Penyakit Demam Keong atau Schistosomiasis di Indonesia hanya ditemukan di Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu di Dataran Tinggi Napu dan Dataran Tinggi Bada, Kabupaten Poso serta Dataran Tinggi Lindu, Kabupaten Sigi. Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh cacing trematoda jenis Schistosoma Japonicum dengan hospes perantara keong Oncomelania hupensis lindoensis (O. hupensis lindoensis). Schistosomiasis selain menginfeksi manusia juga menginfeksi semua jenis mamalia, baik hewan peliharaan maupun binatang liar.

Air yang menggenang di kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Provinsi Sulawesi Tengah seakan menjadi teror bagi warga sekitar. Begitu memasuki kawasan tersebut, banyak sekali plang-plang peringatan dengan gambar tengkorak dan siput (keong) dengan tullisan yang membuat ngeri, Awas berbahaya !!! Daerah fokus keong.

Schistosomiasis, 'teror' dari seekor keong di Lore Lindu

Bagi para pendatang mungkin akan mengernyitkan dahi, penasaran, apakah maksud dari tanda itu. Namun bagi warga sekitar ataupun para peneliti yang fokus meneliti penyakit yang ditularkan keong itu pasti sangat paham apa maksudnya. Kawasan tersebut adalah daerah penyebaran Schistosomiasis, penyakit yang disebabkan oleh cacing trematoda (cacing pipih) yang bernama Schistosoma japonicum.

Penyakit Schistosomiasis atau dikenal juga sebagai Bilharziasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Schistosoma sp., di Lore Lindu, spesies yang terdapat di sana adalah Schistosoma japonicum. Sesuai namanya, penyakit ini awal mulanya di identifikasi oleh sorang ilmuwan Jerman bernama Theodor Bilharz pada tahun 1850-an ketika sedang meneliti wabah yang terjadi di Mesir.

Schistosomiasis di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1935 oleh Dr. Brug dan Dr. Tesch. Penyakit endemis ini hanya ditemukan di daerah dataran tinggi Napu (Kabupaten Poso) dan dataran tinggi Lindu (Kabipaten Sigi). Saat itu belum diketahui dari mana penularan itu berasal. Baru pada tahun 1972 ditemukan vektor penularnya, yakni berupa keong-keong kecil yang kemudian dikenal dengan nama latin Oncomelania hupensis lindoensis. Keong tersebut ditemukan di daerah bekas persawahan di Lindu.

Penyakit kuno.

Jauh sebelum ditemukan di Lore Lindu, penyakit ini diketahui pernah mewabah di Mesir dan China pada masa lalu. Tahun 1500 sebelum Masehi (SM), Ebers Papyrus dari Mesir mencatat resep untuk membunuh cacing dalam tubuh yangmengakibatkan pendarahan pada urine. Lembaran papirus ini diyakini salinan dari dokumen asli yang dibuat tahun 3400 SM.

Schistosomiasis, 'teror' dari seekor keong di Lore Lindu

Dalam penelitian yang dilakukan pionir paleopatologi, Marc Armand Ruffer (1859-1917), tahun 1910 menemukan telur Schistosoma haematobium pada ginjal dua mumi dari Dinasti Firaun ke-20 Mesir (1250 SM-1000 SM). Temuan ini membuka mata dunia bahwa schistosomiasis telah ada di Lembah Sungai Nil sejak dulu.

Adanya schistosomiasis pada mumi juga ditemukan di Cina dalam penggalian situs prasejarah antara tahun 1971 dan 1974. Ditemukan telur Schistosoma japonicum di usus mumi yang berusia 2100 tahun. Dokumen kuno China yang mencatat penyakit ini terlacak sejak 400 SM. GeHong dalam catatan medisnya, Zhouhou Beijifang, menggambarkan adanya racun air yang menyerang manusia seperti shegong (serangga beracun), tetapi tak terlihat. Hingga kini diketahui, daerah sekitar Sungai Mekong merupakan daerah endemis penyebaran penyakit schistosomiasis.

George Davis dalam bukunyaOrigin and Evolution of the Gastropod Family Pomatomidae (2007), memaparkan asal-usul keong dari genus Oncomelania di Asia berasal dari Sungai Mekong ketika famili Pomatiopsidae menyebar ke sejumlah penjuru dunia oleh aktivitas tumbukan lempeng India dengan lempeng Benua Asia.

Para peneliti meyakini bahwa ketika daratan Asia masih menyatu, keong-keong itu bermigrasi mengikuti aliran sungai Mekong kuno kemudian menyebar ke seluruh Asia ketika terjadi tumbukan lempeng India dengan lempeng Asia.

Bersarang di hati.

Telur cacing yang keluar dari saluran pencernaan orang yang tertular schistososmiasis kemudian akan menetas dalam air menjadi betuk mirasidium. Bentuk mirasidium ini kemudian akan menginfeksi keong Oncomelania untuk kemudian berubah menjadi tipe Sporokista I dan Sporokista II, kemudian setelah itu lepas dari tubuh keong menjadi serkaria.

Schistosomiasis, 'teror' dari seekor keong di Lore Lindu

Serkaria dapat masuk ke tubuh manusia melewati pori-pori kult. Oleh sebab itu daerah yang menjadi tempat tinggal keong dilarang keras untuk dimasuki tanpa alat pelindung dikarenakan serkaria dapat masuk dengan mudah ke tubuh manusia.

Serkaria yang masuk ke dalam tubuh manusia akan masuk ke aliran darah kemudian masuk ke paru-paru. Larva cacing pada paru-paru menyebabkan penderitanya menjadi batuk-batuk. Larva akan menembus dinding paru-paru dan masuk aliran darah untuk kemudian menetap di hati. Cacing akan dewasa di hati dan melakukan perkawinan. Setelahitu cacing dewasa pindah ke vena mesenterika (pembuluh darah dekat usus halus) kemudian akan mengeluarkan telu-telur yang bisa berjumlah ribuan tiap harinya. Sebagian telur tersebut keluar bersama feses (kotoran), sedangkan sebagian lainnya akan tetap berada di tubuh manusia, tersebar ke organ-organ tubuh.

Schistosomiasis, 'teror' dari seekor keong di Lore Lindu

Apabila tidak diobati dengan baik, cacing dapat bertahan dalam tubuh manusia selama 5-6 tahun. Tentunya semakin lama keadaan sang penderita semakin parah. Sayangnya penyakit ini masih ada hingga kini dan belum berhasil diberantas. Namun apabila tidak terdapat perantara keong maka penyakit tersebut tidak dapat tersebar.