Gunung Krakatau telah meletus lebh dari 134 tahun yang lalu. Letusan yang begitu dahsyat, sebagaimana dilansir dari situs liputan6.com (29/9) pukul 19.11 setara dengan 150 megaton TNT, atau lebih dari kekuatan bom atom Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.

Pada hari itu, Senin, 27 Agustus 1883, tepat pukul 10.20 terjadi dua Tsunami setinggi 40 meter yang menewaskan lebih dari 35 ribu orang. Bahkan ada menyebut korban mencapai 120 ribu.

Suara ledakan dan gemuruh letusan Krakatau terdengar sampai radius lebih dari 4.600 km hingga terdengar sepanjang Samudera Hindia, dari Pulau Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur.

Kini setelah lebih dari satu Abad, ternyata letusan krakatau masih menyisakan peninggalan yang menakjubkan.

Sebagaimana disampaikan dalam Rilis Biro Humas dan Protokol Pemprov Lampung (29/9) Pukul 20.06, Tim Eksplorasi Krakatau 1883 memperoleh penemuan yang menakjubkan. Sebuah lubang, di Desa Kelawi, Dusun Kepayang, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan diduga menjadi tempat bersemayamnya Kapal Buatan Eropa.

Inisiator Penemu Kapal Terdampar Letusan Krakatau, Hadi Subroto menuturkan penampakan jejak kapal yang tertimbun di Bukit Kepayang didapat dari pemetaan dampak ledakan Krakatau yang dilakukan oleh para Ahli Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung.

"Berdasarkan foto yang diambil dari satelit, pada wilayah tersebut ditemukan penampakan yang diduga sebagai jejak longsor sebuah kapal,"ujarnya.

Untuk menguatkan dugaan tersebut, dirinya bersama Tim Eksplorasi Krakatau Bukit Kepayang membuat suatu pengujian simulasi peraga. Yaitu dengan membuat miniatur Bukit Kepayang dari bahan pasir dan miniatur kapal dari kayu.

"Setelah melakukan pengujian terlihat di foto dari satelit sangat identik,"ucapnya.

Selanjutnya, bersama dengan ahli Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung, dilakukan uji yang mendalam. Tim melakukan uji geolistrik diatas posisi koordinat bayangan kapal yang tertimbun tanah secara melintang dari Timur-Barat.

"Apabila disesuaikan dengan bentukan geometri yang paling mendekati adalah lambung kapal, atau diperkirakan kapal posisi terguling,"ucapnya.

Penelitian awal dilanjutkan dengan penggalian di lokasi dengan dibantu pekerja dan alat seadanya. Pada kedalaman 32,3 meter penggali membentur plat baja besi. Plat baja ini diprediksi merupakan bahan dinding kapal.

Salah seorang pekerja, Suyitno menuturkan, ia menemukan tanah bercampur oli saat melakukan penggalian. Sekitar 2014 awalnya ada 2 yang menggali dibagian atas dan saya bagian bawah. Lalu tangan saya terkena seperti oli sangat menggali,"ucapnya.

Menanggapinya, Pemerintah Provinsi Lampung tidak tinggal diam. Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Sutono bahkan turun langsung mengecek lokasi.

"Kunjungan ini sebagai bentuk dukungan dari Pemprov Lampung. Awal Oktober ini akan kita akan lanjutkan kembali yang sempat terhenti,"ujar mantan Sekda Kabupaten Lampung Selatan ini.

Sutono menilai, lokasi ini dapat menjadi situs purbakala dan sebagai salah satu destinasi unggulan Provinsi Lampung.

"Lampung memiliki Gunung Krakatau yang sangat mendunia dan nanti penemuan ini menjadi situs purbakala . Pada Lampung Krakatau Festival (LKF) juga dapat dijadwalkan untuk berkunjung kesini,"katanya.