganda, 2008). Skinner memandang hadiah (reward) atau penguatan (reinforcement) sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar. Kita cenderung untuk belajar suatu respon jika segera diikuti oleh reinforcement (Junaidi dan Prasetyo, 2015).

Nah, sekarang kita sudah mengerti tentang reinforcement maka sekarang kita akan membahas lebih dalam lagi tentang reward. Reward adalah segala sesuatu yang berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan, yang diberikan kepada anak karena telah berperilaku baik, mendapat hasil yang baik atau telah berhasil melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan baik (Wilujeng, N. E. 2015). Pemberian reward sendiri juga bisa diberikan oleh siapapun. Bisa orang tua, guru, saudara, teman, bahkan diri sendiri.

Bentuk reward yang diberikan juga dapat bermacam-macam. Menurut Zulaeha Hidayati, contoh bentuk reward yang diberikan adalah pujian, mainan, barang lain yang amat diinginkan oleh anak, jalan-jalan satu atau dua minggu sekali, bermain ke rumah teman dan kelereng, bunga atau benda lain sebagai tanda keberhasilan. Reward ini digunakan untuk melatih tahap-tahap awal ketika anak masih belum paham terhadap alasan melakukan sesuatu dan kesulitan dalam membiasakan diri (Ulfa, 2016).

Manfaat reward untuk anak, yang pertama adalah membantu anak untuk mendorong perilaku yang baik dan kerja keras. Kedua, membantu anak untuk memotivasi peserta didik terutama anak yang tidak memiliki kecendrungan alami untuk berusaha dengan keras. Ketiga, dapat memotivasi anak yang memiliki rasa percaya diri rendah. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan tujuan dan manfaat reward, untuk menimbulkan perilaku positif yang dapat mengarahkan kepada kegiatan belajar yang baik, contohnya anak menjadi memiliki motivasi untuk belajar sedangkan manfaat yang diperoleh dengan adanya pemberian reward seperti memengaruhi anak untuk berperilaku positif dan mengarah ke perubahan dalam hasil belajarnya (Ulfa, 2016).

Contoh reward yang dapat diberikan misalnya barang. Anak bisa mendapatkan barang yang mereka inginkan asalkan mereka bisa memenuhi syarat yang sudah orang tua tetapkan. Misalnya ketika sedang ujian, orang tua bisa memberi semangat seperti akan membelikan barang yang mereka inginkan asal mereka dapat mendapatkan nilai yang sudah orang tua tetapkan. Itu sangat bisa memengaruhi semangat anak tersebut untuk berpacu mendapatkan nilai yang bagus dan belajar yang giat. Contoh reward lain yang dapat diberikan misalnya berupa kata-kata seperti bagus, pintar sekali, bagus sekali, dan sebagainya. Selain pujian berupa kata-kata, pujian bisa berupa isyarat, misalnya dengan memberi jempol, memeluk, dan mencium.