Pembaca manga (buku komik Jepang) dan penonton anime (film animasi Jepang) sangat mungkin mengenali nama Rumiko Takahashi dari dua judul karyanya yang tergolong sangat populer serta mainstream di berbagai kalangan penikmat manga dan anime; yaitu Ranma dan InuYasha.

Rumiko Takahashi menangkan penghargaan di Festival Komik Angouleme

Rumiko Takahashi di antara karya-karyanya (Sumber gambar: SerasCosplay.es)

Takahashi-sensei memang bukanlah mangaka (sebutan untuk para pengarang komik Jepang) kemarin sore. Pengalamannya di industri manga Jepang membentang panjang dan penuh kesuksesan dalam skala nasional serta internasional. Rumiko Takahashi lahir di prefektur Niigata pada 10 Oktober 1957. Bakat dan keseriusan Takahashi-sensei dalam menggambar manga mulai terlihat sejak usia sekolah dasar walaupun masih dalam taraf corat-coret desain karakter yang menjurus ke arah manga. Buku sekolahnya konon selalu jadi sasaran coretan penuh gambar.

Menyadari kalau dirinya memang punya niat (dan tentu saja bakat) untuk jadi professional di bidang manga, saat masa kuliah Rumiko Takahashi mendaftar masuk ke sekolah manga yang dikelola oleh mangakan pro pada masa itu, yaitu Kazuo Koike. Koike-sensei merupakan mangaka yang dihormati dengan karya-karyanya seperti Kozure Okami (1970) ataupun Crying Freeman (1986). Fun fact, Crying Freeman bahkan sempat mendapatkan adaptasi film Hollywood tahun 1995 dengan bintang laga Mark Dacascos sebagai pemeran utama.

Rumiko Takahashi menangkan penghargaan di Festival Komik Angouleme

(Sumber gambar: Open Letters Monthly)

Di sekolah manga Kazuo Koike, Rumiko mengasah kemampuan menggambar manga-nya. Di bawah supervisi Koike, Takahashi mulai menerbitkan dojinshi (atau komik fanmade). Dari sana dimulailah karir professional seorang Rumiko Takahashi lewat manga one-shot/langsung tamat berjudul Katte na Yatsura. Manga yang terbit tahun 1978 ini langsung memenangkan penghargaan Shogakkan New Comics Award. Hal tersebut membuka jalan untuk Rumiko Takahashi menerbitkan karya secara serial di majalah komik bergengsi Weekly Shonen Sunday. Karya professional perdana Rumiko Takahashi tersebut berjudul Urusei Yatsura.

Rumiko Takahashi menangkan penghargaan di Festival Komik Angouleme

Urusei Yatsura (Sumber gambar: SoraNews24)

Urusei Yatsura merupakan komedi fiksi ilmiah yang kocak dengan bumbu fanservice (tampilan desain seksi) dan unsur komedi slapstick tentang serangan alien dari planet asing ke bumi. Manga ini juga sempat terbit di Indonesia dalam format bajakan/illegal (tidak berijin, translasi asal-asalan dengan penampilan buku yang tidak mengikuti standar dari Jepang) di era 90an dulu lewat penerbit abal-abal namun sangat terkenal pada masanya, Rajawali Grafiti. Judul yang dipakai adalah Lucky Star Gadis Planet Asing.

Rumiko Takahashi menangkan penghargaan di Festival Komik Angouleme

(Sumber gambar: Bukalapak)

Di era 80an, Rumiko Takahashi menerbitkan berbagai judul seperti Maison Ikkoku, Warau Hyoteki, Za Supagyaru, Honoo Torippa dan satu judul yang relatif kontroversial karena digarap dengan nuansa gelap, suram, dan minus komedi (seperti kebiasaan Takahashi selama ini) yaitu Mermaid Saga. Dibandingkan karya-karya Rumiko Takahashi sebelumnya, Mermaid Saga boleh dibilang beda sendiri atmosfernya. Ada pula manga One-Pound Gospel / Ichi-pondo no Fukuin yang berlatar belakang soal olahraga tinju dengan balutan rom-com alias romantic comedy/komedi romantis.

Rumiko Takahashi menangkan penghargaan di Festival Komik Angouleme

(Sumber gambar: AnimePro.de)

Tapi sepertinya yang melambungkan Rumiko Takahashi ke level international stardom adalah Ranma yang mulai diserialisasi tahun 1987.

Ranma bercerita soal seorang anak laki-laki dan ayahnya yang tercebur ke danau kutukan saat berlatih kungfu. Akibatnya jika terkena air dingin si anak laki-laki akan berubah jadi seorang anak perempuan dan sang ayah berubah jadi seekor panda. Untuk kembali ke sosok semula mereka harus diguyur dengan air panas. Manga komedi aksi gokil ini juga sempat masuk secara illegal di pasaran Indonesia seperti halnya Urusei Yatsura. Ranma tidak hanya meraih popularitas tinggi di negara asalnya, namun juga di luar negeri. Bahkan adaptasi anime Ranma dipercaya sebagai bagian penting pengenalan dan awal popularitas animasi Jepang di pasar hiburan Amerika Serikat.

Rumiko Takahashi menangkan penghargaan di Festival Komik Angouleme

(Sumber gambar: Kanabits)

Sukses Ranma disusul oleh InuYasha di tahun 1996 sampai dengan 2008. InuYasha mengambil rute yang cenderung lebih dark/gelap ketimbang Ranma walau tidak seperti Mermaid Saga sebelumnya. Masih ada komedi di InuYasha, namun jika dibandingkan dengan Ranma , InuYasha terasa lebih serius dan bernuansa makhluk-makhluk mistis khas mitologi Jepang.

Rumiko Takahashi menangkan penghargaan di Festival Komik Angouleme

(Sumber gambar: Crunchyroll)

Serialisasi manga terkini Takahashi-sensei berjudul Kyoukai no Rinne dimulai 22 April 2009 dan baru berakhir 13 Desember 2017 yang lalu. Kisah tentang anak perempuan yang mampu melihat makhluk halus dan anak laki-laki separuh manusia separuh makhluk gaib ini juga sukses di pasaran Jepang maupun internasional walau mungkin gaungnya tidak sekeras Ranma ataupun InuYasha.

Rumiko Takahashi menangkan penghargaan di Festival Komik Angouleme

(Sumber gambar: Pinterest)

Dengan prestasi dan reputasi mentereng, termasuk penerbitan 200 volume manga dengan penjualan lebih dari 200 juta unit buku sepanjang 40 tahun lebih berkarir, Rumiko Takahashi adalah legenda hidup industri komik Jepang. Tak heran jika panel juri dari Angouleme International Comics Festival negara Prancis memberikannya Grand Prize Lifetime Achievement Award atas berbagai prestasinya tersebut.

Di tengah kelompok masyarakat yang tidak menerima perbedaan Rumiko Takahashi selalu fokus mengetengahkan mereka yang terpinggirkan, berbeda, ataupun figur yang eksentrik tidak biasa di dalam karya-karya komik beliau sebut juru bicara Angouleme International Comics Festival dalam sebuah statement mengenai alasan pemilihan Rumiko Takahashi sebagai penerima Grand Prize Lifetime Achievement Awards mereka.

Rumiko Takahashi menangkan penghargaan di Festival Komik Angouleme

(Sumber gambar: ComicsAlliance)

Takahashi-sensei adalah warga negara Jepang kedua yang menerima penghargaan ini setelah Katsuhiro Otomo (dikenal luas sebagai pengarang IP legendaris Akira) di tahun 2015. Ada sekitar 1.700 seniman kartunis dan pengarang komik dunia yang terlibat dalam voting pemberian penghargaan di Angouleme International Comics Festival. Festival digelar di Kota Angouleme yang terletak di bagian barat daya Prancis tersebut dan sudah berlangsung sejak 1974 serta dikenal sebagai festival komik terbesar kedua di seluruh Eropa serta terbesar ketiga di seluruh dunia.

Selamat buat Rumiko Takahashi-sensei untuk penghargaan tersebut. Well deserved!

Rumiko Takahashi menangkan penghargaan di Festival Komik Angouleme

(Sumber gambar: NewsBeezer)